Zeora malah dibuat kaget akan kedatangan Shakan tiba-tiba. Jam menunjukkan pukul 5 pagi. Semalam Shaka menginap di klinik demi menjaga Zeora. Setelah pura-pura tertidur, Zeora akhirnya benar-benar tertidur karena kelelahan. Sedangkan Shaka duduk di sofa tunggu dan membaringkan badan disana.
Zeora mencoba untuk duduk, kakinya masih terasa ngilu digerakkan. Kemarin sakitnya benar-benar luar biasa sampai Zeora rasanya pengen nangis, tapi berusaha ditahan di depan teman-temannya.
Shaka baru keluar dari toilet untuk sekedar mencuci muka dan buang air kecil. Dia tidak bisa meninggalkan Zeora sendirian disini karena sudah berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga gadis itu dimana pun mereka berada.
“Gimana sama kakinya?” tanya Shaka menarik sebuah kursi untuk duduk di samping brankar Zeora.
“Masih sakit,” cicit Zeora pelan. Jantungnya kembali berdetak kencang, udah was-was duluan takut diomelin. Apalagi melihat tatapan Shaka nggak kayak biasanya.
“Besok-besok kalau mau keluar izin saya dulu, biar nggak kualat.” Nada bicaranya tenang, namun tegas. Sekujur bulu kuduk Zeora aja sampai merinding.
“Maaf, Pak.” Zeora menunduk. Dia tahu ini juga salahnya. Nggak seharusnya ia mengiyakan kata-kata Alesha semalam. Andai saja dia nggak ikut, pasti kecelakaan ini nggak bakal terjadi.
Shaka hanya bisa menghela napas panjang. Dia tuh emang tipe pria yang nggak bisa marah-marah. Kalau ada apa-apa cuma bisa sabar.
Setelah keheningan melanda sekian detik, ponsel milik Zeora berdering. Ada satu panggilan dari maminya membuat gadis itu jadi panik. Takutnya maminya itu tiba-tiba tahu keadaannya sekarang, atau menanyakan kabarnya yang membuat Zeora terpaksa berbohong lagi.
“Siapa?” tanya Shaka saat ponsel Zeora nggak diangkat sama pemiliknya.
“Mami. Pak, jangan bilang-bilang keadaan saya sekarang ya,” pinta cewek itu yang hanya diangguki sama Shaka.
Zeora menetralisasikan suaranya, menghembuskan napas sejenak barulah ia mengangkat panggilan tersebut.
“Pagi, Mami!”
“Ze, bener kemarin kamu habis jatuh?” Senyum dibibir Zeorang lentur seketika, sejenak ia menutup kedua bola matanya, menggigit bibirnya sendiri bahkan menahan napas untuk beberapa detik.
Sial! Kenapa maminya itu harus tahu sih? Padahal Zeora sendiri berusaha mati-matian buat selalu dalam keadaan baik-baik saja di depan sang ibu. Apa Shaka yang kasih tahu ya?
“Ze, jawab jujur pertanyaan Mami!” Nada wanita itu seakan tegas namun juga khawatir.
“I-iya, Mami. Tapi aku nggak papa kok.”
“Nggak papa gimana? Alesha bilang kamu sampai dibawa ke klinik.”
Wah, Alesha itu benar-benar ya. Cepu banget sama maminya. Mana nggak bilang-bilang ke dia kalau mau kasih kasih kabar ke maminya.
“Kemarin Mami coba telfon kamu sama Shaka tapi nggak ada yang aktif nomernya.”
“Maaf, Mi. Kemarin aku ketiduran.”
“Shaka mana?”
“Ini...”
Zeora menyodorkan ponselnya pada Shaka yang diterima dengan santai oleh pria itu.
“Hallo, Mi?”
“Shaka, gimana sama Zeora? Dia baik-baik aja kan.”
“Mami nggak perlu panik, nggak parah kok. Kakinya cuma terkilir sedikit.” Zeora bernapas lega. Untung Shaka gampang diajak gimmick, nada bicaranya juga sangat tenang hingga Zia percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecturer secret wife
Romance"Tutorial biar nilai gue bagus di mata kuliahnya pak Shaka!" "Nikahin tuh dosen." Hanya cerita ringan antara dosen dan mahasiswinya yang merangkap sebagai pasutri gaje kalau lagi di rumah. ----- n) cerita murni hasil karangan sendiri! Plagiat dilara...