23. Anak Kesayangan Daddy

299 37 1
                                    


Timothy menekan kode pintu apartemen Gareth malam itu. Ia membawa beberapa paper bag berisi makanan untuk Gareth.

Kegelapan menyambut Timothy ketika membuka pintu unit apartemen Gareth.

"Gareth.. saya bawakan makanan. Bangun dulu sebentar ya." Tangan lelaki 33 tahun itu meraba tembok untuk menyalakan lampu.

Ketika lampu menyala, Timothy terlonjak kaget melihat Gareth yang tertidur dalam posisi duduk di lantai ruang kerjanya. Anak itu mungkin sudah berjam-jam duduk disana.

"Astaga Dek... kok tidur disini.." Timothy segera menghampiri Gareth setelah meletakkan bawaannya di atas meja.

Timothy menggendong tubuh kurus Gareth dan membaringkannya di tempat tidur.

Setelah beberapa menit Ia terlihat gelisah. Dahinya berkerut, lalu kakinya mulai bergerak menendang tak karuan.

"AAAAAAAARRRGGHHHH" Gareth seketika terbangun.

"Dek.. hey.. kenapa? Liat sini...sini hey.." Timothy yang juga tak kalah kaget menepuk pipi Gareth beberapa kali.

"Saya mimpi itu lagi Pak... takut banget.. saya sampe gak berani tidur di kasur.." Gareth panik. Keringat dingin membasahi tubuhnya.

Timothy segera mengambil sebotol air dari kulkas dan memberikannya pada Gareth.

"Kamu yakin gak mau ke psikolog, hm?" Tanya Timothy. Gareth menggelengkan kepalanya.

"Tapi kamu harus istirahat loh. Itu mata kamu cekung gitu, item. Makan dulu ya terus mandi nanti tidurnya enakan. Saya bawain aromaterapi biar bisa tidur." Kata Timothy. Ia benar-benar khawatir pada mahasiswanya yang satu itu.

Gareth menurut. Ia bangun lalu beranjak ke kamar mandi. Setelah selesai mandi dan mengganti bajunya Ia duduk kembali di sofa lalu memakan makanan yang dibawa Timothy.

Timothy hanya duduk disana menemani Gareth tanpa bicara sesekali Ia menyodorkan apa yamg Gareth mau.

Setelah selesai makan. Gareth beranjak ke tempat tidurnya dengan ragu-ragu.

"Aku takut Dad. Mimpinya serem banget." Ia merengek dan benar-benar ketakutan. Ia hanya berdiri di depan tempat tidurnya.

"Bobok ya. Daddy temenin. Kamu udah berhari-hari gak bener pasti tidurnya. Do'a dulu terus tidur. Daddy temenin. Gak akan kemana-mana." Timothy meyakinkan Gareth kalau Ia tak akan pergi.

Gareth mengangguk pelan. Ia berlutut di samping tempat tidurnya lalu berdo'a. Entah apa yang Ia minta, tapi Ia berdoa cukup lama, sementara Timothy berkutat dengan aromaterapi yang dibawanya.

"Dad..." Gareth masih diliputi rasa takut. Ia berbaring di atas tempat tidurnya.

"Daddy disini gak kemana-mana. Udah, bobok." Timothy duduk di samping Gareth dan menyandarkan tubuhnya ke tembok.

"Jangan pergi loh. Aku beneran takut." Rengek Gareth.

"Enggak.. Daddy gak akan tinggalin kamu." Timothy menggenggam erat tangan Gareth.

Tangan kurus itu terasa sedingin es. Gareth benar-benar ketakutan. Timothy mengusap-usap pelan punggung tangan Gareth hingga anak itu mulai terlelap.

"You've been through a lot my little sunflower... sleep tight." Bisiknya sambil mengusap pelan kepala Gareth.

***

"Ugh...gak! Jangan kesitu! PAPI NO!" Gareth lagi-lagi mengigau entah untuk yang keberapa kali.

Timothy menenangkan Gareth dengan menepuk-nepuk pelan punggungnya. Lalu mengusap-usap kepalanya.

"Jangan pergi.." bisik Gareth menarik lengan sweater Timothy.

"Enggak.. dari tadi Daddy disini temenin dedek. Udah ya, coba tidur lagi sini. Daddy boleh peluk? Siapa tau kamu lebih tenang." Tanya Timothy pada Gareth yang masih berusaha tidur.

Gareth mengangguk. Demi Tuhan ia benar-benar tersiksa dengan keadaannya. Kepalanya sakit. Badannya terasa remuk dan lelah.

Timothy menarik tubuh Gareth ke dalam pelukannya memposisikan Gareth agar merasa nyaman. Ia melingkarkan tangan Gareth di dadanya lalu mengapitnya dengan tangannya.

"Nyaman?" Tanya Timothy. Gareth mengangguk lagi. Ia menelusup ke ketiak Timothy.

***

Gareth masih merengek sesekali namun tak terbangun hingga pagi menjelang. Lelaki kurus itu masih berada di pelukan hangat dosennya yang juga terlelap karena kelelahan menjaganya.

Timothy membuka matanya perlahan. Matanya masih terasa berat. Tentu saja, Ia semalam tidak tidur nyenyak karena menjaga Gareth. Ia melirik jam tangannya. Jam 6 pagi.

Timothy merogoh saku celana trainingnya dan mengeluarkan ponselnya lalu menelepon Dante.

"Te, gue gak bisa ngawas uy. Ujian pagi.. Gentiin yah di C4... Oke, thanks ya Te.. Oh ini ada yg sakit. Iya heeh.... Gak ada. Jadi gue yang jagain. Iya... Hah? Yaa... gimana ya.. doain aja deh.. gue nya sih sayang.. gatau dia nya hahaha. Dah ya Te. Makasih banyak... yok, bye." Timothy mengakhiri percakapannya dengan Dante.

"Daddy sayang siapa?...aku yah...?" Tiba-tiba Gareth bersuara. Timothy memperhatikan anak itu dengan seksama.

Matanya masih tertutup. Nafasnya tenang. Jelas anak itu masih tertidur pulas.

"Iya." Bisik Timothy seraya memeluk Gareth lebih erat.

***

PIP, KLAK

Suara seseorang membuka pintu apartemen Gareth. Timothy yang sadar terlebih dahulu membuka matanya namun ia tak bergerak.

'Dut..! Gue nebeng kerjain ujian dong, wifi gw mati." Suara Narandra memecah kesunyian apartemen Gareth pagi itu.

Nara menaruh tas nya di sofa lalu berjalan ke arah tempat tidur hendak membuka gorden jendela kamar Gareth.

"Ssshh Nara tolong jangan diganggu dulu Gareth nya. Baru tidur subuh." Timothy berbisik, namun suaranya masih bisa didengar Nara.

"ASTAGA! Bapak ngapain disini? Pake peluk-peluk Gareth segala Pak!" Nara terlonjak kaget melihat Timothy masih dalam posisi memeluk Gareth.

"Nanti jelasinnya, kalau mau ujian, ujian aja dulu." Timothy masih belum beranjak dari posisinya. Ia masih tertidur sambil memeluk Gareth yang mulai pulas.

Nara duduk di ruang tengah sambil mengerjakan ujiannya. Ia sesekali melirik ke arah tempat tidur untuk mengecek keduanya.

Setelah dua jam, Nara selesai mengerjakan ujiannya. Ia segera menutup laptopnya dan menghampiri Timothy yang memanggilnya beberapa kali.

"Kenapa pak?" Tanya Nara.

"Bisa tolong belikan plester demam? Kayaknya agak demam dia. Sama termometer dan sarapan sekalian." Pinta Timothy. Tangan kirinya sekarang sudah mulai kesemutan dan basah karena keringat Gareth.

Timothy merogoh saku celana trainingnya dan mengeluarkan dompetnya. Ia menyerahkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribuan pada Nara.

"Dia ada jadwal ujian gak hari ini?" Tanya Timothy.

"Bentar pak saya cek dulu." Nara mengeluarkan ponselnya lalu masuk ke aplikasi kampus dan membuka akun "student-id" milik Gareth.

"Ada pak. Siang jam 14.30. Online." Jawab Nara. Timothy mengangguk.

"Saya beliin dulu plesternya ya, kalau obat demam kayaknya dia masih punya. Beberapa minggu lalu sempet demam juga soalnya." Jelas Nara seraya berjalan menuju pintu.

"Thanks Nara." Timothy mengacungkan jempolnya. Nara mengangguk lalu bergegas pergi menuju mini market.

Second Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang