Timothy dan Gareth memasuki sebuah restoran mewah di pusat kota Bandung. Timothy menggandeng tangan Gareth karena anak muda itu nampak kebingungan. Ia meminta pelayan mengantarkannya pada meja yang sudah dipesan sebelumnya.
Meja itu masih kosong. Ada lima kursi disana, artinya ada tiga tamu lagi yang belum datang.
"Pak, kalau nanti aku udik gimana deh? bapak gak bilang restorannya se fancy ini." Bisik Gareth. Timothy hanya tersenyum.
"Tenang aja, ada saya." Timothy tersenyum menggenggam tangan Gareth yang duduk di sebelahnya.
Selang beberapa menit. Satu lelaki paruh baya, satu lelaki muda dan satu wanita datang menghampiri meja mereka. Dia adalah Romy. Ketua program beasiswa yang disebut-sebut Timothy. Ia datang bersama anak dan istrinya.
"Udah lama Tim?" tanya Romy setelah memperkenalkan Stella, istrinya dan Ryan anaknya.
"Belum pak baru aja kok. Ini Gareth, asisten saya." Katanya memperkenalkan Gareth. Gareth hanya mengangguk sambil tersenyum malu.
"Oh kak Gareth yang pinter itu ya!" Seru Ryan, sambil menunjuk Gareth semangat dan membuat Gareth salah tingkah.
"Kak Gareth pinter banget Pih, tapi temen-temen aku takut deketin soalnya jarang senyum." celoteh Ryan. Timothy tertawa.
"Gareth baik kok, asal jangan ditanya pas lagi ngantuk aja." Kata Timothy seraya menepuk bahu Gareth yang tersenyum kaku.
Beberapa makanan dihidangkan di atas meja. Malam itu makanan didominasi dengan makanan laut. Gareth menelan ludahnya. Pasalnya anak itu memiliki alergi parah pada udang dan sejenisnya, sementara itulah yang jadi hidangan utama malam itu.
Gareth mencondongkan tubuhnya mendekati Timothy. Ia mencolek paha Timothy. Timothy sadar lalu mendekatkan telinganya pada Gareth yang berbisik pelan hingga hanya Timothy yang bisa mendengarnya.
"Pak, saya gak bisa makan udang dan sejenisnya." Bisiknya.
"Oh gitu, bentar saya pesanin yang lain ya." Jawab Timothy. Ia kemudian memanggil pelayan dan memesan makanan lain di daftar menu yang tidak mengandung udang untuk Gareth.
Timothy dan pria bernama Romy itu mendiskusikan beberapa hal yang cukup berat soal beasiswa kampus dan projek mereka ke depan yang mungkin akan melibatkan Timothy.
Gareth hanya diam menikmati seporsi sup krim jamur miliknya sambil sesekali meladeni Timothy ketika membutuhkan sesuatu. Gareth tak canggung ketika jari Timothy mencari sesuatu. Gareth seolah tahu apa yang ada di pikiran dosennya itu.
Setelah makan malam selesai kelima nya meninggalkan restoran. Timothy berjalan bersisian dengan Gareth ke arah mobilnya yang di parkir sedikit jauh dari sana.
"Kok dari tadi diem aja?" Tanya Timothy. Gareth memalingkan wajahnya menghindari tatapan Timothy.
"Eh, kok gitu, saya ada bikin salah?" Timothy bertanya lagi seraya berusaha mendapatkan perhatian Gareth.
"Enggak, gak salah kok. Uhuk..Uhuk.." Gareth beberapa kali terbatuk. Ia menutup hidung dan mulutnya dengan tangan kurusnya.
"Kamu kenapa?Hey, sini lihat saya, kenapa di tutupin gitu mukanya? Dingin hmm?" Timothy berhenti di hadapan Gareth. Lagi-lagi anak itu menutup dan memalingkan wajahnya sambil terbatuk-batuk. Mau tidak mau Timothy memaksanya melepaskan tangannya dari wajahnya.
Betapa kaget Timothy ketika Ia melihat wajah Gareth yang penuh bercak merah di sekitar hidung dan pipinya. Gareth terbatuk lagi. Ia segera menutup wajahnya dengan tangannya.
"Ayo pulang.." Rengeknya.
"Kamu kenapa Dek? Kena udang tadi? Tapi kamu gak makan udang atau lobster tadi kan? Duh..." Timothy melepas jas nya lalu menyelimuti Gareth dan segera membawanya ke mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love Song
RomanceMewGulf AU; Second Love Song Timothy (M ew) kehilangan cinta pertamanya dan betah menyendiri, sampai satu ketika seorang bernama Gareth (G ulf) mengganggu pikirannya. CW : -bxb romance story -100% fiction -Typos -Ignore timestamp -Harsh words -Age...