46. Rencana Selanjutnya

242 25 1
                                    

Sebulan kemudian...

"Kamu pulang malem terus.... Sibuk banget ya?" tanya Gareth. Timothy baru saja pulang menjelang tengah malam hari itu. Gareth menunggunya di apartemennya sampai hampir tertidur di ruang tengah.

"Iya sayang maaf ya. Project aku udah hampir rampung sama Pak Romy. Mungkin awal tahun depan aku akan ke Belanda untuk opening office disana." Kata Timothy. Ia duduk di samping Gareth dan mengistirahatkan tubuhnya sejenak.

"Aku ditinggal dong?" Gareth cemberut ketika mendengar Timothy akan pergi ke luar negri.

"Ayok kalau mau ikut. Kamu butuh liburan juga kan. Sekalian sehari dua hari aku temenin kamu." Kata Timothy menangkup pipi Gareth sambil tersenyum.

"Boleh pindah kuliah aja gak sih?! Aku udah gak ada kepengen liat kampus. Kalau bukan karena Iie sama cici aku mana mau lanjut kuliah. Isinya manusia-manusia goblok yang kemakan hasutan betina!! IH KESAL AKU!!" Gareth memukul salah satu bantal kursi.

Timothy menarik Gareth ke dalam pelukannya dan menenangkan anak itu.

"Sayang...udah sebulan loh ini.. kamu masih kesel terus. Udah dong jangan di dengerin." Bujuknya. Gareth tak merespon. Ia masih kesal. Kasus itu sudah berlalu namun tetap saja namanya tak bisa dibersihkan sepenuhnya.

"Beasiswa aku hampir dicabut, dan aku harus cuti satu semester. Aku muak Dad! Aku gak bisa cumlaude jadinya!" Seru Gareth kesal.

"Kita masih punya waktu banyak buat mikir sayang. Satu-satu kita beresin ya? hmm? kamu mau nurut kan sama Daddy? Percaya kan sama Daddy?" Tanya Timothy. Gareth lagi-lagi hanya diam dan cemberut.

Tentu saja Ia percaya pada kekasihnya. Namun amarahnya masih membuncah ketika mengingat wajah Jamie yang mengacaukan hidupnya.

"Ya tapi aku kesaaaalll banget!! Nanti kalau aku pindah kuliah ke luar negri dibilang aku pake koneksi kamu lagi si anjir gue pinter gak goblok kayak kaliaannnn huhu aku kesaalll..!!" Gareth menghentak-hentakkan kakinya ke lantai lalu menggigit lengan Timothy karena gemas dan kesal.

"Aaaaaaaa!! sakit Dek... kok aku yang digigit sih sayang??" Timothy terpaksa mencubit pipi Gareth agar Ia melepaskan gigitannya.

"Abis aku kesal..." Gareth cemberut lagi.

"Sayang denger yaa... Orang-orang yang iri sama kita. Mau kita sebaik apapun, se berhasil apapun bakalan tetep nyinyir mulutnya. Udah gak usah didengerin. Ini tangan kamu dua, pakai buat tutup kuping. Daddy pinjemin dua nih biar makin gak kedengeran." Timothy menutup dua telinga Gareth dengan tangannya.

"Udah, jangan dipikirin lagi ya, kamu makin kurus loh... mana makannya susah. ditambah banyak pikiran kamu nya. Sekarang aku pengen istirahat. Besok aku libur pengen tidur seharian. Oke?" Kata Timothy memaksa Gareth melihat ke arahnya.

"Kok aku diomelin..." Gareth menatap Timothy dengan mata berbinar.

"Loh, nggak ngomel sayang.... mana ada aku ngomelin kamu deh. Enggak... aku cuma pengen kamu gak mikirin hal-hal yang bikin kamu stress aja... Gak ngomel..." Kata Timothy Ia masih menangkup kepala Gareth dengan dua tangannya.

"Dari tadi kamu pulang aku belom dicium." Kata Gareth masih menatap Timothy dengan mata berbinarnya.

"Oh iiya lupa Daddy nya.. Maaf sayang.. Sini cium." Timothy mengecup lembut bibir Gareth beberapa kali sebelum Timothy menggendongnya dan beranjak ke kamar untuk istirahat.
***
Satu hari Gareth datang ke kampus untuk memberikan pesanan temannya yang memesan beberapa macam alat tulis buatan Gareth. Belakangan Gareth hanya disibukkan dengan membantu pekerjaan Timothy dan membuat design-design baru untuk toko onlinenya.

Second Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang