51. Decision

301 27 1
                                    

Gareth turun dari mobil Timothy setibanya di rumah Mia. Gareth memandang rumah itu dari ujung yang satu ke ujung satunya. Ia mengenang pertama kali menginjakkan kaki disana bersama almarhum papanya. Meimei dan Mia menyambutnya dengan hangat.

"Ngelamun! Masuk buru!" Ajak Mia. Gareth tak sadar gadis itu sudah menjemputnya di luar.

"Pelan-pelan sih, encok gue." Keluh Gareth sambil mengusap pinggangnya.

"Yang tua gue, kenapa lu yang jompo." Gerutu Mia.

"Salahin noh si bapak. Gila, gue mau tidur malah dikerjain sampe pinggang mau copot! Cuma gegara cemburu sama si Sammy. Perkara gw peluk dia buat say goodbye." Gareth meracau sambil mengerling ke arah Timothy yang hanya tersenyum melihat tingkahnya.

"Adek! Sini nak!" Meimei keluar dari arah dapur.

Gareth segera berlari ke pelukan wanita paruh baya itu.
Mereka merayakan keberhasilan Gareth menembus tiga kampus di luar negeri dengan beasiswa penuh.

Nara dan Bonnie juga datang untuk merayakannya.

"Mantep di Belanda aja Dek?" Tanya Meimei. Gareth mengangguk.

"Soalnya kalau jauh-jauh nanti bapak yang ini ikut neleponin tiap hari Ie. Pusing pala Adek." Kata Gareth, ia bicara sambil memakam lumpia goreng buatan Meimei.

"Yah... Iie lega kalau memang tempatnya dekat dengan Tim. Ada yang jagain kamu. Kapan-kapan Ie main kesana ya." Kata Meimei sambil membelai kepala Gareth.

"Iie gak mau ngajak aku gitu Ie?" Tanya Nara dengan wajah berharap.

"Ai kalo kamu ikut siapa yang gantiin si cici jaha toko Naraaa" Meimei mengomel membuat Nara cemberut.

"Gantian nanti." Lanjutnya, lalu Nara tersenyum.

"Iie, makasih udah jagain adek... makasih udah jadi mama yang baik buat adek.. Adek gak akan bisa balas Iie. Rasanya, nyawa Adek pun gak cukup." Gareth menggenggam erat tangan wanita di sampingnya yang mulai keriput.

Meimei tak berkata apapun. Ia hanya tersenyum sambil mengecup puncak kepala Gareth.

"Cici juga. Gue gak tau ci bakal jadi apa kalau gue gak ketemu lo. Nara sama Bonnie juga. Kalian baik-baik ya. Gue janji lulus cepet biar bisa kerja terus balik kesini." Kata Gareth.

Suasana di rumah Mia seketika menjadi haru. Semua berpelukan. Mengingat Gareth akan segera berangkat untuk mengurus sekolah barunya.

"Tim, disana dia cuma punya kamu. Jaga dia baik-baik. Kalau satu saat perasaanmu berubah, jangan sakitin dia. Bawa dia pulang ke Tante. Balikin dia ke Tante." Pesan Meimei sebelum Timothy dab Gareth masuk ke dalam mobil untuk pulang.

"Saya janji Tante. Akan jaga Gareth sekalipun taruhannya nyawa. Dan perasaan saya, hati saya gak akan berubah. Tante bisa pegang janji saya." Kata Timothy seraya memeluk Meimei.
***
Gareth tak banyak bicara saat perjalanan pulang ke apartemen mereka. Timothy sangat mengerti, tak mudah bagi anak itu untuk meninggalkan teman-temannya.

"Mau mandi dulu? Kamu pasti capek. Rendeman biar rileks ya?" Gareth masih tak mau melepas pelukannya semenjak di lift tadi.

Ia bahkan tidak peduli pandangan orang-orang sekitarnya melihat mereka berjalan sambil berpelukan.

Timothy mengisi bathub di dalam kamar mandinya. Ia menambahkan chamomile oil dan cairan busa yang banyak seperti biasa.

"Temanin aku berendam ya." Kata Gareth. Timothy mengangguk.

Keduanya masuk ke dalam bathub yang sudah terisi. Timothy mendekap Gareth yang duduk di antara kedua kakinya sambil memeluk lututnya.

"Jangan terlalu dipikirkan. Kamu bisa pulang kesini kapanpun kamu mau sayang." Timothy mencoba menenangkan pikiran kekasihnya yang sedang semrawut.

"Makasih ya. Kamu mau terus sama aku. Walaupun aku adatnya jelek banget." Kata Gareth. Ia memainkan busa di dalam bathub untuk menenangkan pikirannya sendiri.

"Dua puluh tahun. Aku masih percaya sama kamu dan gak akan pernah berubah. Sampai dua puluh tahun berikutnya. Dua puluh tahun berikutnya lagi dan gitu terus selamanya." Timothy mengecup pipi gembil Gareth. Anak itu tersenyum.

"I have decided. I want to live. With you. Aku janji akan lulus cepat. Semoga kamu tepatin janji kamu." Kata Gareth. Ia menengok ke arah Timothy.

"Janjiku ke kamu banyak loh sayang. Janji yang mana?" Tanya Timothy.

"Janji setelah aku lulus, kamu nikahin aku." Kata Gareth, wajahnya bersemu merah.

"Are you serious? Baby are you really..." Timothy menangkup wajah Gareth dan menatapnya lekat-lekat. Anak itu mengangguk.

"Kalau... nikah dulu sebelum mulai kuliah gimana?" Tanya Timothy sambil mengusap pipi Gareth.

"Kan.. ngelunjak. Ntar aku hamil pas kuliah. Ribet. Buang waktu nanti. Pokoknya aku bakal lulus cepet biar kita nikah pas kamu belom tua-tua banget."Gareth cemberut dan itu membuat Timothy gemas setengah mati.

"Iya sayang iyaaa... thank you for trusting me." Lelaki tiga puluh tiga tahun itu lalu mencium bibir kekasihnya.

Hari itu Gareth memutuskan hidupnya yang baru. Bersama Timothy. Untuk selamanya.
***
-fin-

Second Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang