42

133 32 16
                                    

Hanin menoleh ke suara pintu yang terbuka. Raut wajahnya kembali ia tampilkan dengan sebal karena ia fikir Ruka masuk ke dalam ruangannya lagi. Tapi, sesaat raut wajah itu berubah tatkala ia salah mengira ternyata Jean yang datang.

Cowok itu tersenyum tipis sambil berjalan mendekat ke arahnya. Auranya pun cukup tenang, membuat Hanin memalingkan wajah dan tersenyum remeh.

"Seneng banget yang habis ketemu pacarnya". Sindir gadis itu tanpa melihat ke Jean.

Jean mengambil duduk di kursi sebelah brankar Hanin. Cowok itu hanya diam, tanpa menyahut. Padahal ia tahu, sindiran itu di tunjukkan padanya. Karena tak ada orang lain lagi selain dirinya sekarang.

"Kalo aja dulu lo gak kenalin Yoshi ke gue, mungkin sampai sekarang perasaan lo masih tetap sama ke gue Je. Gue pasti balas perasaan lo dulu, dan gue gak akan pernah menyakiti lo dengan mencintai Yoshi". Lirih Hanin tiba-tiba mengingatkan masa lalunya bersama Jean dulu.

Jean masih terdiam, dia tak menjawab ungkapan Hanin barusan. Dia sendiri tak tahu, apa maksud arah pembicaraan gadis ini.

"Apa sih yang lebih dari Ruka Je, Sampai lo bisa berpindah perasaan ke dia?". Kali ini Hanin menatap mata Jean sedikit menuntut. "Harusnya lo masih cinta sama gue".

"Hanin, ada satu hal yang gak bisa di paksakan". Balas Jean setelah lama terdiam.

Hanin mengangguk. Dia sudah tau tentang itu, dan bahkan menjadi sindiran dari Jean tentang dirinya. Tentang cinta sendirian, tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan tak bisa ia memaksa akan perasaan yang mengalir sendiri itu. Sebagaimana, ia menyandang status dengan Jean tapi hatinya mencintai Yoshi. Dan pada akhirnya, ia tak kunjung bisa memaksakan untuk mencintai Jean.

Mungkin, Jean sudah dalam fase lelahnya. Karena ia yang sudah berpindah hati darinya.

"Tapi gue gak rela sekarang lo sama Ruka". Ucap Hanin, entah mengapa gadis itu sangat egois. "Gue kira awalnya dia emang beneran baik dan pantas sama lo. Tapi setelah gue bicara 4 mata langsung sama dia, gue jadi tau sifat aslinya yang cuman haus perhatian dari orang-orang. Dan gue rasa dia gak cinta sama lo. Dia cuman manfaatin lo".

"-Gue mau lo berhenti mencintai dia".

Jean tersenyum hambar.

Ya, Jean ingin melakukannya. Bukankah memang itu janjinya pada gadis yang sekarang dicintainya?. Tak lagi muncul di depannya pun salah satu dari janjinya.

Hanya saja, tadi adalah suatu kebetulan. Jean mendapati gadis itu keluar dari ruang inap Hanin. Dan sikap yang di tunjukkannya pun tak lagi seperti sebelumnya, Jean mencoba untuk tetap tenang dan seolah tak terjadi apa-apa.

Tapi kalo gadis itu?. Entahlah Jean tak tau, yang jelas ia berusaha menepati janjinya. Tak ingin lagi menjadi penyebab luka di hidupnya.

"Apa yang buat lo berasumsi seperti itu?". Tanya Jean.

Hanin menghela nafas pelan. "Dia kakak gue. Dan gue gak bisa lihat dan rela lo sama dia. Sakit banget jadi gue Jean". Jelas Hanin.

Spontan mata Jean membulat sempurna. Tak bisa di pungkiri dunia mereka sesempit ini. Jadi ayah dari Hanin adalah sahabat yang di maksudkan oleh Jislyn yang telah menghamilinya.

Jean menahan nafasnya sebentar, sambil menetralisir pikirannya. Ia kira saat Ruka mendatangi Hanin sebagaimana ia yang mendatanginya kemarin untuk memulai perdamaian di antara mereka. Karena bagaimana pun Jean juga pernah melibatkan Hanin dalam masalahnya dengan Ruka.

Sungguh, Jean tak habis fikir kalo kenyataannya Ruka dan Hanin terjalin hubungan saudara.

"Gue benci dia Jean".

Jean menoleh, lalu menatap gadis itu dalam-dalam.

"Entah kenapa gue benci dia. Dia ambil semua orang di dekat gue. Dia ambil lo, adiknya Asa juga ambil Yoshi dari gue dan sekarang mungkin mamanya juga mau ambil papa. Lalu, setelah ini apa dia akan ambil hidup gue Jean?". Mata Hanin begitu menuntut. Dia menunjukkan emosinya dengan menggebu-gebu.

"Gue gak ngerti maksud lo Nin". Ucap Jean. "Tapi yang gue tangkap, sisi serakah lo masih ada diri lo".

"Gue serakah?". Hanin tersenyum miring. "Jangan hanya karena lo cinta Ruka lo bela cewek itu Jean".

"—jangan kan gue. Lo sendiri aja terpukul saat kehadiran orang ketiga dalam pernikahan orang tua lo. Lo juga sakit hati sekaligus benci sama mereka. Dia ambil semua kebahagian lo itu. Apa lagi gue?. Dengan kedatangannya yang tiba-tiba itu buat hancur hidup gue. Gue gak bisa terima..".

"Tapi ini masalahnya beda!". Kali ini Jean lebih menekan kalimatnya.

Air wajahnya pun kini berubah menjadi lebih tegas.

"Ruka datang di hidup lo karena dia memang dari awal di takdirkan untuk jadi saudara lo. Dan itu pun kesalahan yang papa lo buat. Andai kata saat itu papa lo berani bertanggung jawab, gue rasa lo gak akan hadir di dunia ini Nin. Gue yakin Ruka justru dapat kebahagiannya sebagaimana lo yang di sayang keluarga lo saat ini".

Hanin langsung terdiam saat itu juga. Tapi raut wajahnya masih penuh dengan kekesalan.

"Seperti yang gue bilang, lo terlalu serakah. Apa pun yang lo kehendaki semuanya lo mau miliki. Tanpa lo pikir, bagaimana perasaan semua orang yang terlibat sama lo".

"—Gue selama ini baik dan perhatian sama lo hanya sebatas janji yang gue buat saat gue tau lo di vonis sakit. Tapi sebelum itu pun, jauh saat itu juga perasaan gue ke lo emang udah hilang sebelum gue kenal Ruka. Dan itu terjadi semenjak lo lebih memilih mengejar Yoshi, rasa sayang gue ke lo udah basi. Jadi jangan  berlari terlalu jauh karena yang lo tau gue selama itu mencintai lo, tapi lo gak sadar dari rasa sayang itu berubah menjadi rasa kasihan". Ucap Jean panjang lebar. "Seperti sekarang saja, meskipun gue udah mati rasa sama lo tapi gue masih ada rasa kasihan dengan jenguk lo di sini".

"—dan untuk masalah orang tua gue. Nin dari orang datang yang berniat menghancurkan dan di takdirkan itu jelas berbeda. Kehancuran keluarga gue karena dari awal memang sudah kesalahan real dari kedua belah pihak. Bukan karena kesalahan yang memang sedari awal di sesalkan karena terlambat menyelesaikannya seperti papa lo terhadap Ruka".

Jean menghela nafas kasar. Sebenarnya dia tidak sanggup untuk mengatakan itu semua pada Hanin. Tapi, di sisi lain Hanin pun harus menghancurkan egonya. Dia tidak bisa bersikap seenaknya lagi pada semua orang.

"—jadi gue harap hilangin rasa egois lo dulu. Gak semua orang harus bisa mengerti lo. Ada saatnya juga lo juga mengerti mereka".

Sambung Jean memilih berlalu dari hadapan gadis itu yang kini hanya terdiam mematung.

—Tbc—


Maaf banget part ini sedikit maksa suasananya... kek gak jelas gitu pokoknya belibet semua kaya wawa agus 🥲

SHINING (Kawai Ruka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang