Gadis dengan rambut yang di biarkan terurai kini tengah berjalan dengan anggun menyusuri koridor-koridor sekolahnya. Ruka, menampilkan senyumnya saat berpapasan dengan beberapa siswa siswi yang menyapanya. Meskipun terkenal pendiam, tidak sedikit yang mengenal gadis itu. Terlebih, Ruka juga terkenal akan peringkat pertama di kelasnya.
Namun meskipun begitu ada banyak pula yang tidak menyukai dengan sikap dan kepribadiannya yang terlalu tertutup itu. Menjadikan ia lebih di sapa dengan si cewek introvet karena kurangnya bergaul dengan mereka. Tapi, Ruka sebisa mungkin tidak mengambil hati yang mengata-ngatai dirinya dengan perkataan kasar dan ia terus di berikan rasa sabar.
Ia berjalan menuju kantin bersama dengan sahabatnya, Bening. Gadis yang satu bangku dengannya itu senantiasa selalu ada untuk Ruka. Meskipun tidak semua hal Ruka ceritakan padanya, tapi Bening cukup mengenal kepribadian Ruka.
Langkah Ruka terhenti di tengah-tengah tangga saat berpapasan dengan Asa. Dia menyunggingkan sudut bibirnya untuk menyapa adiknya itu.
Sekedar untuk menghibur, karena pagi tadi adiknya itu tengah merajuk.
"Asa..". Panggilnya dengan semangat.
Senyuman Ruka pudar pada saat itu juga, karena Asa yang hanya melewatinya begitu saja. Tanpa menoleh, seakan-akan dirinya hanya di anggap angin lewat. Ruka jadi bertanya-tanya, apa sebenarnya yang terjadi pada Asa.
"Gila si Asa. Budek apa bolot tuh anak?". Cibir Bening melihat sikap Asa yang acuh pada Ruka.
"Dia kenapa ya Ning?". Tanya Ruka dengan bergumam.
Bening berdecak. "Ya lo nanya gue. Gue nanya siapa anjir?". Kata Bening memutar bola mata malas. "Lo kan satu rumah sama dia".
Ruka mengangguk. "Gue jujur gak tau. Tapi dia sinis banget sama gue dari pagi tadi pas sarapan".
Bening melototkan matanya tak percaya, pasalnya gadis itu tak seperti biasanya. Asa sangat sayang pada Ruka, dan dia satu-satunya di keluarga yang peduli dengan keberadaan Ruka.
"Lah kenapa tuh bocah?". Bening bermonolog. "Lo udah tanyain ke dia secara langsung belum?. Kali aja lo ada salah yang gak lo sadar, soalnya anak tipe kaya Asa lagi sensi-sensinya".
Ruka mencoba mengingat, hal apa yang membuat Asa bersikap demikian padanya. Namun, terakhir berinteraksi dengannya kemarin Asa masih tetap sama dengan memperlakukan Ruka dengan gemas. Bahkan, gadis itu memberinya sebuah hadiah kalung dengan bandul yang sama dengannya.
Lalu dimana letak kesalahan Ruka?.
Ruka menghela nafas pelan. "Coba nanti gue tanyain deh".
Bening mengangguk. Memang dari dulu hanya Bening yang selalu mengerti keadaannya. Dia menggenggam tangan Ruka, lalu menatap gadis itu dengan teduh. Bening, tau bahwa saat ini Ruka selalu di serang banyak masalah.
Ruka melebarkan senyumnya. Wajahnya yang tadi lesu karena di abaikan Asa, di ubah agar terlihat biasa saja.
Lantas keduanya melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Namun saat anak tangga terakhir yang menghubungkan lantai 2 dengan lantai dasar, langkah Ruka kembali berhenti.
Dughh...
Tubuh Ruka yang hampir tersungkur kini berada di dalam pelukan seseorang yang menabraknya. Ruka mendongak, dan pada saat itulah matanya membulat. Buru-buru dia menjauhkan tubuhnya dari laki-laki itu.
"Sorry". Ucapnya singkat.
Ruka tak mengindahkan ucapannya. Tanpa bicara dan menoleh ke arahnya, gadis itu kembali melanjutkan langkahnya. Bening, pun dengan cepat menyusul.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHINING (Kawai Ruka)
Fanfiction"Setidaknya ada kala, aku untuk bersinar" - Ruka