Mentang-mentang hari ini lagi libur, Zeora enak-enakan tidur sampai lupa waktu. Enggak, dia bukannya malas gerak, hari ini menstruasinya datang—biasalah hari pertama nyerinya minta ampun. Tadi Zeora udah bangun jam 6 pagi, mau tidur lagi udah nggak bisa, efek nahan sakit perut. Jadilah sekarang cuma guling-gulingan di kasur, putar kanan putar kiri sampai nungging-nungging sakitnya nggak berkurang.
“Kamu dari tadi belum bangun?” Shaka masuk lagi ke kamar sambil bawa teh panas buat nemenin dia kerja. Keningnya mengernyit saat melihat istrinya thari dengan keadaan nggak nyaman. “Udah shalat subuh belum?”
Zeora menggeleng lemah sambil megangin perutnya. “Lagi haid. Perutnya nyeri,” gumamnya.
“Sakit banget?” Shaka duduk di tepi ranjang, tehnya di taro di atas nakas. Dia pengen lihat keadaan istrinya dulu sebelum lanjut kerja.
Pertanyaan Shaka cuma dijawab anggukan sama Zeora. Mau ngeluarin suara aja mesti pake tenaga dalam dulu.
“Minum ini dulu.” Shaka menjangkau lagi tehnya, menyodorkannya buat Zeora.
“Nggak mau.” Suara Zeora melemah.
“Biar reda sedikit nyerinya.” Zeora menghela napas pasrah, ia mendudukkan diri sejenak demi meneguk sedikit teh hangat milik Shaka demi menghilangkan sedikit rasa nyerinya.
“Dikit banget.” Shaka sewot, Zeora cuma minum seteguk, kemudian lanjut tidur.
“Udah ah nggak mau lagi.”
“Maunya apa?”
“Peluk.”
Tanpa ragu Zeora meminta Shaka agar laki-laki itu tidur lagi di sampingnya. Shaka hanya tersenyum kecil, menuruti keinginan Zeora untuk memeluknya sambil tiduran. Nggak malu-malu Zeora melingkarkan satu tangan melilit pinggang Shaka, menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik sang suami.
Sebelah tangan Shaka digunakan sebagai bantalan di kepala Zeora, sebelah tangannya lagi dia gunakan untuk memijit lembut perut Zeora agar gadis itu sedikit lebih tenang.
“Pak.” Zeora mendongakkan kepala, melirik wajah tampan Shaka dari bawah.
“Hm?”
“Bapak harus jaga kesehatan terus ya,” pintanya. Sedetik setelah dia mengatakan itu, dahi Shaka langsung mengernyit.
“Kenapa ngomong gitu?’
“Saya nggak mau Bapak sakit. Apalagi depan saya.”
Shaka tersenyum, Shaka paham istrinya itu nggak bisa ngeliat orang disekitarnya lagi sakit. Bawaannya sesak napas dan selalu merasa bersalah.
“Sakit itu bukan kehendak kita, tapi dikasih Tuhan. Tapi sebisa mungkin saya akan jaga kesehatan. Kamu juga ya. Jangan makan sembarangan, dan kurangin minum es cokelatnya.” Sebelah tangan Shaka yang sebelumnya digunakan untuk mengelus perut rata Zeora, kini berpindah pada mengelus rambut gadis itu.
“Itu kan Favorit saya.” Zeora masih sempat-sempatnya protes.
“Kita sama-sama jaga kesehatan.” Zeora hanya mengangguk. Meski sering beli es, dia juga sering mengonsumsi obat-obatan untuk mencegah penyakit yang datang.
Hening
Tak ada lagi obrolan dari keduanya karena Zeora terlanjur tertidur kembali. Setelah dirasa Zeora mulai aman, barulah Shaka melepaskan pelukannya dan mulai kembali bekerja.
***
“Udah mendingan?”
Sore-sore Shaka udah nggak ngeliat Zeora lagi di kamar. Ternyata gadis itu lagi duduk manis di ruang tengah sambil nonton TV. Shaka ikut duduk di samping gadis itu, Zeora langsung mendekat dan bergelayut manja di lengan kekar milik Shaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecturer secret wife
Romance"Tutorial biar nilai gue bagus di mata kuliahnya pak Shaka!" "Nikahin tuh dosen." Hanya cerita ringan antara dosen dan mahasiswinya yang merangkap sebagai pasutri gaje kalau lagi di rumah. ----- n) cerita murni hasil karangan sendiri! Plagiat dilara...