45. Truth

332 33 3
                                        

Timothy datang lebih pagi ke kampus hari itu. Ia tidak sendiri, kali ini Ia datang bersama Gareth. Keduanya sudah masabodo dengan apa yang orang lain pikirkan. Semua bukti sudah ada di tangan mereka yang menunjukkan bahwa keduanya tidak bersalah. Devana tak lama datang lalu membantu mereka mempersiapkan bukti-bukti yang sudah diberikan orang suruhan Timothy sebelumnya.

"Aku abis ini mau pulang aja... beneran deh udah males akunya... aku udah bilang Iie ngulang semester ini." Kata Gareth. Suasana kampus benar-benar tak lagi menyenangkan untuknya.

"Kita pikirin itu nanti ya Dek, kalaupun memang kamu harus cuti dulu semester ini ya gapapa. Aku udah ngobrol itu dengan Devana kok." Jelas Timothy, Devana mengangguk.

Keduanya jelas mengerti posisi Gareth. Menjadi korban fitnah tentu saja membuat siapapun tidak nyaman berada di lingkungan yang sama. Terlebih lagi Gareth adalah anak yang tidak terlalu bersosialisasi di kampus. Menjadi pusat perhatian membuatnya benar-benar jengah dengan situasi yang ada.

Setengah jam kemudian ketiganya memasuki ruangan rapat di lantai tiga di sebelah kantor kepala program studi. Sang Kaprodi duduk di ujung meja panjang berkapasitas enam orang itu ditemani satu orang dosen senior di sana. Devana, Timothy dan Gareth duduk berdampingan di sisi kanan meja itu.

"Baik Pak Timothy, boleh langsung saja ingin sampaikan apa?" tanya Kaprodi. Lelaki paruh baya itu duduk dengan tenang dan berwibawa. Tak ada tatapan yang menghakimi atau menuduh pada Timothy ataupun Gareth.

"Baik Prof. Terkait kasus yang belakangan ini ramai mengenai hubungan pribadi saya dengan salah satu mahasiswa saya, selain jawaban yang tentu saja jujur dan apa adanya kemarin dari pihak kami, dan juga yang disampaikan melalui anggota Hima, saya ingin menyampaikan bukti lebih lanjut dari beberapa profesional yang saya hire untuk kasus ini, sebagaiman sebelumnya sudah saya sampaikan dan Prof izinkan saya untuk melakukannya." Timothy membuka penjelasannya pada sang Kaprodi. Ia lalu memberikan beberapa lembar berkas kepada Kaprodi kemudian lelaki itu membacanya dengan seksama.

"Baik.... ada yang lain?" Tanya lelaki bertubuh tegap itu.

"Ada Prof, rekaman dari cctv, yang kebetulan, masih tersimpan di database klinik. dan suaranya sangat jelas. Begitu juga gambarnya Prof. Di dalam file ini ada rekaman asli, dan ada yang sudah diproses agar lebih jelas suara dan gambarnya Prof agar bisa dilihat bahwa kami hanya memperjelas saja tanpa mengubah isi dari rekaman asli." Timothy menyerahkan sebuah flashdisk kepada Kaprodi. Lelaki itu mengambilnya lalu meminta dosen di sebelahnya untuk membuka isi file di laptopnya.

File terbuka, rekaman yang telah dipertajam kemudian diputar. Di layar terdapat video seorang perawat yang sedang mengobrol dengan seorang laki-laki. Perawat itu jelas sekali adalah Gina, dan laki-laki itu seorang petugas klinik.

*G = Gina; P= Petugas*

P : Neng, kok waktu Om ke rumah si Kakak gak ada? kemana?

G : Kak Gareth?

P : Iya, kan Kak Gladys mah udah gak ada..

G : Oh udah gak tinggal sama kita Om, udah lama, semenjak Kak Gladys gak ada si kakak kabur dari rumah. Dulu tinggal sama temennya papah, yang rumahnya di komplek gede itu Om, Iie Meimei namanya.. sobatnya si papah yang itu tuh yang tokonya banyak.

P : Oh ci meimei, inget Om, pernah dikasih tau toko sparepart mobil punya dia.

G : Nah abis itu kan nomer aku sama mamah di blok. Terus katanya dia pindah ke apartemen gitu. Gak tau deh dapet uang dari mana. Katanya sihhh ada kerja dibantuin Iie juga.

P : Oh, jadi udah lama gak serumah kalian?
G : Iya, tapi baru kemarin-kemarin ini, aku ketemu dia barengan sama dosen sini. Gak tau pacaran kali Om... gandengan tangan soalnya. Di apartemen situ tuh yang deket belokan. Kayaknya dia tinggal disana.

Second Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang