19. Setelah Pertemuan

997 90 0
                                    

Ternyata halte bus di dekat perempatan jalan menjadi alternatif Nala untuk merenung seorang diri saat ini.

Pertemuan dengan Kak Sandy membuat Nala lebih banyak diam. Begitu pula Kak Sandy sampai pertemuan mereka beberapa kali canggung hingga Nala memutuskan untuk pergi lebih dulu.

Awalnya Kak Sandy menawarkan diri untuk mengantarkan Nala ke rumah, tapi Nala tolak. Nala merasa dirinya butuh waktu sendiri untuk berpikir sejenak. Dadanya juga butuh banyak hirup oksigen agar bisa keluar dari rasa sesak yang menghinggap.

Dan di sinilah ia, berada di halte dan diam menatap kendaraan berlalu lalang melewatinya.

Sudah hampir setengah jam Nala di halte. Angkutan umum, bus sampai ojek pangkalan menghampiri Nala menawarkan sewa tumpangan dan Nala menolak. Lalu Nala kembali sibuk memikirkan semua rentetan cerita yang Kak Sandy sampaikan padanya.

Sedih--begitu yang dirasakan Nala saat ini. Raskalnya melewati cobaan yang begitu berat. Ditinggal Ibu, dicampakkan Ayah, dan hubungannya dengan Kak Sandy renggang karena semua ekspektasi Ayah Raskal harus direalisasikan. Bahkan keinginan sang Ayah terhadap Kak Sandy bukanlah keinginan Kak Sandy sendiri.

Cidera di bahu Raskal pun juga bukan keinginan Raskal sendiri. Tapi karena alasan itu hidup Raskal hampir luntang-lantung.

Nala sedih karena semua hal itu dialami Raskal. Yang seharusnya Raskal menikmati masa remajanya dengan keluarga hangat yang selalu mendukungnya justru Raskal harus menjalani hidup hanya bergantung dengan kedua kaki dan tangannya sendiri saja. Meski ada Jian, Raskal tidak bisa berharap terlalu banyak. Bagaimana pun nantinya Jian dan Raskal akan hidup sendiri-sendiri.

Sementara Nala--terkadang ia merasa ia tidak membantu Raskal dalam hal apapun. Lebih banyaknya Raskal selalu mewujudkan apapun yang Nala inginkan. Keinginan Raskal--Nala bahkan tidak tahu apa keinginan Raskal sebenarnya untuk hidupnya di masa depan.

Nala adalah kekasih Raskal, tapi Nala ragu apakah status mereka nanti akan membawa hidup Raskal menjadi lebih baik nantinya.

Pikiran buruknya tiba-tiba saja muncul ketika mereka tiba-tiba tak bisa bersama-sama lagi dan Nala adalah alasan utama akan luka baru yang muncul di hidup Raskal.

Nala bisa membayangkan bagaimana bengisnya Raskal menatap Nala karena ia sendiri membawa luka baru untuk Raskal.

Mengerikan.

Tiba-tiba saja langit menurunkan hujan. Kota mendadak basah karena derasnya hujan dan Nala masih duduk di halte seorang diri.

Tak banyak orang yang menetap ke halte hanya untuk meneduh. Satu dan dua orang menetap sebentar kemudian mereka pergi. Dan lagi-lagi Nala seorang diri dengan kepala penuh. Banyak sekali hal-hal yang Nala pikirkan tentang masa depannya dan masa depan Raskal.

Nala juga kepikiran tentang janjinya pada Kak Sandy bahwa Nala bersedia mrmbahagiakan Raskal dengan segenap jiwa. Saat ia melontarkan janji itu, tak ada rasa gentar sedikitpun terpancar ketika Nala memandang Kak Sandy. Nala mengucapkannya penuh kesungguhan dan rasa semangat.

Tapi Nala berubah lesu, seandainya saja ucapannya berubah menjadi untaian lalu tak berarti...

"Nala..."

Nala mendongak setelah kesadarannya mendadak penuh. Terlonjak melihat Raskal sudah ada di depannya dengan motor tanpa mengenakan jas ujan.

"Raskal..."

Nala mendekat dan melotot melihat Raskal datang basah kuyup.

"Kok kamu bisa ke sini? Kenapa nggak pakai jas ujan?"

"Ayo." Titah Raskal sambil mengeluarkan jas ujan dari tasnya. Nala termangu sesaat kemudian menggeleng cepat. Ternyata Raskal bawa jas ujan tapi kenapa ia tidak memakainya? Bikin khawatir.

Secret Admirer IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang