24. Dia, orang yang sama

1.4K 42 0
                                    

Kurang lebih selama seminggu Zeora dirawat di rumah sakit, akhirnya hari ini diperbolehkan pulang. Dan hari ini pula teman-teman Zeora akan datang ke rumah demi keponakan baru mereka. Ada yang sedang bekerja, rela ambil cuti sehari demi bisa bertemu anak Zeora.

Sebelum mereka berempat datang, tentu saja mereka pergi berbelanja terlebih dahulu memborong banyak oleh-oleh untuk keponakan mereka.

Beberapa jam Zeora menunggu, akhirnya Alma, Viola, Alesha dan Nayra datang bersamaan dengan senyum merekah di wajah keempatnya. Merekah meletakkan asal barang-barang yang mereka beli ke lantai, lalu setengah berlari ingin bergantian menggendong bayi laki-laki yang diberi nama Argala itu.

"Ya ampun! Ponakan gue ganteng banget!" Kali ini Alesha dapat giliran pertama, seperti biasa dia akan heboh melihat sesuatu yang begitu luar biasa dimatanya.

"Suara lo kecilin, kunti! Bisa kebangun anak orang." Alma memperingati wanita itu agar bersikap biasa saja.

"Ini yang gue nanti-nanti banget, akhirnya lahir ke dunia!" Saking gemasnya, Alesha selalu menghujami baby Gala dengan ciuman di pipinya.

"Lucu banget ih pipinya toel-toel." Viola mendekat, mengelus pipis chubby baby Gala.

"Kalian pada belanja borongan ada apaan nih?" Pandangan Zeora beralih ke lantai, ada banyak sekali barang-barang bertumpuk di rumahnya, mulai dari yang besar ke yang kecil.

"Ya jelas dong, buat ponakan gue. Bukan buat lo ya, Ze," jawab Nayra cekikikan, membuat wajah Zeora masam seketika.

"Nih, dari gue." Alesha telah memberikan baby Gala ke gendongan Alma, antusiasnya ia membukakan salah satu isi kado yang dia beli sendiri di mall barusan.

"Buset!"

Keempat teman-temannya lantas terkejut, Alesha memberikan sebuah jaket kulit berwarna hitam yang ukurannya buat para remaja. Pantas saja saat mereka mau makan siang tadi, Alesha izin sebentar buat beli sesuatu ke toko.

"Le, lo waras? Bocah masih bayi dikasih ginian." Alma sewot. Normalnya ya, bayi kalau baru lahir pasti belinya keperluan bayi. Bukan keperluan remaja.

"Ya biarin sih, ntar dia juga lama-lama gede," balas Alesha membela diri.

"Normal dikit napa." Viola geleng-geleng kepala. Heran, bisa-bisanya Alesha kepikiran buat beli jaket mahal itu buat Gala.

Lantas Alesha mesem-mesem sendiri. "Gue pengen suatu hari  nanti ponakan gue ini jadi pembalap."

"JANGANNN!" Viola, Zeora, Alma dan Nayra kompak membalas. Membuat Alesha terdiam kagok.

"Naon?"

"Gue nggak mau kalau sampai anak gue jadi pembalap, resikonya gede. Gue pengen dia suatu saat nanti jadi pengusaha." Belum apa-apa, Zeora sudah berandai-andai sambil membayangkan anaknya akan terlihat keren menggunakan jas.

"Kalau dia nggak mau?" tanya Nayra.

"Ya harus mau lah."

"Ya nggak boleh gitu dong, Ze. Sebagai orang tua, kita nggak boleh maksain anak buat menjadi seseorang yang kita inginkan. Lebih baik dukung kesenangan dia biar dianya juga nggak tertekan."
Mendengar nasehan dari Viola, Zeora hanya bisa diam sambil mencerna ucapan temannya.

"Berharap boleh, maksa jangan."

*****

Habis pulang dari rumah Zeora, sorenya Nayra ada kegiatan lain diluar. Dari rumah Zeora, ia harus berpisah arah bersama teman-temannya. Di dekat sebuah taman kota, ia duduk sendirian disana, menanti seseorang untuk membawakan barang pesanannya.

Hai, Nay."

Sembari bermain ponsel ditempat, Nayra dikejutkan dengan kedatangan seorang pria berdiri tepat di depannya. Nayra mendongak, agak tercengang melihat penampilan Rean jauh berbeda saat mereka masih kuliah dulu.

Kenapa dia harus datang sekarang setelah sekian lama? Dan apa maksudnya dengan penampilan keren ini? Rean berhasil memporak porandakan hati Nayra.

"H-hai."

"Udah lama ya nggak ketemu. Apa kabar?" Tanpa diminta, Rean duduk di samping Nayra dengan santai. Namun, membuat wanita di sampingnya grogi.

"Baik kok." Nayra mendadak canggung.

"Lagi sibuk apa sekarang?"

"Gue honor di perusahaan milik bokap temen gue."

Rean mengangguk-angguk atas jawaban Nayra.

"Kamu mau pekerjaan tetap nggak?" tanyanya membuat Nayra beralih menatap dirinya.

"Maksudnya?"

"Aku bakal bantuin kamu jadi karyawan tetap di kantor papaku."

Nayra tercengang, sesekali mengedipkan kedua matanya. Karyawan tetap? Siapa sih yang tidak mau atas tawaran itu. Hanya saja Nayra sadar diri, dia merasa tidak pantas menerima kebaikan Rean karena perlakuan Nayra terlalu buruk pada Rean.

"Eh, jangan deh, Re. Takut ngerepotin." Nayra tersenyum kikuk.

"Nggak masalah, Nay. Papa aku pasti bakal dengan senang hati menerima kamu." Tatapan lembut Rean membuat Nayra terlena akan ketampanannya dan juga kebaikan hatinya.

"Lo kenapa baik banget sih, Re sama gue? Bahkan gue nggak pantes buat diperlakukan kayak gini." Nayra menuduk dalam, merasa bersalah karena dirinya terlalu jahat pada Rean saat masa kuliah dulu. Sekarang, dia datang kembali dengan versi yang berbeda namun dia tetaplah orang yang sama.

"Karena perasaan aku belum berubah ke kamu."

Lecturer secret wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang