McDonalds selalu ramai. Seperti biasa. Apalagi resto tersebut terletak di samping kampus. Sudah pasti akan selalu dipenuhi mahasiswa hanya sekedar untuk menikmati makanan mereka, bertemu sapa, bersenda gurau, dan banyak banyak juga menjadikan resto tersebut sebagai tempat mahasiswa mengerjakan tugas kuliah mereka.
Salah satunya Nala. Kali ini Nala sibuk mencoret-coret layar laptop, tangannya menggambar sesuatu. Menjadi salah satu anggota mading kampus itu membuat Nala makin sibuk, padahal pas jaman sekolah Nala nggak sesibuk ini. Mentang-mentang Nala jurusan desain, Oloan—Kadepmad—langsung meminta Nala mengisi tema baru mading dengan gambar-gambar yang Nala harus Nala gambar dan diselesaikan minggu ini.
Belum lagi Nala dengar kalau Nala ditunjuk dalam projek acara kemerdekaan yang akan diselenggarakan dua bulan lagi di kampus.
Nala rasanya ingin berteriak sekarang juga, mengeluhkan beban yang ia punya tapi nggak bisa. Nala lagi di tempat umum soalnya. Ramai juga. Nala malu kalau teriak sendirian. Nanti disangka orang gila. Nala cuma bisa menunduk lesu.
Sebelum ke McDonalds, Santa sudah mengajak Nala lebih dulu ke kantin fisip untuk mengerjakan gambarnya. Santa mengajak Nala ke sana supaya Santa juga bisa mengintip kegiatan gebetannya seorang anak fisip. Nala lupa nama gebetan Santa sekarang. Bisa dibilang gebetan Santa lebih dari satu. Oh bukan—kayaknya ada tiga deh kalau Nala nggak salah hitung.
Tapi menurut Nala kantin fisip terlalu ramai, terlalu penuh, melebihi McDonalds. Nala merasa asing di sana jadi kayak segan aaja ke tempat yang bukan wilayahnya sehingga Nala memilih McDonalds. Sementara Santa tetap memilih kantin fisip untuk membuang waktu luangnya.
So, biarkan saja Santa asik di sana. Lagipula sendirian di McDonalds cukup membantu Nala fokus pada menggambar. Jadi nggak perlu mendengarkan rentetan cerita Santa tentang beberapa gebetannya.
Sebelum itu Nala juga sudah mengajak Raskal menyusul ke McDonalds. Tentu Raskal menyanggupi. Hanya saja Raskal harus ke ruang BEM. Sebagai salah satu anggota BEM kampus, seperempat kegiatan kampusnya beralih ke sana. Sama sibuknya dengan Nala saat ini. Belum lagi Raskal juga diminta untuk ke laboratorium seni oleh Kaprodi. Jadi Raskal menjanjikan bahwa ia akan menyusul sekitar setengah jam lagi.
Cukup lama untuk menunggu, tapi Nala tidak masalah. Ia bisa menghabiskan waktunya di McDonalds untuk makan dan menyelesaikan lapraknya sampai Raskal tiba. Dan sekarang Nala fokus menggambar partikel-partikel di layar laptopnya. Matanya tajam, teliti, jangan sampai coretannya keluar garis. Sementara mulut Nala sesekali sibuk mengunyah Hashbrown sampai habis. Tapi makan Hashbrown nggak cukup.
McDonalds tampak masih ramai sampai saat ini. Bahkan Nala harus mengantri untuk memesan makanan meski menggunakan fasilitas self-order.
Nala mendadak malas mengantri lagi. Jadinya ia balik lagi ke mejanya. Lalu kembali menatap sisa Hashbrown yang Nala miliki. Beruntung tadi Nala beli dua Hashbrown.
Perlahan Nala memakan Hashbrown nya lagi, sambil menatap pemandangan di hadapannya.
Seseorang duduk di sebrang posisi Nala. Pemuda berambut panjang seleher itu tengah sibuk pada lembaran kertas di sana. Pemuda itu begitu sibuk sampai rambut dan kalung yang dikenakan menggantung di udara. Nala tebak pemuda itu sedang menggambar sesuatu.
Melihat penampilannya, pemuda itu pasti salah satu mahasiswa fisip. Di kampus Nala, fisip terkenal dengan para pemuda berambut panjang. Katanya kalau anak fisip nggak berambut panjang bukan anak fisip namanya. Begitu kira-kira. Mengingat itu Nala mendengkus geli. Akan terlihat lucu jika saja Raskal masuk jurusan fisip dan rambutnya memanjang.
Yang membuat Nala betah memandangi pemuda tersebut, ia bisa sibuk menggambar sambil memakan Hashbrown di satu tangannya. Terlihat aneh tapi seru. Nala jadi tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer II
Teen FictionSPIN-OFF SECRET ADMIRER. WAJIB BACA SECRET ADMIRER PERTAMA LEBIH DULU. Berisi lanjutan kisah manis milik Raskal dan Nala. Ada Santa, Jian, Kak Tama, Ibu, Kak Sandi, dan orang-orang baru yang berperan di kehidupan mereka. Di kehidupan Nala dan Rask...