37. Home

320 38 10
                                    

Gareth masih tidak bicara ketika sampai di apartemennya. Ia mengistirahatkan tubuhnya yang lelah di sofa. Timothy duduk di sebelahnya setelah membuatkan secangkir teh hangat dengan lemon dan madu untuk Gareth.

"Daddy udah denger ceritanya dari Nara. Sekarang Dedek kepengen apa?" Tanya Timothy sambil memainkan rambut Gareth.

"Mau mandi..." Bisik Gareth. Timothy mengangguk.

"Dedek mandi dulu, Daddy siapin bajunya. Tapi Daddy mau Dedek juga makan. Harus makan ya.." Timothy terus bertanya. Gareth menggelengkan kepalanya.

"Dek... nanti sakit sayang.." Bujuk Timothy sambil membelai pipi Gareth.

"Aku mandi dulu.." Kata Gareth beranjak ke kamar mandi.

Selesai mandi dan Ganti baju, Gareth naik ke tempat tidur dan berbaring, lalu menarik selimut.
Timothy menghampirinya. Ia berjongkok di samping tempat tidur sambil menatap wajah sendu Gareth.

"Sayang... udah mau malem ini. Makan ya? Mau Daddy beliin apa?" Lagi-lagi Gareth menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Akhirnya Timothy menyerah. Ia naik ke atas tempat tidur.

"Sini sayang.." Ia menarik tubuh Gareth agar berbalik ke arahnya lalu memeluk anak itu erat-erat.

Timothy mengerti, Gareth hanya butuh pelukan yang hangat dan lama agar otak dan akal sehatnya bisa kembali bekerja dengan baik.

Timothy mengusap kepala Gareth yang terbenam di pelukannya.
Gareth anak yang kuat. Namun Ia tetaplah anak yang masih butuh perhatian.

"Dedek anak hebat. Kamu kuat banget. I'm proud of you." Bisik Timothy.

"Dad.." Gareth mendongak menatap Timothy.

"Yes Baby, I'm here." Keduanya saling menatap. Timothy menaikkan kedua alis tebalnya menunggu apa yanga akan dikatakan Gareth.

"I love you. Thanks for being my home.." Ucap Gareth lirih.

"My pleasure Baby... you are my home too." Jawab Timothy sambil mengecup lembut bibir Gareth.
***

"Morning sunflower.." Sapaan Timothy pagi itu membangunkan Gareth dari tidur lelapnya.

Gareth menggosok matanya yang masih terasa berat. Timothy juga tidak membuka gorden karena matahari sudah cukup tinggi dan mata Gareth sensitif terhadap cahaya.

Lelaki yang lebih tua itu duduk di atas tempat tidurnya. Lalu Timothy menaruh meja lipat dihadapannya.

Ada dua potong french toast dengan siraman sirup mapple. Dua potong sosis, telur dadar dan semangkuk kecil greek yoghurt dengan topping berbagai macam buah segar. Dan segelas susu coklat hangat.

"Karena disini gak ada dapur yang proper buat masak, jadi aku jam 6 pagi pulang dulu, masak buat kamu sambil sekalian ganti motor." Jelas Timothy. Gareth masih mencerna apa yang sedang terjadi.

"Dad.. gak perlu begini. Aku gapapa kok." Kata Gareth dengan suara parau.

"Kamu dari kemarin siang belum makan. Aku gak mau kamu sakit. Mau aku suapin?" Tanya Timothy.

Gareth mengangguk. Ia meraih gelas berisi air putih di nakas lalu meminumnya. Sementara Timothy naik ke atas tempat tidur untuk menyuapinya.

"How's your feeling?" Tanya Timothy. Ia membersihkan sisa sirup maple di sudut bibir Gareth dengan jempolnya.

"Masih kesal sih. Aku pengen ngomong kasar." Kata Gareth sambil menyilangkan lengan di dadanya.

"Ngomong aja." Timothy terkekeh sambil menyuapi Gareth sepotong roti.

"Nanti mulutku disentil sama Daddy.." Gareth cemberut sambil mengunyah makanannya.

"Engga sayang, kali ini aku izinin. Sayangnya Daddy boleh ngomong kasar hari ini." Timothy menjawil gemas pipi Gareth yang menggembung karena makanan.

"Emang DASAR BAJINGAN!! ANAK SAMA EMAK SAMA SAMA DAJJAL!! BEDEBAH SEMUA EMANG!!MATI AJA LO SEMUA BANGSAATTT" Gareth berteriak sambil mengumpat sesaat setelah Ia menelan makanannya.

Timothy tertawa gemas melihat Gareth yang memaki-maki. Sesekali Ia menyumpal mulut Gareth dengan sepotong roti ketika kata-katanya sudah terlalu kasar dan itu membuatnya tertawa sekaligus gemas.

Gareth meneguk susu coklatnya sampai habis setelah selesai marah-marah. Ia lalu mengatur nafasnya agar lebih tenang.

"Hahaha udah marahnya? Cukup? Atau mau tambah?" Tanya Timothy.

"Cukup. Kalau kebanyakan Tuhan marah. Nanti Papah sama kakak dimarahin. Aaa.." Gareth mengangguk. Ia lalu membuka mulutnya meminta Timothy menyuapinya lagi.

"Kamu gemes banget sih Dek. Jangan gemes-gemes dong nanti aku gak tahan." Timothy lagi-lagi menjawil pipi Gareth.

"Udah gemes dari sana nya. Lagian Daddy nahan apa?" Tanya Gareth memancing.

"Jangan pura-pura gak tau ah." Kata Timothy sambil menyodorkan sesendok yoghurt dengan buah pada Gareth.

"Jangan ditahan nanti jerawatan." Ledek Gareth.

"Hus! Dedek mau cerita gak sayang? Siapa tau Daddy bisa bantu." Timothy menaruh peralatan makan di meja lipat setelah Gareth selesai makan lalu membawanya ke pantry.

"Mau tapi sambil dipeluk Daddy... Daddy ke kampus gak hari ini?" Tanya Gareth. Timothy menggelengkan kepalanya.

Setelah selesai mencuci piring, Timothy menghampiri Gareth di tempat tidur.

Gareth menarik selimut lalu membungkus tubuhnya seperti kepompong. Ia beringsut agar tubuhnya bisa bersandar di dada bidang Timothy.

"Daddy wangi... Jangan protes aku bau acem ya. Aku belom pengen mandi." Kata Gareth. Timothy hanya terkekeh lalu memeluk Gareth dan mencium pipinya.

Terang saja tubuh lelaki 33 tahun itu wangi. Ia terlebih dahulu mandi seelum berangkat ke tempat Gareth.

"Mamaku dan adikku terjerat utang, jadi mereka mau pake rumah buat jaminan ke bank." Gareth memulai ceritanya. Timothy mendengarkan dengan seksama.

"Si Gina ngakunya itu uang bekas sertifikasi apalah biar bisa tetep jadi perawat. Lah dia kan cuma lulusan SMK, kerja jd perawat juga dulu pake koneksi papah karena sok-sok an mau kuliah biaya sendiri. Jadi perawat juga bukan perawat yang gimana bagus karirnya. Mana mah judi mulu. Aku gak ngerti sih tujuannya apa dateng-dateng ke aku cuma ngeributin itu rumah. Lah suratnya dipegang emaknya juga. Aku sih bodo amat. Walaupun cuma apartemen studio yang penting punyaku sendiri." Gareth bercerita panjang lebar. Timothy masih mendengarkan ceritanya sambil memainkan daun telinga Gareth yang menurutnya sangat lucu.

"Mereka minta kamu bayarin utang ke bank?" Tanya Timothy. Gareth menggelengkan kepalanya.

"Gak akan berani. Dan aku juga gak akan mau. Mereka mah begitu, cuma mau bikin ribut aja."  Kata Gareth. Timothy mengangguk mengerti.

"Ada yang perlu Daddy lakuin buat kamu gak Dek?" Timothy menangkup pipi Gareth. Gareth berfikir sejenak.

"Ada." Katanya pendek. Timothy mengangkat dua alis tebalnya, mengisyaratkan agar Gareth melanjutkan perkataannya.

"Always stay by my side." Pintanya.

"I will sayang... I will." Timothy tersenyum lalu mengecup hidung mancung Gareth.
***

Second Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang