"Serius gak ada yang mau lo ceritain ke gue Je?". Tanya Hanin sambil memperhatikan Jean yang tengah fokus menyetir.
"Hanin". Jean berusaha menghentikan pertanyaan yang terus ia ulang berulang kali setelah dari supermarket.
Jean mengerti dengan pertanyaan yang Hanin ajukan itu, terlebih dirinya yang koma dalam kurun waktu yang cukup. Tidak di pungkiri jika gadis itu merasa ada yang ganjal, dengan perubahan sikap Jean akhir-akhir ini.
"Gue cuman nanya aja. Gue cuman mastiin kalo gue masih jadi rumah buat lo bercerita". Kata Hanin sambil membuka cardigannya lalu ia sampirkan di kedua bahu Jean.
"Lo nanti kedinginan Nin, di luar masih hujan. Lo pake cardigannya lagi". Titah Jean setengah kesal karena Hanin tidak memikirkan kondisinya sendiri.
Tapi Jean lupa, jika dirinya saja tadi basah kuyup, dan Hanin berusaha untuk menutupi tubuh Jean yang tak memakai kaosnya yang ia lepas. Cowok itu tadi melindungi Hanin dari hujan saat kembali ke mobilnya karena payung yang tadi ia kenakan sudah di berikan pada Ruka.
"Kedinginan gak akan buat gue mati Je. Tapi, justru lo yang gak pake apa-apa ini yang nantinya bikin lo masuk angin". Jawab Hanin lebih kesal.
Jean hanya menghela nafas lelah saja. Ia pun akhirnya kembali memfokuskan matanya pada jalanan di depannya. Membawa mobil dengan hati-hati karena hujan yang masih belum reda.
"Lo suka sama Ruka?". Tanya Hanin.
Jean yang mendengar pertanyaan itu kini menoleh pada Hanin. Tatapan gadis itu datar menatap ke depan.
"Kenapa gue harus suka sama dia?". Kata Jean dengan dingin, yang membuat Hanin tersenyum kecil.
"Dia cantik dan dia keliatan baik. Lo cocok sama dia". Jawab Hanin.
"Cantik gak cukup buat alasan suka sama seseorang, Nin".
Hanin mengangguk setuju. "Tapi dari sikap lo tadi, kayanya lo udah kenal lama sama dia". Hanin membenarkan posisi duduknya yang kini sudah full menatap Jean dari samping. "Lo bukan tipe orang yang peduli kalo lo gak bener-bener kenal orang itu dengan dekat Je".
Jean lagi-lagi menghela nafasnya. Perihal akan sikapnya tadi pada Ruka memang sangat berlebihan untuk seseorang yang hanya kenal lewat saja dengan alasan karena satu sekolah. Hanin, patut curiga. Tidak salah jika ia membahasnya kali ini.
"Jangan hanya karena gue. Lo jadiin alasan itu untuk lo gak suka sama dia Je". Ujar Hanin dengan bola matanya yang menatap serius Jean.
"Nin, gue udah berulang kali bilang ke lo. Cuman ada nama lo di hati-".
"Dan di hati gue cuman ada Yoshi". Potong Hanin cepat sebelum Jean menyelesaikan kalimatnya.
---
Jean mengacak rambutnya frustasi. Kali ini ia harus berhadapan dengan Galih. Pria itu harus berbicara dengan anaknya dengan penuh pengertian. Ia harus kembali membawa anak-anaknya untuk meninggalkan rumah Celine. Meskipun pada kenyataannya hanya Rami yang tinggal dengan mantan istrinya itu. Sedangkan Jean, dia anak laki-laki dimana pun ia tinggal tak perlu ada yang di khawatirkan.
Jean di hubungi oleh Rami untuk segera datang ke rumah mamanya. Tentu saja untuk memisahkan pertengkaran yang terjadi di antara Galih dan Celine, tentang hak asuh anak-anaknya.
"Jean, kamu sudah berjanji untuk tetap tinggal sama papa. Kenapa malah sekarang kamu memilih tinggal dengan wanita murahan ini?". Geram Galih dengan menunjuk Celine.
"Lalu apa bedanya dengan anda? Saya wanita murahan, tapi anda justru lebih bejat dari laki-laki hidung belang yang pernah saya layani!". Balas Celine tidak terima dengan penuturan Galih untuknya. "Anak-anak saya sudah tau siapa sebenarnya anda!".
Galih tersenyum menyeringai. "Maksud mu apa? Saya orang seperti apa? Jangan coba-coba membalikkan fakta, kalo sebenarnya Jean dan Rami membenci kamu karena karir mu yang menjijikkan itu!".
Celine menatap Galih dengan menggebu-gebu. Laki-laki di depannya ini, sangat pandai menyembunyikan wajah aslinya. Padahal yang menjatuhkan Celine dalam dunia malam ini adalah dirinya sendiri. Dan Celine muak, pria itu justru selalu menuai hal positif dari orang sekitarnya. Dan perselingkuhannya dengan Dara di anggap sebagai hal yang lumrah karena Celine yang memilih untuk menjadi wanita penghibur.
"Aku gak pernah benci mama". Semua mata kini tertuju pada Rami. Gadis itu susah payah menahan air matanya yang mulai memanas. "Setelah tau apa yang terjadi, justru sekarang aku benci papa".
Galih mengepalkan tangannya kuat, tak terima dengan ucapan dari Rami. Laki-laki itu benar-benar tidak habis fikir, semua otak dari anaknya mungkin sudah di racuni oleh mulut Celine yang menjebak untuk membenci dirinya.
"Papa hanya memikirkan ego sendiri. Kehadiran aku dan kak Jean cuman sebagai tameng untuk menutupi semua yang di lakukan papa. Papa ambil hak asuh aku dan kak Jean, semata supaya semua orang merating bagus papa karena mama yang menelantarkan kita". Tambah Rami.
"Kurang ajar!".
Galih sudah tak bisa lagi menahan emosinya. Ia bermaksud untuk memberi pelajaran pada Rami karena sudah kelewatan menghardik ayahnya sendiri. Namun, sebelum hal itu terjadi Jean lebih dulu menahannya dengan mendorong keras laki-laki itu.
"Masih pantas anda di sebut seorang ayah setelah dengan beraninya mencoba untuk melakukan kekerasan pada anaknya?". Mata elang Jean dengan tajam menyorot mata Galih.
Galih diam. Tapi matanya membalas tatapan Jean tak kalah tajam. Dia marah karena kini semua anaknya telah berani melawannya.
"Selama ini saya baik ke kamu, karena kamu yang akan menjadi penerus saya Jean. Tapi ini balasan kamu ke saya?". Kata Galih cukup tenang. "Apa justru sekarang kamu bangga menjadi anak dari seorang pelacur seperti mama mu?". Sambungnya lebih menekan.
"Mama saya memang wanita bayaran! Dan jelas saya benci akan hal itu!". Tekan Jean tak kalah keras. "Tapi saya lebih benci dengan Anda, yang telah 18 tahun lebih meninggalkan trauma yang besar untuk anak anda yang lain di luar sana!".
Galih terkejut. Tentu saja ia kaget dengan ucapan Jean yang benar-benar ia tak ketahui. Namun ia ia mencoba untuk mengendalikan situasi agar emosinya tak kembali terpancing.
"Papa jahat!". Teriak Rami di sertai tangisnya yang kini sudah pecah. "Kenapa harus papa? Dan kenapa harus kak Ruka yang menjadi anak lain dari papa?!". Rancau Rami sudah tak bisa terkendalikan.
Galih menghela nafas panjang. Ia baru ingat, beberapa waktu lalu wanita di masa lalunya memang datang menemuinya dengan alasan meminta pertanggung jawaban karena sesuatu yang ia lakukan. Dan, Galih kini mengerti alasan kedua anaknya itu kabur dari rumah karena mereka telah mendengar hal itu.
Galih mengangguk-anggukan kepalanya dan tersenyum tenang. "Ya memang papa melakukan hal itu pada Jislyn".
"BAJINGAN!!".
Jean kembali menatapnya. Tangannya yang sedari tadi ia tahan, kini benar-benar terkepal. Dengan secepat kilat, bogeman keras meninju wajah Galih. Jean sudak kehilangan akal sehatnya dengan memberi pukulan demi pukulan yang ia layangkan untuk ayahnya.
Ah, bukan lagi seorang ayah di mata Jean tapi kini Galih justru menjadi seorang musuh baginya.
-Tbc-
-Tumben banget Thor rajin update? 😁
Hihi mumpung malming gak tuh😂
KAMU SEDANG MEMBACA
SHINING (Kawai Ruka)
Fanfiction"Setidaknya ada kala, aku untuk bersinar" - Ruka