Nala bungkam seribu bahasa. Ia belum tahu kata-kata apa yang harus ia lontarkan.
Rama baru saja mengutarakan perasaannya. Nala berdebar. Tapi debarannya tidak menyeruakkan rasa senang yang biasa Nala rasakan ketika bersama Raskal.
Ungkapan Rama justru membuat situasi kian canggung. Rumit. Bahkan Nala tak mampu mengayuh bebek lagi. Ia terdiam dan memikirkan cara untuk menjawabnya.
Nala belum berani mendongak menatap Rama.
Melihat Nala bungkam, Rama hanya bisa tersenyum. Rama seharusnya tahu kalau ungkapannya barusan tak perlu tanggapan atau respon apapun. Nala milik orang lain. Rama tahu ia tidak berhak menuntut apapun.
Tak seharusnya sekecil apa pun harapan yang merayapi Rama. Karena sekevil itu pun cukup berdampak besar sampai Rama ikut bungkam dan menatap Nala penuh harap.
Rama tahu ini tindakan konyol yang pastinya akan berakhir memalukan. Niatnya mau menyenangkan hati Nala dengan berjalan-jalan dan menaiki sepeda bebek justru Rama akan membuat hubungan mereka semeraut.
Rama kini terkekeh. Memecah keheningan sementara Nala tersentak melihat Rama tiba-tiba saja terkekeh setelah mereka tertelan keheningan cukup lama. Senja semakin tenggelam dan Rama harus membawa Nala kembali ke tepi.
"Mau malam, ayo balik." Rama berusaha keras untuk membentuk senyuman, walau bibirnya terasa berat tersenyum. Diamnya Nala membuat segala hal jelas, dan lagi-lagi Rama merasa itu belum cukup.
Di seumur hidupnya ia tak pernah membayangkan kalau Rama bisa menyukai seseorang sebesar ini. Rama justru biasanya disukai banyak perempuan dan ia akan terang-terangan menolaknya. Rama terkekeh lagi, kayaknya ini karma.
Nala masih membisu disaat mereka sudah berada di tepi. Rama tak lagi berniat memecahkan keheningan. Ia membiarkan mereka meratapi pikiran masing-masing hingga Nala memilih duduk di ayunan. Pandangannya menyapu deburan danau.
"Aku tau Kakak bakal bilang ini," Nala akhirnya mengatakan sesuatu. Rama menoleh setelah ia ikut terdiam memikirkan kisah selanjutnya antara mereka.
"Semua gosip itu, yang membicarakan Kakak dan Raskal, dan aku tentunya, aku dengar, hampir setiap hari. Kalau aku ke kampus pasti ada aja yang omongin tentang aku sama Kakak. Bahkan mereka membanding-bandingkan hingga Raskal semakin nggak suka mendengar itu dan jadinya Raskal protektif banget sama aku." Nala membayangkan ketika dirinya tiba di kampus dan mendapati beberapa mahasiswa melihatnya dengan tatapan ingin tahu.
Nala selalu mendengar rumor itu, baik secara langsung mau pun dari bisikan yang tak disengaja terdengar. Atau mungkin memang sengaja orang-orang itu lakukan biar Nala merasa terintimidasi. Tapi Nala tak merasa demikian, ia hanya berusaha menahan diri dan terpaksa menikmati alur ini akan berakhir seperti apa.
"Aku selalu melihat bagaimana reaksi Kakak yang nggak terpancing dengan gosip-gosip itu selama ini. Aku jadi paham karena memang kenyataannya dan Kakak merasa hal itu tak perlu Kakak pedulikan," Nala menoleh menatap Rama.
"Aku berpura-pura denial selama ini. Aku tau gosip itu benar karena Kakak nggak bantah apapun. Kakak juga nggak ragu nunjukkin kalau Kakak suka aku. Aku sadar itu."
Terdengar deburan air menghantam bebatuan di tepi Danau. Nala kembali menyapu hamparan Danau.
"Dan ketika Kakak mengajakku ke sini, aku sangat siap. Karena memang kita perlu bicara secepatnya."
Rama tak memutus pandangannya ke arah Nala. Nala masih memandangi hamparan danau yang kini mulai tenang.
"Aku...hanya ingin memberikan Kakak kesempatan untuk bicara versi Kakak padaku," Nala kini menoleh, "dengan sekali kesempatan seperti sekarang ini, ku harap bisa melegakan Kakak yang selama ini Kakak berusaha tahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer II
Teen FictionSPIN-OFF SECRET ADMIRER. WAJIB BACA SECRET ADMIRER PERTAMA LEBIH DULU. Berisi lanjutan kisah manis milik Raskal dan Nala. Ada Santa, Jian, Kak Tama, Ibu, Kak Sandi, dan orang-orang baru yang berperan di kehidupan mereka. Di kehidupan Nala dan Rask...