2

596 45 9
                                    

"JISLYN!".

Jislyn tersenyum dan melambaikan tangannya menanggapi seseorang yang berjalan dari pintu masuk menghampirinya. Di sampingnya ada Asa, putri keduanya yang senantiasa selalu hadir dalam acara kantor papanya. Mereka tengah berada di acara pengesahan vendor yang di menangkan oleh Seno.

"Ini anak lo Jis?". Tanya wanita yang di yakini seumuran dengan Jislyn itu menunjuk Asa yang berdiri di samping Jislyn.

Jislyn mengangguk. "Iya mba Irene. Udah gede kan?".

Irene membalas dengan senyum takjub. "Gila sih anak lo cantik banget. Mirip lah sama lo jaman SMA". Kata Irene memuji Asa, membuat empunya tersipu malu.

Jislyn tertawa pelan, kemudian menepuk pundak Asa. "Sayang, kenalin ini tante Irene. Temen mama jaman sekolah dulu. Ya lebih tepatnya kakak kelas sih, kita akrab karena satu organisasi". Ujar Jislyn pada Asa.

Asa paham, lantas ia menyodorkan tangannya pada Irene. "Kenalin tante, aku Asa".

Irene menyambut tangan Asa. "Iya sayang, salam kenal juga ya".

Irene mengedarkan pandangannya, entah apa yang ia cari. Membuat Jislyn mengikuti arah pandang temannya itu.

"Jis bukannya anak lo dua ya?". Tanya Irene. "Siapa satunya? Ruka kan ya yang gede?. Mana dia? Kok gak keliatan?".

Jislyn terdiam sejenak. Sahabatnya ini memang sudah tau latar belakangnya. Karena mereka cukup dekat, dan Jislyn sering mengutarakan isi hatinya kala ia tengah di rundung masalah. Tapi beberapa tahun terakhir ini mereka lama tak bertemu karena kesibukan masing-masing. Jadi tidak heran jika Irene mempertanyakan keberadaan putri Jislyn yang satunya.

"Ruka di rumah Mba, aku suruh belajar". Jawab Jislyn. "Dia sekarang udah kelas 3 SMA, makanya lebih banyak waktu belajarnya karena mau lulus".

Irene hanya beroh ria saja dan mengangguk paham. Sedangkan Jislyn, perempuan itu kini terdiam sambil melirik canggung. Nampaknya Irene percaya dengan jawabannya.

"JISLYN!".

Jislyn menoleh saat Seno, suaminya menyeru namanya dan memberikan kode tangan untuk menghampirinya. Setidaknya dengan panggilan Seno itu, membuat Jislyn lega karena menjadi pengalih pembicaraan tentang Ruka dari Irene.

"Mba, aku samperin mas Seno dulu ya. Nikmatin acara sama hidangannya dulu aja ya". Kata Jislyn ke Irene.

"Iya tenang aja. Gue makasih banget sih, udah di undang juga". Jawab Irene.

Jislyn kembali mengangguk. "Sayang, mama ke sana dulu. Temenin tante Irene ya". Asa mengangguk setelah di beri ultimatum oleh Jislyn.

Setelah kepergian Jislyn kini hanya ada Asa dan Irene saja. Keduanya menatap punggung Jislyn yang semakin menjauh.

"Jislyn masih aja perlakuin anaknya gak adil". Celetuk Irene, yang membuat Asa menoleh ke arahnya. "Kasihan Ruka".

"Maksud tante?". Asa menyahut.

Irene menggeleng, ia tersenyum pada Asa. "Gak papa Asa". Katanya. "Kamu jauh lebih beruntung di perhatikan Jislyn, di banding kakak kamu Ruka". Lanjutnya.

"Mama gak gitu tante, mama perhatiin kak Ruka juga kok". Sela Asa tak setuju.

"Itu menurut kamu. Beda kalo kamu jadi Ruka, yang tau perasaannya ya cuman dia. Buktinya sekarang aja cuman kamu yang di ajak ke sini sama Jislyn. Ya walaupun kamu anak kandungnya Seno, tapi tetep aja sikap Jislyn salah mencampakkan Ruka gitu aja. Ruka tetep anaknya kan?".

SHINING (Kawai Ruka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang