"Rumah sakit?".
Dahi Ruka bergelombang saat mobil yang di kendarai oleh Raka kini terparkir di rumah sakit yang di singgahinya.
Kedekatan Ruka dengan Raka sebagai ayah dan anak memang sudah terjalin dengan baik. Laki-laki itu telah menepati janjinya, memberikan peran sosok ayah yang baik untuk Ruka. Bahkan bukan hanya Ruka, tapi Asa pun turut di berikan perhatiannya. Hampir dalam kurun waktu 1 minggu ia sempatkan bertemu dengannya 3-4 kali.
Dan kali ini, Raka memang bermaksud untuk mempertemukan Ruka dengan anaknya yang lain. Di mana, anak itu adalah anak dengan istri sahnya. Momen inilah yang di tunggu oleh Raka, Ruka berhak tau apa yang ada di kehidupannya juga.
"Papa sudah pernah bilang kan kalo papa punya anak lagi selain kamu?". Kata Raka sambil membelai lembut rambut Ruka.
Ruka mengangguk. Raka sebelumnya memang bercerita. Tapi belum juga mempertemukan keduanya.
"Adik kamu di sini". Raka menunjuk gedung rumah sakit di depannya. "Dia sedang menjalani prosesi cuci darah".
"Cuci darah?". Ruka speechless.
Kali ini Raka yang mengangguk. "Iya. Anak papa sudah 3 tahun terakhir ini mengalami penyakit gagal ginjal. Kedua organ tubuhnya itu rusak. Makanya dia harus menjalani cuci darah itu sampai papa mendapat orang yang mau mendonorkan ginjalnya".
Ruka menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Tak percaya, beban yang di pikul Raka lebih berat dari dugaannya. Ia sebelumnya hidup dengan penuh penyesalan karena menelantarkan Ruka, tapi nyatanya ia juga menanggung beban mencari donor ginjal untuk putrinya yang lain.
Raka tersenyum singkat, mengerti akan respon yang diberikan Ruka. Ia kembali mengusap rambut Ruka. Lalu mengajaknya untuk keluar dari mobil dan menemui anak istrinya itu.
"Naya?". Panggil Raka ke istrinya yang tengah duduk di kursi tunggu.
Wanita dengan kisaran seumuran dengan mama Ruka itu berdiri lalu menghampiri keduanya. Ia tersenyum lalu membelai rambut Ruka.
"Kamu Ruka kan?". Tanyanya dengan lembut.
Ruka membalas dengan senyum canggung. Gadis itu lantas mengangguk pelan. "I..iya tante".
"Panggil mama saja. Saya istri papa kamu". Kata Naya. "Anak mas Raka, anak saya juga. Jadi jangan sungkan panggil saya mama".
Ruka lagi-lagi terkejut dengan respon yang di berikan oleh istri dari ayahnya itu. Ia tak menyangka akan di sambut dengan baik olehnya. Padahal sebelumnya Ruka justru takut tidak akan di terima oleh mereka karena statusnya yang di cap anak haram.
"Papa sudah cerita semua tentang kamu Ruka". Kata Raka seakan mengerti dari raut wajah yang di tampilkan Ruka kebingungan. "Dan mama Naya dengan senang hati menerima kehadiran kamu. Jadi papa harap kamu juga bisa menerima mama Naya mama kamu juga".
Gadis itu tersenyum. "Iya pa". Jawabnya.
Raka menghela nafa lega. Ia menyunggingkan senyum bahagianya. Seakan beban yang berat telah lepas dari pundaknya. Tak sia-sia usahanya membujuk Naya saat ia memberitahukan tentang Ruka, anaknya yang lahir sebelum Raka menikah dengan Naya.
"Kalo begitu ayo kita temui Hanin". Ajak Naya menggandeng tangan Ruka untuk masuk ke dalam ruangan cuci darah di depannya. "Dia sudah nunggu kamu".
"Hanin?". Dahinya berkerut.
Pandangannya pun langsung tertuju saat pintu yang di dorong oleh Naya itu memperlihatkan gadis yang tengah berperang dengan alat medis yang menempel di tubuhnya. Rasa tak percaya kembali membuncah hatinya.
"Hanin adik ku?". Gumamnya pelan.
•---•
"Ternyata dunia sesempit lubang jarum ya?".
Ruka menundukkkan kepalanya. Kini ia duduk berhadapan dengan Hanin setelah gadis itu di pindahkan dari ruang cuci darah ke ruang inapnya. Sedangkan kedua orang tuanya sengaja meninggalkan mereka untuk memulai percakapan sebagai saudara.
Hanya saja rasa canggung mendominasi di antara keduanya. Tapi, setelah kalimat pertama yang di ucapkan oleh Hanin itu memecah keheningan. Hanin menatap Ruka dengan serius.
"Gue gak nyangka ternyata kita anak dari laki-laki yang sama. Dan juga, terlibat asmara di laki-laki yang sama juga". Ucap Hanin sambil tersenyum smirk. "Tapi bedanya, gue beruntung dapat kasih sayang papa dari kecil. Sedangkan lo, beruntung di cintai tulus oleh Jean".
Ruka menghela nafas, rasanya tidak mengerti mengapa Hanin membawa nama Jean di sini. Padahal keduanya masih sama-sama syok akan fakta mereka ternyata bersaudara.
Ah, tapi Ruka ingat. Yang menghubungkan kali pertamanya memang Jean. Dan tak bisa di hindari, karena Jean memang kekasih dari adiknya.
"Gue mohon berhenti sangkut pautin ini sama Jean". Kata Ruka akhirnya. "Kita udah selesai sebelumnya, dan maaf dulu gue pernah jadi orang ketiga di hubungan kalian".
Hanin terkekeh pelan. Tapi beberapa saat raut wajahnya berubah menjadi murung. Dia sebenarnya tidak sampai hati harus mengatakan hal ini pada Ruka. Tapi, Hanin juga tidak bisa egois demi kebahagiaannya sendiri.
"Ya betul. Dan lo berhasil memalingkan semua rasa Jean itu dari gue". Kata Hanin dengan tatapan sendunya. "—dan sekarang Jean memilih ninggalin gue demi bisa sama lo".
Mata Ruka langsung membelak saat itu juga. Dia jadi teringat akan pertemuan terakhirnya dengan cowok itu. Dimana Jean yang dengan tulus menyatakan perasaannya itu. Tapi, Ruka kira itu hanya kalimat penenang di saat Ruka yang memang sedang tidak lagi membutuhkan siapa-siapa.
Ruka benar-benar tidak tau, hubungan Hanin dan Jean juga harus berakhir seperti ini.
"Gue jadi takut, itu terjadi juga sama mama gue".
"Maksudnya?". Ruka sedikit tidak paham dengan apa yang di katakan Hanin barusan.
"Mama lo ambil papa dari mama gue. Sama halnya dengan lo yang udah ambil Jean dari gue". Hanin menjelaskannya lebih detail. "Gue pikir kalian sama saja".
Ruka mendongakkan kepalanya menatap lebih berani gadis di depannya ini. Hanin lancang sekali, seakan merendahkan Jislyn mama Ruka dengan situasi ini.
"Ini gak ada hubungannya sama mama gue". Tekan Ruka, emosinya jadi terpancing. "Bahkan gue juga gak tau sebelumnya akan hal ini. Gue berusaha menghindar dari Jean, setelah gue tau alasan Jean hanya jadiin gue pelampiasan dari lo".
"Ini bukan lagi soal Jean. Tapi keluarga gue". Ucap Hanin dengan keras kepalanya.
"Terus kenapa lo ngomong gini sama gue? Seakan-akan gue ngerasa bersalah atas hal yang gak gue lakuin?Jean yang memilih sendiri pergi dari lo dan gue pun sebaliknya memilih pergi dari dia karena gue gak mau kembali jatuh di lubang yang sama". Ungkap Ruka dengan bulir air mata yang terjatuh di sudut matanya.
"—Sedangkan mama gue juga baru tau kebenarannya, gue ini anak dari sahabatnya sendiri. Dan gak ada sedikit fikiran untuk ambil papa dari tante Naya. Mama gue cuman menuntut keadilan atas gue anaknya dari papa yang lari dari tanggung jawabnya".Bukan situasi seperti ini yang Ruka inginkan. Ia hanya ingin menjalin persaudaraan dengan Hanin dengan baik. Memang awalnya, Ruka sempat syok mengapa hidupnya berputar-putar dengan orang-orang itu saja.
Jujur saja dia tidak mau terlibat dalam masalah rumit seperti ini lagi. Menjadikan Ruka bagai pengemis perhatian. Tolong, jangan libatkan lagi Ruka di dalamnya, dia sudah terlalu lama menderita.
"Sampai kapan pun gue gak akan terima lo sebagai saudara gue". Ungkap Hanin.
-Tbc-
Pingin banget cepetin end tapi kok belum rela😭
Padahal udah banyak draft cerita baru cast Ruka yang mau ku up setelah book ini tamat😭😁Jangan lupa pencet bintangnya 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
SHINING (Kawai Ruka)
Fanfiction"Setidaknya ada kala, aku untuk bersinar" - Ruka