"Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan beasiswa itu!"
___________________
Selangkah demi selangkah ia mundur menjauhinya. Namun, tatapan matanya yang tajam, juga langkahnya yang terus mendekati, membuat Jenna gemetar ketakutan.
Aleka. Lelaki itu terus melangkah maju dengan tatapan dingin penuh dendam. Bagian ujung dupata yang melekat di pundak sang gadis kemudian diraihnya. Sehingga selembar kertas yang Jenna ikat di ujung dupata tersebut harus terlepas dan terjatuh ke lantai.
Kaget. Tentu saja. Jenna terkejut dengan mata yang membulat lebar. Dengan cepat ia segera membungkuk untuk mengambilnya. Namun ... kertas itu segera diinjak oleh si lelaki, lalu diambilnya. Jenna hanya bertambah terkejut sebelum akhirnya ia kembali bangkit.
Selembar kertas yang dilipat itu kini dibukanya. Di sana tertulis jelas nomor telepon beserta nama pemiliknya yaitu, Davin.
Aleka melirikkan matanya ke arah sang gadis yang tampak tegang. Lalu tanpa berpikir ia merobek kertas tersebut menjadi bagian-bagian kecil yang tak dapat disatukan kembali.
Benar-benar tercengang. Kali ini ekspresinya sangat menunjukkan. Dari kedua matanya yang terbelalak, alisnya yang terangkat, juga mulutnya yang sedikit menganga.
Kali ini tangan lelaki itu berani menyentuh dagu Jenna hingga sedikit terangkat. Wajah kaget itu kini dibarengi dengan rasa takut dan tegang.
"Sudah kubilang, jangan pernah bermain-main denganku, tapi kau bersikap seakan menantangku. Inilah akibatnya bahwa aku tidak akan membiarkanmu hadir di acara beasiswa itu!" ancamnya, lalu dagu halus itu dilepaskan dengan sangat kasar.
"Argh!" Jenna mendesah pelan, memegangi dagunya. Sementara lelaki itu beranjak pergi memasuki kamarnya.
Kali ini Jenna benar-benar tidak bisa melawannya. Bahkan satu kata pun tidak keluar dari mulutnya.
Apakah sesuatu membuatnya mulai lemah? Tidak! Bukan itu!
Tapi tatapan lelaki itu hari ini sangatlah berbeda. Kemarahan dan kebencian tampak sangat jelas dari sorot matanya. Jenna tidak bisa mengatakan apa-apa. Ia terhanyut dalam tatapan tajam dan ancaman yang diberikannya.
"Jenna," panggil Sera, yang baru saja keluar dari kamarnya. Jenna segera menoleh, lalu memberikan senyuman tipis.
"Kau ... sedang apa di sini?" tanya Sera seraya mendekat.
"Aku ... aku dari perpus," jawabnya.
"Dari perpus?" Sera mengernyit. "Apa yang kau lakukan?" lanjutnya bertanya.
"Menyimpan kembali buku yang aku pinjam kemarin," jelasnya, memang benar.
"Ohm..." Sera manggut-manggut. Jenna memberi anggukkan canggung, lalu segera melangkah. Namun—
"Ee ... Jenna, tunggu!" Sera menahannya, Jenna pun kembali berbalik badan.
"Aku dengar ... tadi kau datang ke kampus. Apa itu benar?" tanya Sera.
"Ya, benar. Aku datang ke kampus atas permintaan Ami untuk mengantarkan sarapan Aleka," jelasnya, tanpa sedikit pun kebohongan.
![](https://img.wattpad.com/cover/342728711-288-k734572.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cita Cinta Jenna
Mystère / ThrillerDi umur 17 tahun aku kehilangan kedua orang tuaku. Di situlah awal mula kehancuran duniaku. Dengan terpaksa aku harus mengubur mimpiku. Kematian kedua orang tuaku dibayar oleh seseorang sebagai jaminan hidupku. Aku merasa sesuatu terjadi tanpa ada y...