Rumah Timothy, 19.10
"Kamu telat sepuluh menit. Jadi saya telat makan malam." Kata Timothy ketika membukakan pintu untuk Gareth.
"Ujan Pak, pengertian dikit sih. Susah dapet ojol kalau ujan. Untung ojol pribadi saya udah kelar kuliahnya." Gareth balik mengomel. Hujan memang cukup deras tadi sore.
Gareth sudah memesan ojek online sejak jam enam tiga puluh sore, namun selalu dibatalkan oleh pengemudi, hingga akhirnya Narandra kebetulan mampir ke apartemen Gareth dan bersedia mengantarnya.
Timothy mempersilahkan Gareth masuk, lalu mereka berjalan menuju meja makan. Rumah Timothy tidak terlalu besar walaupun terletak di komplek perumahan dosen universitas tempatnya mengajar. Rumah itu sangat bernuansa maskulin dengan tema industrial di dominasi warna hitam dan abu-abu.
"Kamu makan sedikit banget." Timothy mengomentari cara makan Gareth yang sangat lambat dan sedikit, padahal Ia menyiapkan banyak sekali makanan di atas meja.
"Males ngunyah." Jawab Gareth pendek. Timothy mengerutkan dahinya dengan ekspresi sangat heran. Biasanya mahasiswa yang Ia didik akan makan dengan porsi dua kali lebih banyak darinya. Tapi ternyata tidak dengan Gareth
"Ini saya ngambil bahannya doang kan ya pak? Soalnya kalau kemalaman ojol resek, udah susah mahal lagi." Kata Gareth. Ia membereskan piring kotor miliknya lalu mencucinya di tempat cuci piring.
"Nanti saya antar pulang, tenang aja." Jawab Timothy. Gareth hanya mengangguk.
"Mana bahannya Pak?" tanya Gareth setelah selesai mencuci piring. Timothy bangkit dari kursinya, Ia membawa piring kotor miliknya. Gareth menahannya.
"Saya aja yang cuciin, Bapak bawa bahannya biar saya bisa kerjain." Gareth mengambil piring kotor dari tangan Timothy lalu mencucinya di wastafel sementara Timothy berjalan ke ruang kerjanya dan kembali dengan setumpuk kertas berisi tulisan tangannya.
Timothy menaruh bahan materi untuk modul itu di meja ruang tengah yang terletak bersebelahan dengan ruang makan. disana terdapat sofa berbentuk huruf L dengan meja lebar dan lantai berlapis karpet lembut.
"Ini buat Modul statistik bisnis. Dibuat menarik biar orang mau baca bener-bener. Terus itu bahasa saya tuh banyak yang..." Timothy belum selesai bicara ketika Gareth memotongnya.
"Tua banget bahasanya." Katanya sambil membolak-balik kertas-kertas di hadapannya.
Kata-kata Gareth yang tepat sasaran terasa menusuk hati Timothy. Ia berhenti menjelaskan dan membiarkan Gareth melakukan perkerjaannya. Gareth mengeluarkan laptopnya lalu mulai mengerjakan pekerjaannya.
Timothy duduk di meja makan sambil memeriksa tugas mahasiswanya siang itu. Sesekali Ia melirik Gareth yang sedang fokus pada pekerjaannya. Kata-kata Devana benar, anak itu memang bukan anak sembarangan. Ia benar-benar mencurahkan perhatian dan pemikirannya pada pekerjaannya.
Gareth menaikkan satu kakinya untuk menopang dagunya. Ia merogoh tas nya mencari-cari sesuatu.
"Saya gak mengizinkan ada yang merokok di rumah saya ya." Timothy berkata tanpa melihat ke arah Gareth.
"Yang mau nyebat siape Pak? mulut saya asem saya lagi cari ini." Gareth menunjukkan bungkusan kecil berwarna biru ke arah Timothy. Timothy berpaling ke arahnya dan lagi-lagi Gareth membuatnya mengerutkan dahi.
"Kamu suka yupi???" Tanya Timothy. Ia benar-benar tak habis pikir mahasiswa arogan dan garang seperti Gareth masih menyukai permen berbentuk beruang itu. Gareth hanya mengangguk tak peduli. Ia membuka bungkusan kecil itu lalu memakan satu per satu permen gummy nya sesekali Ia memainkan permennya sebelum memakannya.
Wait...no... gak mungkin..Keith bisik hatinya.
Tiba-tiba Timothy teringat sosok seseorang. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang hingga terasa sakit. Nafasnya memburu. Ia berhenti sejenak untuk menenangkan diri dan mengatur nafasnya."Pak? kenapa?" Gareth segera menghampiri Timothy yang tampak sedikit kesakitan sambil memegang dadanya.
"I'm okay.. gak apa-apa.. thanks.." Nafas Timothy masih sedikit tersengal namun Ia sudah merasa lebih baik.
***
"Makasih ya Pak, mungkin besok saya bisa start lebih cepet. Saya kuliah cuma sampai jam satu. Jadi saya bisa kerjakan dari jam dua. Lagian Bapak gimana sih, kenapa gak bolehin saya bawa pulang sih Pak, ribet dah harus ke rumah Bapak." Gareth mengomel. Ia dan Timothy masih berada dalam mobil mewah milik lelaki berusia 33 tahun itu."Nanti kamu sebarin soal praktikumnya ke yang lain." Jawab Timothy datar.
"Dih, kepedean banget. Bagusan juga soal praktikum yang saya bikin. Bilang aja Bapak naksir sama saya jadi pengen saya kesana terus." Gareth menaikkan sebelah alisnya.
"Kamu lagi godain saya apa gimana ini?" Tanya Timothy sambil menatap Gareth yang tersenyum meledeknya.
"Loh saya cuma nebak aja. Kalo Bapak tergoda ya bukan salah saya, Bapak aja yang lemah. Ya udah Pak, sampai besok ya." Gareth membuka pintu lalu turun dari mobil Timothy. Ia berjalan menuju apartemennya yang terletak di lantai tujuh setelah melambaikan tangannya pada sang dosen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love Song
Roman d'amourMewGulf AU; Second Love Song Timothy (M ew) kehilangan cinta pertamanya dan betah menyendiri, sampai satu ketika seorang bernama Gareth (G ulf) mengganggu pikirannya. CW : -bxb romance story -100% fiction -Typos -Ignore timestamp -Harsh words -Age...