9. Ketemu dia lagi

1.6K 63 0
                                    

Jam 6 pagi, ponsel Zeora udah berisik sampai mengganggu tidur nyenyaknya. Satu panggilan masuk membuatnya mau nggak mau harus angkat telefon tersebut sebelum semakin berisik. Baru mau ngangkat panggilan itu, nada deringnya sudah berhenti berbunyi. Zeora mengerutkan dahi, mencoba membuka pelan-pelan bola matanya, siapa sih yang ganggu pagi-pagi begini.

Pak Shaka?

Iya, satu panggilan tak terjawab dari Shaka. Sebelum gadis itu kembali ingin menelfon, ada beberapa notifikasi chat dari Shaka yang membuat Zeora penasaran.

Pak Shaka
Ze
Udah bangun?
Boleh minta tolong?
Kemarin saya nitip parfume baru saya di koper kamu, bisa tolong kamu bawain kesini?

Zeora mendesah pelan. Pagi-pagi cuma nanya itu? Kirain ada hal penting sampai harus membangunkan Zeora dari mimpi indahnya. Gadis itu berdecak pelan setelah itu baru mengetik pesan balasan singkat untuk Shaka.

Me
Iya

Dengan wajah bantalnya, Zeora terpaksa bangkit. Untung teman-temannya nggak kebangun gara-gara suara nada dering ponselnya, jika mereka bangun, yang mereka bisa penasaran Zeora pagi-pagi udah keluar kamar.

Tak lama kemudian, di samping penginapan Shaka sudah menunggu kedatangan Zeora membawakan parfum miliknya. Memang sengaja dia titipkan di koper Zeora karena di kopernya udah nggak muat sama barang-barang lainnya. Shaka juga nggak akan nyangka bakal kepakenya pagi-pagi begini.

“Terimakasih,” ucap laki-laki itu setelah Zeora memberikan sekotak parfum baru miliknya.

Masih dengan wajah bantal sekaligus didominasi kekesalan, Zeora memperhatikan penampilan Shaka dari atas rambut sampai ujung kaki. Satu kata dibenaknya untuk penampilan Shaka, rapi. Iya, pagi-pagi buta suaminya itu rapi banget sama kemeja putih dibaluti jas berwarna hitam.

“Bapak mau kemana udah rapi jam segini?” tanya gadis itu nggak mau lama-lama penasaran.  “Oooh, Jangan-jangan mau kencan ya sama Mona? Bapak udah kepincut sama dia?” Lagi-lagi yang menjadi kebiasaan Zeora adalah menebak asal hal-hal yang akan dilakukan Shaka.

Baru tadi mau menjawab, Zeora udah motong duluan. Laki-laki itu berdecak kesal. “Ngaco kamu.”

“Terus kenapa sampai pakai-pakai parfum kayak gitu.” Aneh aja sih, gayanya kayak orang terdesak minta parfum. Persis kayak orang-orang mau kencan.

“Biasanya saya juga pakai parfum,” balas Shaka sembari mengolesi minyak wangi tersebut di titik-titik nadi tertentu sampai wanginya tercium di indera penciuman Zeora.

“Terus mau kemana pagi-pagi?” Zeora bersedekap dada.

“Diajakin pak RT ke kantor dinas,” jawab Shaka sabar.

“Mending nggak usah pakai parfum. Nanti kalau banyak cewek modelan Mona gimana? Bapak mau dikerubutin lagi?” Tiba-tiba Zeora merebut kembali botol parfum milik Shaka. Kalau dipikir-pikir, di kantor dinas pasti bakal ada perempuannya. Nggak dimana-mana, Shaka itu paling demen diliatin cewek-cewek diluaran sana.

“Saya bisa jaga diri.”

“Halah! Satu aja Bapak kewalahan,” cibirnya.

Ya, iya sih. Shaka mengakui itu. Waktu itu digangguin Mona sampai dia hampir kehilangan kesabaran. Untung Zeora datang di waktu yang tepat.

“Udah ah, saya berangkat dulu.” Nggak mau berdebat panjang lagi sama sang istri, Shaka memutuskan untuk menyibukkan diri memakai sepatu di teras penginapan tersebut.

Zeora cuma bisa hela napas. Gadis itu berbalik badan, berniat hendak kembali ke kamarnya. Namun, atensinya teralihkan saat melihat sesosok perempuan berambut kusut berdiri di depan teras penginapan khusus cewek sedang memperhatikan interaksi antara Zeora dan Shaka.

Lecturer secret wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang