8. Saya cemburu?

2K 68 0
                                    

Ini sudah memasuki hari kedua mahasiswa melakukan KKN. Zeora kemarin sudah pulang dari klinik. Hari ini dia juga pengen ikutan melakukan penyuluhan bareng temen-temennya setelah kemarin nggak ikutan. Kakinya sudah lumayan buat digerakin tapi sakitnya masih terasa.

Sudah beberapa kali teman-temannya meminta agar Zeora beristirahat saja di kamar, tapi Zeora keras kepala pengen ikutan daripada harus menjadi beban.

“Beneran nggak papa, Ze?” tanya Viola. Dia yang khawatir melihat jalan Zeora pincang.

“Tenang aja, gue udah mendingan kok.” Nada bicara Zeora cukup meyakinkan.

“Kalau nggak sanggup bilang ya, jangan maksain diri,” sahut Nayra juga masih khawatir.

“Iya bawel. Tenang aja.”

Jika menurut gadis itu ia baik-baik saja, teman-temannya bisa apa. Mereka hanya jagain Zeora di luar nanti.

Rapi dengan almamater biru kebanggaan kampusnya, anggota mahasiswa hukum itu mulai berjalan beramai-ramai bersama dosen pembimbing ke balai desa. Bekerja sama dengan pak RT, beliau akan mengumpulkan beberapa warga di balai desa untuk berpartisipasi dalam penyuluhan para mahasiswa tersebut.

Namun, di tengah-tengah perjalanan, seorang wanita datang tiba-tiba, kakinya kesandung batu dan tak sengaja jatuh dipelukan Shaka. Kejadian itu nggak luput sedikit pun dari mata pata mahasiswa, termasuk Zeora yang melihatnya dengan tampang datar dan mata menyipit tajam.

“Aduh! Maaf ya, Pak. Saya nggak sengaja,” kata seorang wanita berdaster putih. Kemudian melihat wajah Shaka membuat dia mesem-mesem sendiri.

“Mbak nggak papa?”

“Ah, saya nggak papa. Untung ada Bapak, jadi saya nggak jatuh,” balasnya sambil tersenyum.

“Ganjen ya tuh cewek,”  bisik Viola ke telinga Zeora. “Ganjennya melebihi Nayra.”

“Kok jadi gue?” gadis itu nyolot karena kedengeran suara Viola ngatain dia.

“Ini Bapak teh mau penyuluhan ke balai desa ya?”  tanya wanita itu kesemsem liat Shaka.

“Iya.”

“Boleh atuh saya anterin, saya teh juga mau kesana.”

“Boleh. Mari, silahkan.”

“Mari adik-adik.” Wanita itu jadi menuntun jalan mahasiswa itu untuk sampai ke balai desa.

Di belakang sana, Zeora masih mempertahankan wajah datarnya. Mata tajamnya tak pernah luput dari wanita itu. Sepanjang jalan, ia memperhatikan interaksi antara wanita asing itu dengan suaminya. Dan ekspresi menjijikkan itu juga tidak luput dari mata Zeora. Pengen banget mencakar-cakar wajah wanita itu jika tidak ingat akan rahasia pernikahannya.

Sesampainya disana, para warga sudah ramai menanti kehadiran mahasiswa itu. Remaja-remaja itu berdiri di depan warga.  Alden, sebagai ketua ia membuka acara terlebih dahulu. Mulai dari perkenalan kampus, dan anggota-anggotanya yang hadir pada siang hari ini. Mereka bekerja sama akan memberikan penyuluhan hukum berupa hukum kepada masyarakat, termasuk tentang hak dan kewajiban warga negara, undang-undang yang berlaku, dan cara mengakses lembaga hukum.


***


Acara hari ini berlangsung sukses. Mahasiswa itu baru kembali ke penginapan sekitar pukul empat sore. Cukup melelahkan, tapi ini seru, bisa berinteraksi dengan para warga itu cukup menyenangkan.

“Huft! Capek!” Alma langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Kipas yang menempel di atas langit-langit kamar langsung dihidupkan saking panasnya hari ini.

Lecturer secret wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang