47. everyone loves Gareth

244 25 0
                                    

Gareth menghubungi mami Mia pagi harinya setelah bicara dengan Timothy malam harinya.

Gareth menghubungi mami Mia pagi harinya setelah bicara dengan Timothy malam harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Gareth sedang duduk di sofa apartemennya sambil memeluk lututnya ketika Timothy datang.

Timothy menaruh kantong plastik berisi beberapa potong cake kesukaan Gareth di atas meja kerja Gareth lalu duduk di samping kekasihnya.

"Sayang kok nangis?" Timothy menangkup pipi Gareth yang basah agar anak itu memandangnya. Gareth hanya diam dan terisak. Timothy segera memeluknya sambil mengusap punggungnya.

"Kenapa kalian baik banget sama aku sih...hik.. aku mau bayar pakai apa sama kalian..." isaknya. 

"Loh kok bayar?? kok Dedek mikirnya gitu?" yanya Timothy.

Gareth melepaskan pelukan Timothy. Ia mengusap airmata dengan punggung tangannya. Anak itu mengatur nafasnya perlahan. Timothy segera bergegas mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas dan memberikannya pada Gareth. Anak itu meneguk minumannya perlahan.

"Aku, bertahan hidup tujuannya cuma satu. Bayar kebaikan Iie dan keluarganya, Nara, Bonnie, sekarang kamu.... tapi aku belum tau bayar pakai apa.. kalau ke keluarga Iie mungkin setelah sukses aku mau invest di toko-toko nya Iie biar tokonya lebih besar. Kalau ke Nara sama Bonnie sama kamu aku belom tau mau ngapain... Apalagi ke kamu. Aku rasanya sayang sama kamu aja gak cukup, kasih hidup aku buat kamu aja gak cukup. Aku mau bayar kamu pake apa? " Gareth melingkarkan lengannya pada pinggang Timothy.

"Sayang... gak semua yang orang lain kasih ke kamu itu harus dibayar dengan materi. Aku yakin Iie dengan lihat kamu sukses aja udah pasti seneng banget. Begitu juga Nara sama Bonnie. Kalo buat aku, kamu mau hidup sama-sama dengan aku aja aku udah bahagia Gareth. Aku udah punya segalanya kalau kamu ada di hidup aku tuh. Jangan mikir kejauhan ya. Masa depan kamu masih panjang. Sama aku." Kata Timothy lalu mengecup gemas kepala Gareth.

"Aku perlu beberapa dokumen buat data kamu nanti, siapin dari sekarang ya. Mumpung masih punya banyak waktu." Kata Timothy. Gareth mengangguk.

Timothy mengambil tablet dari dalam tas nya, lalu mengirimkan persyaratan yang harus Gareth siapkan. Gareth membacanya dengan seksama. Ia berhenti di salah satu daftar itu.

"Dad, surat pernyataan wali. Aku gak mau ketemu mamaku. Dan aku yakin dia gak akan mau kasih aku itu." Gareth mulai bingung. 

Gareth tahu betul yang ada di pikiran ibunya hanya satu. Uang. Tak ada yang lain. Apalagi kebahagiaan Gareth. Timothy ikut memikirkan jalan keluar untuk pacar kecilnya. Ia akhirnya mengajak Gareth untuk bertanya pada Meimei ketika Mei-mei sudah pulang nanti.

***

Seminggu kemudian Gareth dan Timothy mendatangi rumah Mia untuk bertemu dengan Meimei yang baru saja selesai liburan. Meimei langsung memeluk Gareth ketika melihat anak itu masuk ke ruang makannya.

"Iie bawa oleh-oleh banyak da buat Adek sama Nara sama Bonnie. Lihat sini, banyak pisan. Iie sampai beli koper lagi disana abis lucu-lucu barangnya." Wanita setengah baya itu mengajak Gareth dan Timothy ke ruang tengah lantai dua. Disana Mia masih sibuk berbenah membereskan barang yang baru saja dikeluarkan dari koper - koper yang masih terbuka disana.

"Ie, adek mau ngobrol dulu sama Iie..." Kata Gareth sambil menggenggam telapak tangan Meimei. Meimei menatap anak itu. Wajah Gareth tampak sangat lelah dan putus asa. 

Meimei menggandeng Gareth untuk duduk di sofa. Timothy duduk disamping mereka, sementara Mia masih sibuk dengan koper-kopernya. Tentu saja anak itu mencuri dengar obrolan ibunya dengan Gareth dan Timothy.

"Ie, adek perlu bantuan Iie. Semua persyaratan Adek udah siap. Tinggal satu lagi, surat pernyataan izin orangtua atau wali. Ie, adek gak mau minta ke mama. Iie tau sendiri dia gimana orangnya. Ini bakal jadi senjata dia buat meres adek. Adek bingung Ie harus gimana." Mata Gareth mulai berkaca-kaca. 

Diluar dugaan Gareth, Meimei tersenyum. Ia menangkup wajah Gareth lalu mengecup keningnya. Senyum wanita paruh baya itu lebar sekali. Ia beranjak dari sofa lalu berjalan ke kamarnya di lantai satu. Selang beberapa menit Meimei kembali dengan sebuah amplop plastik bening yang didalamnya terdapat amplop lain berwarna cokelat yang sudah usang.

Dengan hati-hati Meimei membuka amplop coklat itu lalu mengeluarkan sebuah surat yang ditulis diatas kertas segel dan dibubuhi materai. Ia menyerahkan surat itu kepada Gareth. Gareth membacanya dengan seksama lalu menatap wajah Meimei.

"Ini surat. Ditulis Papah waktu Papah sudah tau dia sakit. Papah gak gegabah, dia konsultasi sama notaris dan lawyer buat bikin surat ini. Dan intinya Iie ditunjuk sebagai wali Kamu dan Gladys yang sah meskipun mama kamu masih hidup. Jadi Iie berhak membuat surat izin untuk kamu. Sok sini bikinin lah suratnya Iie mah tau tanda tangan aja. Tim, bikinin tuh bareng sama si Cici, Ci berhenti dulu beberesnya bantuin ini Timothy bikin surat buat si adek. nanti ku mamih di tandatangan itu surat." Meimei bertitah. Mia segera berhenti lalu mengajak Timothy ke ruang belajarnya untuk membuat surat yang nantinya akan ditanda tangani Meimei.

"Iie.... Ini... Ie... Papah..." Gareth tidak bisa berkata-kata lagi. Air matanya tumpah seketika Ia membenamkan wajahnya di pelukan Meimei yang terasa seperti pelukan ibu kandungnya sendiri.

"Sekarang Adek tau kenapa Iie sayang banget sama Adek. Karena Iie pegang janji Iie sama Papah. Papah sayaaaang banget sama Adek sama Gladys. Iie gagal jagain Gladys. Tapi Iie moal gagal jagain Adek. Iie gak takut sama mamah kamu lah sini mau ngajak gelut juga. Udah jangan nangis terus Adeknya. Nanti Iie malah khawatir kalau adek sedih di luar negri gimana gak ada Iie." Meimei menangkup pipi Gareth dan membersihkan wajahnya dengan lengan bajunya. 

"Ada saya Tante... Kalau nangis tinggal di ketekin." Seru Timothy dari ruang belajar Mia. 

"Bener ya Tim!! Awas kalau bohong, tante sunat kamu!" Seru Meimei sambil kembali memeluk Gareth.

Gareth sudah tak bisa bicara lagi, Ia tidur di pangkuan Meimei sambil menunggu Timothy dan Mia selesai membuat surat yang dibutuhkannya.

***

Second Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang