Zero (Pembunuhan berencana?)

129 37 158
                                    

DIMOHON UNTUK TIDAK MENJADI SILENT READER, OKAY?!
SO, TINGGALKAN JEJAK KALIAN ⏩⏬
.
.
.
.
•••••••••••••••••••••

Sebuah kota besar di India, tepatnya di Hyderabad. Terdapat rumah minimalis yang dihuni oleh keluarga cemara. Pasangan yang selalu harmonis dengan satu anak gadisnya bernama, Jenna Nafees Ahmad.

Mereka adalah pendatang dari kota kecil Aligarh yang sudah tinggal selama lima belas tahun di kota besar Hyderabad. Aligarh sendiri adalah kota kecil yang terletak di Utar Pradesh, India bagian Utara. Di mana, kota kecil itu mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Termasuk Nafees dan keluarga kecilnya. Mereka adalah umat muslim yang kini hidup di tengah mayoritas masyarakat Hindu.

Nama cemara yang melekat pada keluarga Nafees, seketika hancur setelah kabar buruk sampai kepada anak gadisnya.

"Apa?" Handphone itu seketika jatuh ke lantai.

Seorang gadis berusia tujuh belas tahun itu tengah bermain piano bersama dengan sahabatnya, Shafa. Kedua orang tuanya pergi untuk makan malam bersama dengan bosnya, dan Jenna ditinggalkan di rumah ditemani Shafa.

"Ayah ..." Gadis itu langsung berlari ke ruang tengah di mana sebuah TV terpajang. "Ibu ..." Tangannya gemetar menyalakan televisi.

"What happened, Jenna?" Shafa ikut berlari mengikutinya. Kini keduanya berdiri di hadapan TV yang sedang menyiarkan berita.

Breaking news!

"Kecelakaan terjadi di jalan raya Radial Hyderabad pukul 00:35. Korban ditemukan diduga sepasang suami-istri dan dinyatakan tewas akibat mobil yang terbakar. Kecelakaan murni terjadi karena mobil mengalami blong secara mendadak." Sebuah berita disampaikan oleh presenter yang diberitahukan reporter secara langsung di lokasi kejadian. Di sana terlihat jelas mobil hampir masuk ke jurang dan terbakar.

Jenna menggeleng kuat dengan tubuhnya yang lemas dan gemetar. "Jenna." Shafa segera merangkulnya dan mendudukkannya ke sofa.

Tidak mengatakan apa-apa. Gadis berusia tujuh belas tahun itu hanya menangis histeris memanggil kedua orang tuanya yang telah tiada. Shafa terus mencoba menenangkan, tidak bisa menahan air matanya.

"Ayah. Aku harus melihat Ayah!" Jenna bangkit dari duduknya dan berlari keluar rumah.

"Jenna! Jenna, tunggu!" Shafa mengejarnya. "Kau mau ke mana?" tanyanya.

"Aku harus menemui Ayah!"

"Kita akan menemuinya besok. Ini sudah malam!" Shafa mencoba menahan, namun Jenna tetap nekat berlari keluar rumah mencari angkutan umum.

"Jenna!" Lagi-lagi Shafa mengejarnya.

"Pak, tolong antarkan aku, Ayahku kecelakaan," pinta Jenna, pada pengemudi bajaj yang ia temukan di jalan.

"Nak, ini sudah malam, aku mau istirahat," kata si bapak, sepertinya memang menuju arah pulang.

"Pak, aku mohon! Ayah dan Ibuku mengalami kecelakaan, aku harus menemuinya sekarang!" Dengan wajah penuh air mata, Jenna memohon.

"Pak, kami akan membayarnya dua kali lipat," kata Shafa, menambahkan.

Si bapak tampak berpikir dan memperhatikan kedua gadis itu. Lalu ia berkata, "Baiklah." Keduanya segera naik dan meminta si bapak untuk mengendarai bajajnya lebih cepat.

Cita Cinta JennaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang