21

254 28 2
                                    

"Aku gak mau ikut papa!". Teriak Asa dengan lantang menolak Seno yang terus memaksanya untuk ikut dengannya.

Jislyn hanya terdiam melihat putri keduanya itu memberontak. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, berpisah dengan Asa adalah kesakitan tersendiri yang menyulut. Bukan hanya Asa, begitu juga dengan Ruka. Setelah menyadari kesalahannya yang teramat besar pada Ruka membuat hati Jislyn benar-benar berdarah. Ia merasakan sesak yang begitu menyiksa.

Wanita itu meninggalkan rumah sakit saat ia baru teringat Asa ia tinggalkan seorang diri dalam keadaan tak sadarkan diri. Gadis itu tak kuasa saat melihat bagaimana kejamnya Seno menganiaya kakaknya. Maka dari itu Jislyn meminta Rami untuk menjaga Ruka sementara.

Tapi saat ia sampai di rumah ternyata Asa sudah sadarkan diri. Di sana ia juga melihat bagaimana Seno memaksa Asa untuk ikut dengannya. Jislyn sudah feeling, Seno pasti akan menalaknya setelah kejadian semalam yang cukup membuat kekacauan di mana-mana.

"Apa yang kamu harapkan dari wanita murahan itu Asa?!". Hardik Seno menggeram menunjuk Jislyn yang berdiri di ambang pintu. "Perempuan yang sudah menjadi benalu dari hidup ayah mu ini!".

"Lalu apa bedanya Asa dengan mama?!". Balas Asa tak kalah sengit menatap Seno. "Bahkan Asa lahir dari rahim mama! Lalu apa papa juga beranggapan Asa benalu untuk papa?!".

Seno menggertakan giginya geram. Putrinya itu sudah menguras kesabarannya. Lancang sekali ia berbicara dengan nada tinggi di depan wajahnya. Tangan Seno melayang di udara bersiap untuk memberikan tamparan keras di pipi Asa.

PLAKK

"Kurang ajar!". Katanya setelah berhasil mendaratkan tangannya tepat di pipi putrinya.

Jislyn memekik dan segera merengkuh Asa yang tergeletak di lantai. Wanita itu menangisi nasib putri keduanya itu yang menjadi korban tangan suaminya.

"Bajingan!". Ucap Seno yang kini menarik rambut Jislyn dengan keras lalu menyeretnya keluar.

Asa kembali meraung-raung berusaha untuk menolong mamanya. Seno benar-benar sudah kerasukan setan yang membuat dirinya tak bisa mengendalikan kemurkaannya.

"Dasar istri sialan!". umpatnya lagi mendorong tubuh Jislyn. "Saya akan segera menceraikan kamu Jislyn! Cukup sudah hubungan kontrak antara ayah mu dan orang tua ku! Saya sudah muak!". Ungkap Seno dengan kesetanan.

Jislyn yang mendengar hal itu tentu segera mendongak menatap Seno. Matanya yang kuyu itu seakan meminta penjelasan maksud dari ucapan suaminya itu. Apa alasan dengan membawa-bawa ayahnya?.

"Cukup 19 tahun saja Jislyn saya menuai yang tidak pernah saya tanam! Saya harus menikahi mu hanya karena bisnis sialan ayah mu itu!". Ungkap Seno lagi membeberkan fakta yang tentu belum Jislyn ketahui. "Dan karena mu juga! Saya kehilangan orang yang saya cintai!".

"—Stefani mati karena bunuh diri karena tau saya di paksa menikahi kamu!".

Wanita itu kembali mengingat masa lalunya, tentu tidak akan ada laki-laki yang setuju di nikahkan dengan wanita yang sudah berbadan dua tanpa alasan yang jelas. Uang memang di atas segalanya. Dan Ayah Jislyn pun berkuasa atas itu. Tak mau namanya menjadi buruk di kalangan pembisnis karena tau anaknya hamil di luar nikah, ia pun mengambil kesempatan rekan bisnisnya yang saat itu di ambang kebangkrutan di minta untuk menikahkan anaknya dengan Jislyn. Dan Robbin dengan senang hati akan membantu perusahaan dari ayah Seno.

Jislyn kembali meluruhkan air matanya. Ia tidak tau kalau kehamilannya saat itu akan banyak mengkaitkan dengan banyak orang. Kenapa baru sekarang Jislyn mengetahui fakta itu?. Seharusnya Jislyn saja yang mati bersama dengan bayinya.

Kini Jislyn membenci dirinya. Dan tak memungkiri fakta, pantas saja Seno tidak menerimanya dengan tulus. Karena kekasihnya yang dulu menjadi korban keserakahan Jislyn sendiri.

SHINING (Kawai Ruka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang