20

264 36 9
                                    

Beberapa waktu lalu

Jean membulatkan matanya saat ia membopong tubuh Ruka untuk ia bawa ke UKS, darah segar mengalir di kaki Ruka. Darah apa ini?. Mengapa begitu deras keluar dari bagian tubuh bawah Ruka?. Fikiran Jean seketika berkecamuk, tangannya yang ia gunakan untuk memopang Ruka bergetar sangat hebat. Tanpa babibu ia segera melarikan Ruka ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Jean tidak tau harus berbuat apa. Ia hanya menyerahkan semuanya pada Dokter. Agar memberikan perawatan intensif untuk gadis itu. Dalam hati cowok itu juga terasa sangat was-was. Karena terakhir kali ia kembali menggendong tubuh Ruka, jari tangannya sangat dingin.

Selang beberapa saat akhirnya dokter yang menangani Ruka itu muncul. Jean segera menghampirinya untuk menanyakan keadaan gadisnya.

"Kamu masih sekolah?". Tanya Dokter itu tiba-tiba.

Jean mengerutkan dahinya. "Maksud dokter apa tanya saya begitu?". Katanya balik bertanya. Padahal sudah jelas-jelas ia melihat Jean dengan seragam sekolahnya. Begitu juga dengan Ruka, pasien yang di tanganinya.

"Maksud saya pasien yang di dalam teman sekolah kamu?". Tanya dokter ulang.

Jean mengangguk.

"Saya tidak bisa menjamin kamu benar temannya atau pacarnya". Kata dokter lagi. "Karena kenakalan remaja sudah merajalela sekali".

Jean semakin di buat bingung oleh ucapan dokter di depannya. Menurutnya tenaga medis ini terlalu bertele-tele untuk mengungkap keadaan pasiennya. Jean hanya ingin tau bagaimana keadaan Ruka sekarang?. Apa yang membuatnya jatuh pingsan seperti itu?.

"Teman kamu sedang hamil". Ujar dokter. "Dia baru saja mengalami pendarahan".

Jean stuck. Bagai tersambar petir di siang bolong ia diam mematung di tempatnya. Bayangan beberapa waktu lalu saat ia menanggalkan habis pakaian Ruka kini tersigap di kepalanya. Tatapannya kosong, mendengar dengan jelas pernyataan dari dokter itu.

Jean sudah terlalu jauh melakukannya pada Ruka. Bukan hanya luka, tapi penderitaan selanjutnya kembali Jean tautkan ke gadis itu. Benihnya telah tumbuh di rahim Ruka.

"La..la..lu ba..bagaimana keadaannya dok?". Tanya Jean dengan bergetar.

Dokter itu menepuk pelan pundak Jean, dan tersenyum. "Semua baik-baik saja". Jawabnya. "Untung kamu cepat bawa dia kemari. Ruka dan janinnya selamat. Hanya pendarahan kecil saja yang di alaminya karena mungkin terlalu banyak stres".

"—saya sudah kasih obat penenang dan penguat untuk janinnya. Jadi istirahat yang cukup untuk beberapa waktu ini. Jangan banyak pikiran untuk kesehatannya". Sambungnya. "Saya permisi". 

Jean kembali bungkam. Ia masih terkejut dan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia lantas mengusap wajahnya kasar, nampaknya Ruka pun belum tau kalau dirinya tengah berbadan dua.

Dengan keberaniannya ia pun masuk ke dalam ruangan UGD dimana terdapat Ruka yang masih memejamkan matanya. Ia menyingkirkan anak rambut Ruka yang menutupi keningnya dengan lembut. Lantas matanya tertuju pada perut gadis itu yang masih rata. Tapi ada kehidupan lain di dalamnya. Jean hanya bisa menghela nafas panjang.

Hari demi hari berlalu nampaknya Ruka benar-benar belum mengetahui kehamilannya. Jean pun belum bisa mengungkapkannya pada gadis itu karena takut akan menjadi hal yang membuatnya depresi. Karena setelah Jean memantau lebih dekat, Ruka dalam masalah yang benar-benar sulit. Terbukti saat dirinya tengah berada di balkon rumah barunya yang kebetulan bertetangga dengan gadis itu.

Ruka menangis menyendiri dan hal itu mampu membuat hati Jean bergetar melihatnya. Lantas bagaimana cara Jean untuk mengungkapkan kebenarannya pada Ruka kalau gadis itu tengah mengandung anaknya?.

SHINING (Kawai Ruka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang