Jean menatap lurus gundukan tanah di depannya dengan tatapan kosong. Dimana Jean yang mengubur sendiri janin yang sebelumnya berada dalam rahim Ruka itu. Air matanya panas, dan tanpa kerasa setetes eluh itu jatuh dari pelupuk matanya.
Masih belum begitu percaya dengan fakta, di mana di dalam gundukan tanah itu hasil dari hubungan terlarangnya. Bukan hanya di lakukan di luar pernikahan, tapi hubungan antara kakak dan adik sedarah dari satu ayah.
Pengakuan dari Galih, cukup membuat Jean tak bisa mengendalikan rasa sesak di dadanya. Bagaimana bisa, ayahnya telah menyembunyikan fakta itu selama 18 tahun lamanya?. Mungkin rasa kecewa rasa sakitnya tidak akan separah ini, jika anak lain dari ayahnya bukan gadis yang pernah mengisi hati Jean sendiri.
Jean membulatkan tekad, untuk tidak lagi muncul di depan Ruka. Ia terlampau merasa tidak tau diri, adiknya itu telah menjadi korban budak nafsunya. Ia juga tak bisa kembali menumbuhkan rasa cinta untuknya. Karena itu sebuah kesalahan. Lebih baik, ia tak lagi bertemu dari pada keduanya sama-sama tau fakta hubungan apa di antara mereka.
Ponsel di sakunya bergetar, hingga berhasil membuat lamunannya tersadar. Jean meraih ponsel itu, dan terdapat nama Rami yang muncul mengirim sebuah pesan.
Setelah membaca pesan itu, Jean kembali menatap ke bawah. Dengan menabur bunga terakhir yang ia persembahkan untuk anaknya. Lalu, ia pun beranjak meninggalkan gundukan tanah itu.
Jean di minta untuk datang ke rumah Celine oleh Rami, adiknya. Setelah pertengkaran kemarin kini gadis itu, dengan sangat yakin untuk menetap di rumah mamanya. Tapi tidak dengan Jean, cowok itu tetap teguh pada pendiriannya tak ingin kembali menjadi bagian dari Celine maupun Galih. Memutus hubungan sebagai anak di antara keduanya.
Egois memang, tapi Jean memang harus melakukannya. Ia hanya akan datang ke rumah Celine, apabila terjadi sesuatu pada Rami.
"Jean".
Cowok itu terdiam saat suara yang selama ini ia hindari, kini menggema di telinga memanggil namanya. Celine yang berada di belakang Jean, memberanikan diri untuk mendekati anak laki-lakinya itu.
Jean menatap wajah natural yang biasanya penuh akan make up itu dengan dahi berkerut. Penampilan Celine sama dengan Celine yang dulu saat menjadi mamanya.
"Maaf mama yang minta Rami agar kamu mau datang". Kata Celine dengan lembut serta senyum kecilnya.
Jean masih bungkam, bahkan sekarang ia membuang pandangannya dari Celine.
Celine masih dengan senyum, ia memaklumi akan sikap Jean yang memang sangat acuh itu padanya.
"Mama minta maaf". Kata Celine dengan nada menyesal. "Mama banyak salah sama kamu".
"Masih pantas anda berkata seperti itu?". Dengan suara datar Jean bertanya.
Celine tersenyum simpul. "Sebenarnya mama memang gak pantas mengatakan itu ke kamu maupun ke Rami. Tapi asal masih ada ruang maaf yang tersisa, mama harap bisa mengisi itu dengan kata maaf mama yang tulus". Ucapnya lagi kini mengelus lembut lengan Jean.
"—maafkan keegoisan mama. Mama sedih kalian menjadi seperti ini karena mama".
"Andai saja anda menyadari ini lebih awal. Apa mungkin semua ini tidak akan terjadi?". Jean masih enggan menatap Celine.
"Mama ngerti Jean. Tapi rasa sakit hati mama tidak sebanding, saat tau Galih berselingkuh dengan sekretaris yang sekarang menjadi istrinya. Mama agak kerasan, dan di puncak kesabaran menghadapi perselingkuhan yang hampir setiap kali di lakukannya. Tidak cuman sekali atau dua kali Jean, tapi berulang kali. Mama terlalu capek menghadapi itu sendiri. Saat itu kalian masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang mama pendam sendirian".
KAMU SEDANG MEMBACA
SHINING (Kawai Ruka)
Fanfiction"Setidaknya ada kala, aku untuk bersinar" - Ruka