2. Perkara foto diam-diam

3.4K 126 2
                                    

Atara Josephine. Pernah disapa Ara. Anak tunggal dari keluarga yang tidak tahu asal usulnya dari mana. Lebih tepatnya Ara bagaikan anak yatim piatu. Ara dititipkan ke panti asuhan sejak usianya baru satu bulan. Kata ibu panti seseorang yang tidak ia kenal menitipkan Ara disana dengan teganya. Ibu panti tidak mengetahui ciri-ciri orang tersebut entah pria atau wanita karena dia memakai jubah hitam.

Saat usianya beranjak 5 tahun, sepasang suami istri datang mengadopsi anak kecil itu karena selama 7 tahun menikah tidak dikaruniai seorang anak. Mereka hanya tertarik sama anak gadis berambut panjang, memiliki bulu mata lentik itu sebagai putri mereka. Setelah resmi menjadi anak mereka, pak Daren dan bu Zia juga resmi mengganti nama Atara menjadi Zeora Chathalina Andara.

Zeora tumbuh menjadi anak yang baik, dan selalu mematuhi perintah kedua orang tua angkatnya. Meski otaknya nggak pernah sampai buat jadi juara, kedua orang tuanya tak mempermasalahkan itu. Yang terpenting Zeora sudah berusaha, dia bahagia dan sikapnya tetap rendah hati. Hanya itu yang Deren dan Zia harapkan untuk Zeora.

Saking penurutnya, Zeora selalu mengiyakan apapun kehendak orangtuanya agar mereka bahagia, contoh; setelah lulus SMA Zeora harus masuk fakultas hukum, dan menikah sama Shaka--laki-laki pilihan ayahnya. Dan ya, Zeora melakukan itu.

Huft! Zeora pasrah. Dia cukup sadar diri kok, kalau dia hanya anak angkat. Andai Daren dan Zia tidak membawanya ke rumah mereka, mungkin Zeora tidak akan pernah merasakan hidup mewah. Itung-itung buat balas budi.

Tapi, entah ini kesialan atau apalah, Zeora agak nelangsa dijodohin sama dosennya sendiri. Orang yang selalu membuatnya malu di depan kelas dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak mampu Zeora jawab.  Pernikahan mereka sudah berjalan sekitar 6 bulan, lumayan lama. Zeora selalu tahan dengan sikap cuek Shaka meski sebenarnya pengen nyerah.

Belum ada yang tahu soal pernikahan mereka selain keluarga besar. Zeora memang sengaja menutupi pernikahannya dengan Shaka agar fans-fans alay Shaka nggak neror dia dan Zeora sendiri juga nggak malu karena status barunya.

Malunya karena dia masih berstatus sebagai mahasiswa, usianya baru 21 tahun, sedangkan Shaka 30 tahun. Perbedaan jarak usia mereka yang cukup jauh, dan status mereka sebagai mahasiswa dan dosen membuat Zeora tidak siap dengan kenyataan itu. Untungnya Shaka bisa mengerti, dia juga tidak pernah mengungkit masalah pernikahannya di kampus. Kalau ada yang nanya, ‘Bapak udah nikah belum?’ Shaka selalu menjawab, ‘Nggak ada urusannya sama kamu.’ Oke, sampai nggak ada lagi yang berani bertanya masalah pribadi Shaka.

Zeora yang biasanya tinggal di rumah mewah milik Deren dan Zia dibaluti dengan sikap manja kini harus tinggal berdua bersama dosennya di rumah Shaka. Tanpa adanya pembantu rumah tangga, orang tua yang selalu membantu, Zeora harus bisa hidup mandiri. Kehidupan mewahnya kini seakan jungkir balik. Masalahnya Shaka juga bukan dari kalangan keluarga berada, rumah sederhana, gajinya sebagai dosen juga pas-pasan buat hidup berdua.

“Ze, tugasmu udah selesai semua?”

Huft...

Zeora melirik malas kearah suara yang baru saja terdengar. Tahu kan suara siapa?

Shaka baru saja bangkit dari sofa yang terletak di kamar, mackbook yang ia gunakan untuk bekerja sudah dimatikan, lalu meletakkannya di atas meja belajar kecil milik Zeora. Sedangkan istrinya itu lagi asyik nonton drama korea lewat mackbooknya sambil bersandar di punggung ranjang.

Semester ini memang banyak disibukkan dengan tugas-tugas akhir dan mulai melakukan KKN. Sebenarnya ada beberapa tugas Zeora yang belum selesai karena terlalu malas mengerjakan. Ia lebih suka menamatkan satu drama daripada satu tugas. Melihat banyaknya tulisan menempel di kertas maupun layar mackbook membuat mata Zeora jadi sakit. Lebih mending melihat adegan romantis di drama.

“Belum,” jawabnya singkat.

Tinggal bersama Shaka berasa hidup dengan pelajaran. Setiap hari tugas, tugas, dan tugas. Ditanyain, disuruh belajar, disuruh selesaiin tugas. Kalau semua tugas udah selesai, baru boleh melakukan apapun yang dia mau.

Sebenarnya sih baik Shaka perhatian sama istrinya. Masa istri dosen pemalas. Kalau orang tahu, dia bisa diketawain. Namun, bagi Zeora si pemalas ini semua terasa berat.

“Sana gih kerjain, baru boleh nonton lagi.” Shaka merampas paksa mackbook yang sejak tadi berada di pangkuan Zeora. Mematikan sebuah drama yang sedang berputar tanpa beban.

Kaget? Ngerengek? Itu udah jadi makanan sehari-hari Zeora. Mau protes juga susah, nggak akan dihiraukan sama Shaka. Padahal itu drama tinggal 10 menit lagi mau ending. Agak ngegantung tapi mau bagaimana lagi.

Zeora terpaksa bangkit, duduk dengan ogah-ogahan di kursi belajarnya. Mencari lembaran tugas yang sekiranya belum dia kerjain.

“Kamu masih sering fotoin saya diam-diam?” pertanyaan dari Shaka yang asyik main handphone di atas ranjang mengalihkan fokus Zeora. Gadis itu membalikkan badannya, tampak jelas sebuah kerutan di dahinya.

Zeora nggak salah denger Shaka nanya begitu? Sejak kapan dia fotoin Shaka diam-diam? Padahal kejadian beberapa waktu lalu cuma salah paham, dan Shaka masih saja mengungkitnya. Ini sengaja mau bikin Zeora malu lagi atau bagaimana?

“Enak aja! Saya nggak pernah tuh fotoin Bapak diam-diam. Kalau Bapak nggak percaya, cek aja nih handphone saya. Bersih dari muka Bapak.” Zeora sewot sambil mengulurkan handphone miliknya ke depan. Agak kesel ya sama pertanyaan yang satu itu.

Diam-diam Shaka menyunggingkan bibir. Dia punya satu hobi baru, mengganggu istrinya sampai wajahnya merah padam. Padahal niat Shaka cuma mau menggoda. Itung-itung biar mereka berdua nggak canggung tinggal di satu atap yang sama.

“Nggak papa.”

Zeora semakin mengerutkan kening. “Apanya yang nggak papa?”

“Selagi istri saya yang fotoin diam-diam nggak ada masalah, kalau orang lain saya mungkin menuntut,” kata Shaka lebih jelasnya.

Tunggu, tunggu...

Ini maksudnya gimana sih? Shaka lagi mau gombalin Zeora atau bagaimana? Mau gombalin tapi garing, Zeora nggak bersemu sama sekali tuh.

“Kamu mau foto saya yang lebih bagus? Nanti saya bisa kirimin,” tanya pria itu menawarkan.

Zeora mulai frustrasi sampai menggaruk-garuk rambutnya sendiri.

“Yang motoin Bapak siapa sih? Siapa juga yang mau foto Bapak? Dibilangin saya cuma foto materi di papan.”

Oke, Zeora mulai kepancing emosi, sedangkan Shaka diam-diam menahan tawa.

Suami edan.












o○__○o

Semoga kalian suka dengan kerendoman pasutri ini :)

Lecturer secret wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang