"katakan mengapa kamu dulu tidak mau mengakuinya?".
Raka menghela nafas panjang. Terlihat raut wajah penyesalan tercipta disana. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam, lalu tak berapa lama ia mengambil nafas lagi di udara dan memberanikan diri menatap Jislyn.
Ya. Setelah pesan yang di kirimkan oleh Raka kemarin, kali ini Jislyn bersedia menemuinya kembali. Bukan karena takut akan ancaman yang di berikan oleh Raka, akan mengambil Ruka darinya. Hanya saja, ada juga pesan yang hendak Jislyn sampaikan pada Raka.
"Usia ku baru 21 tahun Lyn. Aku terlalu takut untuk menikah di usia yang masih muda itu. Terlebih, pendidikan ku yang belum mencapai final. Lalu, akan aku beri makan apa kamu nanti kalo kehidupan ku saja masih bergantung orang tua ku?". Kata Raka, yang mampu membuat Jilsyn menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Dan kamu gak mikir apa yang terjadi sama aku saat orang tua ku tahu aku mengandung anak dari luar pernikahan?, Aku di tampar dan di hinakan oleh papa. Aku juga harus menerima tatapan kebencian dari mama ku, sampai kebencian itu pun mama berikan pada Ruka hingga sekarang?. Dan Apa kamu juga gak mikir gimana tersiksanya aku, harus dinikahkan sama orang yang sama sekali aku gak kenal? Bahkan yang lebih menyakitkan, mantan suami ku itu pun menyiksa anakku".
"Aku minta maaf Lyn". Ucapnya lagi menyesal. Sangat terlihat jelas dari sorot matanya, laki-laki itu penuh akan kesalahan. "Aku bukan bermaksud tak mau mengakuinya, hanya saja—".
Jislyn tersenyum kecut. "Andai saja kata maaf bisa mengembalikan harga diri ku dan luka yang di alami oleh Ruka mungkin masih bisa di maafkan. Tapi, dengan munculnya kamu sekarang dan kamu meminta hak atas Ruka apa kamu berfikir semua itu bisa menghapus semua kebiadaban mu Raka?!".
"Aku tau Lyn. Tepat setelah aku pergi dari insiden itu aku kembali. Aku berusaha mencari kamu dan akan bertanggung jawab atas mu. Tapi aku terlambat. Kamu sudah menikah dan aku fikir kamu bahagia dengan suami mu itu. Tapi ternyata, anak ku itu justru menderita karena kamu pun turut membencinya. Dan aku gak terima, Ruka di perlakuan demikian oleh mu, makanya aku ingin ambil hak asuh Ruka dari kamu".
Lagi-lagi Jislyn tersenyum remeh. Wanita itu terkekeh seakan ucapan Raka barusan adalah lelucon yang sangat lucu. Laki-laki itu ternyata mengambil poin pentingnya saja, tanpa tau alur dari awal alasan apa yang membuat ia selama ini membenci Ruka.
"Itu bukan urusan kamu. Ruka anakku!". Tekan Jislyn. "Bukankah kamu dulu tidak mau mengakuinya? Kamu hanya anggap aku sebagai gadis kotor yang pantas di tinggalkan. Terlebih, kamu juga yang membuat aku menjadi pengemis pada orang yang jelas-jelas tidak berbuat itu pada ku. Kamu gila Raka!".
Air mata tak terasa menetes dari pelupuk mata Raka. Laki-laki itu kini bisa membayangkan bagaimana tersiksanya Jislyn saat itu. Berbadan dua dengan menanggung beban semuanya sendirian.
"Aku salah Lyn. Aku akui aku salah. Tapi, kamu juga harus tau. Alasan aku pergi sebentar dan tidak saat itu juga mengaku kalo aku yang menyentuh mu. Kamu pasti akan membenci ku, karena yang melakukan kebejatan itu sahabat mu sendiri".
"Pengecut!". Umpat Jilsyn.
Raka mengangguk. "Aku memang pengecut Lyn". Lirihnya pelan. "Dan penyesalan ku mungkin memang tak sebanding dengan penderitaan mu. Sekali lagi aku minta maaf Lyn".
Jislyn mengusap wajahnya. Menghela nafas lelah, karena emosional tadi yang berlebih. Tapi bagaimana pun juga, Raka memang harus tau penderitaan yang di ciptakannya itu dalam hidupnya.
Setelah beberapa saat keduanya diam karena bergelut dengan pikiran masing-masing. Jislyn mendongakkan kepalanya menatap laki-laki itu dengan serius.
"Lalu apa yang kamu mau dari ku sekarang?". Tanya Jislyn, menanyakan tujuan utama apa Raka meminta untuk bertemu Jislyn.
"Aku cuma mau Ruka bahagia. Beri dia kasih sayang tulus, karena sekarang kamu sudah tau kebenarannya. Aku adalah ayah kandungnya, bukan mantan pacarmu dulu". Jawab Raka, tapi kalimatnya tergantung membuat Jislyn menunggu.
"—lalu kasih aku kesempatan untuk dekat dengannya. Supaya aku bisa terbebas dari rasa bersalah yang besar ini karena mengabaikannya. Izinkan aku benar-benar menjadi ayahnya".
Jislyn masih diam. Tapi sorot matanya masih membidik Raka. Ia tengah mencari kebenaran di netranya itu. Dan benar saja, bola mata laki-laki itu sama dengan putrinya. Dan Jislyn baru menyadarinya.
"Aku akan cari waktu yang tepat untuk mempertemukan mu dengan Ruka. Tapi, tidak sekarang. Ruka masih belum sembuh dari traumanya. Jadi aku harap kamu tidak memaksa dan bersabar". Putus Jislyn.
"Sungguh Lyn?". Mata Raka berbinar. Tentu itu adalah kabar yang baik.
Jislyn mengangguk ragu. "Aku sudah menceritakan tentang mu pada Ruka. Jadi aku minta, berikan kasih sayang dan perhatian seorang ayah untuk putrinya. Karena Ruka tidak pernah mendapatkannya selama ini".
Kali ini Raka yang mengangguk. Dia merasa bahagia, karena ia mempunyai kesempatan untuk bisa dekat dengan putrinya yang telah lama hilang itu.
•---•
Langkah Jean yang awalnya pelan kini semakin dipercepatnya. Bahkan cowok itu tak segan berlari tergesa-gesa dari dalam rumah saat mendapati sosok yang saat ini menatapnya itu berdiri di depan gerbang rumahnya.
Setelah tepat di depannya, Jean memberikan pelukan erat untuknya. Kepalanya ia sembunyikan di ceruk leher gadis itu. Menumpahkan semua ketakutannya, karena rasa bersalah yang terus menghantuinya.
"Ruka..". Lirihnya. "Maaf..".
Gadis itu melepaskan tubuhnya dari tautan Jean. Tatapan sendunya masih tertangkap olehnya, tapi cowok itu sedikit merasa lega karena keadaan Ruka sudah lebih baik dari terakhir saat ia meninggalkannya di apartemen Jislyn. Dan kali ini, gadis itu justru yang mengunjungi rumahnya. Tepatnya rumah Celine, ibunya.
"Ruka...".
Bibir Ruka masih mengatup.
"Gue—".
"Gue minta maaf atas kesalahan itu".
Dahi Jean bergelombang dengan kalimat yang meluncur dari bibir gadis berambut panjang itu. Ia menatap bola mata Ruka dengan lamat.
"Kesalahan apa?". Tanya Jean. "Lo gak ada salah. Gue yang bersalah, menyakiti lo".
Ruka menggeleng. "Gue datang, atas nama gue dan mama minta maaf karena kesalah pahaman tentang ayah kandung gue. Selama ini mama mengira papa lo yang h—".
Kali ini Jean yang menggeleng lalu menutup bibir gadis itu dengan jari telunjuknya. Setelahnya ia kembali memeluk erat tubuh Ruka yang kembali terdiam.
"Baik lo maupun tante Jislyn gak ada yang salah". Kata Jean. "Lo gak pantas minta maaf ke gue, karena gue yang seharusnya ucap kata itu meskipun sudah berulang kali gue ucapkan. Keluarga gue yang membuat semua ini terjadi Ruka. Lo pantas benci gue".
"—bukan hanya itu. Bahkan hati lo gue buat hancur sehancurnya".
Ruka kembali melepas pelukan cowok itu. Menatap matanya, Lalu ia tersenyum singkat.
"Kita sama-sama korban". Katanya. "—lo bahkan punya luka yang lebih dalam dari gue. Tapi, lo yang pandai menyembunyikan itu sampai gue pun gak tau lo sama hancurnya dengan gue. Maaf, kalo selama ini gue terlalu fokus ke rasa sakit itu sendirian. Tanpa tau lo yang sama-sama terluka, berusaha menjadi penawar dari luka hati gue".
Jean membalas senyuman Ruka. "Gak papa". Katanya. "Gue gak masalah kalo pun nanti gue akan kembali menjadi korban. Asal gue masih bisa ketemu lo". Lanjutnya. "Sekali lagi gue minta maaf—".
"—Gue cinta lo Elruka".
-Tbc-
Udah ya jangan sedih-sedih mulu 😁
Dan jangan lupa tetap tinggalin jejak biar semangat terus updatenya