Asa menarik nafasnya sebentar untuk menetralisir rasa gugup sebelum ia menemui seseorang yang tengah duduk di antara kursi yang berada di taman. Cukup lama ia sudah tak bertukar pesan atau pun bertemu dengan cowok itu, karena kesibukannya masing-masing. Dan hari ini, ia mencoba menyempatkan diri untuk menemui Yoshi dan ada hal penting yang ingin ia bicarakan.
Dengan langkah pelan, ia mendekati Yoshi yang kini mengembangkan senyumnya. Lalu Asa, membalas senyum itu dengan canggung.
"Gimana kabar kamu?". Tanya Yoshi saat Asa sudah mengambil duduk di sebelahnya.
"Aku baik kak". Jawab Asa dengan suara yang pelan.
Yoshi menganggukkan kepalanya. Untuk saat ini Yoshi sebenarnya tau, Asa tengah menyembunyikan masalahnya. Padahal sebelumnya, cowok itu adalah tempat pengaduan Asa yang hampir di setiap masalah yang ia alami. Dan dari cara Asa berbicara itulah yang menjadi alasan Yoshi bisa melupakan cintanya pada Hanin.
"Ada apa kak Yoshi minta aku datang?". Tanya Asa to the point. Jujur saja, ia sedang dalam suasana yang tidak baik. Asa tidak bisa berlama-lama berada di luar rumah.
"Gak ada apa-apa sebenarnya". Jawab Yoshi. "Gue cuman mau mastiin kalo lo beneran baik-baik aja".
Asa di tatap Yoshi dengan lekat, membuat gadis itu terdiam. Bisa di lihat, kalau mata Asa memerah. Sudah di pastikan, gadis itu baru saja menangis. Terlebih Yoshi tau benar apa yang tengah menimpa keluarga gadis itu cukup masalah yang rumit. Yoshi menghela nafasnya, lalu menarik gadis itu dalam pelukannya.
"Sekarang lo bisa ceritakan semuanya". Ujar Yoshi yang mulai mengelus lembut surai panjang gadisnya.
Asa tak bisa lagi menahan tangisnya. Sejujurnya dalam dekapan Yoshi seperti ini mampu membuat bebannya sedikit berkurang. Memikirkan perpecahan di keluarganya juga cukup membuat lelah hati dan pikirannya. Apa lagi dengan keadaan kakaknya yang cukup memprihatinkan.
"Kak Ruka..kak".
Yoshi mengangguk ia mengerti alasan Asa menangisi keadaan kakaknya. Ruka sudah dalam fase gangguan mentalnya, dan Asa juga merasa bersalah akan hal itu. Gadis itu merasa tertekan, karena menjadi bagian yang pernah memberikan Ruka luka. Di mana saat itu ialah yang jadi pemicu, Ruka harus mendapat kekerasan fisik dari ayahnya.
Yoshi menggenggam kedua tangan Asa dengan erat. "Gue yakin Ruka baik-baik aja. Dia bisa melewati ini semua". Ucap Yoshi menyalurkan rasa prihatinnya pada kekasihnya itu.
"Tapi sekarang gue yang takut kak". Kata Asa, di sela tangisnya ia mendongak menatap mata Yoshi dengan dalam.
"—gue takut setelah ini gue korban dari mama selanjutnya". Lanjut Asa.
"Maksudnya?".
"Selama ini kak Ruka sudah cukup puas di benci mama karena ayah kandungnya. Dan kak Ruka begini juga karena hal itu, banyak rasa sakit yang kak Ruka pendam sendirian". Jelas Asa, mulai menceritakan kekhawatiran dan ketakutan yang kini merundungi hatinya. "Aku takut, papa ku bukan orang baik. Papa juga sering menyakiti mama. Kalo andai aja, Mama dan kak Ruka sudah berdamai apa mungkin sekarang aku yang akan giliran di benci mama?".
"—ternyata sesakit ini jadi kak Ruka".
Yoshi membulatkan matanya. Ia tak percaya, Asa akan berbicara demikian. Tapi memang dari kenyataan yang di hadapi gadis itu saat ini, memicu adanya pikiran-pikiran negatif. Bukan hanya Jislyn dan Ruka yang menjadi korban, tapi Asa pun demikian. Ia juga merasakan sakitnya. Hidupnya sekarang sama halnya dengan Kakaknya, ia merasa di abaikan Jislyn karena wanita itu kini hanya fokus dengan masalahnya pada Ruka. Ia juga sudah kehilangan sosok papa, di mana Seno telah lari dari tanggung jawab atas hak asuh Asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHINING (Kawai Ruka)
Fanfiction"Setidaknya ada kala, aku untuk bersinar" - Ruka