Sore jam empat anak-anak hukum kelompok 1 baru sampai di desa Agabintara setelah berpuas-puas main di pantai. Mereka menetap di satu penginapan yang udah disiapkan untuk mereka. Namanya juga desa kecil, penginapan mereka juga kecil, tidak mewah seperti hotel, tapi cukuplah hanya untuk istirahat beberapa bulan.
Ruangan cowok dengan cewek tentunya dipisahkan tempatnya agar tidak terjadi sesuatu yang diinginkan. Cewek-cewek udah pada ribut di dalam mencari teman kamar dan ruang kamar yang akan mereka tempati. Sedangkan Zeora sendirian duduk di bangku halaman depan sambil menerima telefon dari orang tuanya.
“Udah nyampe, Ze?” tanya Zia sambil memastikan jika anaknya baik-baik saja sampai tujuan.
“Baru sampai, Mam,” balas Zeora diseberang telefon.
“Nggak papa kan dijalan?”
“Nggak papa kok.” Tentunya itu kebohongan Zeora. Udah jelas-jelas tadi mabuk diperjalanan. Hanya saja dia nggak mau Zia sampai khawatir di rumah. Bisa-bisanya nanti maminya itu ngirim dua bodyguard ke desa ini. Bikin repot aja.
“Shaka mana?”
“Lagi ngobrol sama pak RT.” Pandangan Zeora ke depan, melihat di depan penginapan ada Shaka yang lagi sibuk membicarakan sesuatu yang serius dengan RT setempat.
“Yaudah, kamu kalau ada apa-apa langsung bilang ke Shaka. Jangan sampai susah sendiri, paham?”
“Iya, Mami. Pokoknya Mami nggak usah khawatirin aku disini.”
“Mami percayain kamu sama Shaka.”
Zeora mengangguk-angguk, padahal udah jelas maminya nggak bisa lihat. “Udah dulu ya, Mi. Aku mau beres-beres. I Love U, Mam!”
“Love u more, sayang.”
Zeora mematikan panggilan sepihak, nggak bisa lama-lama kalau ngobrol sama maminya ditelfon, nanti ceramahan Zia makin panjang.
Zeora masuk ke dalam, mencari teman-temannya. Tadi di Viola bilang mereka berlima harus sekamar. Nggak papa deh sempit, yang penting mereka harus barengan. Zeora juga nggak masalah selagi kamarnya muat buat mereka berlima.
“Ze, sini!” Viola langsung melihat keberadaan Zeora yang lagi celingak-celinguk mencari keberadaan teman-temannya.
“Lumayan nih kamarnya luas. Lo disana ya, Ze,” kata Alma saat melihat Zeora masuk ke kamar. Menunjuk satu kasur di sebelah kanan di samping Alma yang udah mereka siapin barusan.
Zeora hanya mengangguk pasrah. Terserah sajalah mau dia tidur dimana asal nanti malam bisa tidur nyenyak.
“Ntar malam jalan keluar yuk,” ajak Alesha meminta persetujuan teman-temannya.
“Kemana?” sambar Nayra yang langsung mengalihkan fokus dari ponselnya. Buat dia yang lebih suka keluar rumah daripada diem doang di satu ruangan langsung bersemangat saat Alesha mengajak keluar.
“Jalan-jalan sekitar desa ini. Kata sepupu gue yang pernah KKN disini, di sebelah barat itu tempatnya bagus banget.” Alesha tampak meyakinkan mengatakannya. Hingga Zeora, Nayra, Alma dan Viola jadi tertarik pengen tahu.
“Ngikuti aja gue mah,” seru Viola.
“Lo ikut ya, Ze,” kata Alma menyenggol lengan Zeora yang lagi sibuk main hp.
Zeora melirik teman-temannya sejenak. “Iya.”
“Tumben, biasanya dipaksa dulu.” Nayra senyum-senyum jahil. Sekarang gampang banget sama ngajakin Zeora. Biasanya dia selalu bilang; ‘males, mending tidur.’ ‘gue mager keluar.’ Begitu terus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecturer secret wife
Romance"Tutorial biar nilai gue bagus di mata kuliahnya pak Shaka!" "Nikahin tuh dosen." Hanya cerita ringan antara dosen dan mahasiswinya yang merangkap sebagai pasutri gaje kalau lagi di rumah. ----- n) cerita murni hasil karangan sendiri! Plagiat dilara...