"Selain Tuhan, aku tidak pernah takut di hadapan manusia!"
~∞°^°∞~
Sera tampak kesal melihat sepupunya itu. Padahal hari ini ia berniat untuk nebeng sampai ke rumah, karena pagi tadi ia ke kampus diantar sopir. Tidak membawa mobil sendiri memang menyusahkan, apalagi punya sepupu yang menyebalkan seperti Aleka.
Dengan wajah yang ditekuk Sera melangkah cepat memasuki rumah setelah sopir menjemputnya dari kampus. Memang tidak begitu sulit karena sopir rumah selalu siap kapan pun dibutuhkan. Namun tetap saja ia kesal dengan sepupunya yang tidak sedikitpun peduli padanya.
"Tidak sepantasnya kau melewati Ami!" ucap Vedha yang tengah duduk di sofa tepat di sebelah tangga menuju lantai dua. Langkah kaki-kaki yang menaiki anak tangga itu terpaksa dihentikan. Sera berdecak kesal sebelum akhirnya ia kembali turun menghadap sang Ami.
"Kenapa wajahmu ditekuk seperti itu?" tanya Vedha. "Duduklah!" pintanya, kemudian Sera pun duduk dengan wajah yang masih ditekuk kesal.
"Kenapa kau buru-buru? Apa ada sesuatu yang mengganggu?" Ami Vedha bertanya namun Sera masih kesal sehingga tak menjawabnya. Vedha lalu mendengus. "Siapa yang membuatmu kesal?" tanyanya lagi.
"Siapa lagi kalau bukan anak kesayangan Ami?!" sahutnya cepat--pada akhirnya membuka suara.
"Kenapa lagi dengan anak itu?"
"Ami tanya aja sama orangnya!" ketusnya segera beranjak pergi menyusuri tangga menuju kamarnya.
Vedha menggelengkan kepalanya. Hal seperti ini sangat tidak asing baginya karena anak dan keponakannya itu selalu saja berantem, padahal keduanya sudah dijodohkan dan bahkan sudah bertunangan.
Di tengah langkahnya yang cepat, tiba-tiba Sera menghentikan langkahnya tatkala seorang gadis berjalan untuk menuruni tangga. Sera menatap sang gadis dengan penuh tanda tanya, begitupun dengan gadis itu yang menatap Sera dengan wajah datar.
"Permisi!" Dengan beretika Jenna melewati Sera yang berdiri di depan kamarnya. "Tunggu!" Sera menghentikannya. Jenna kemudian berbalik badan menghadap ke arahnya.
"Siapa kau?" tanya Sera.
"Jenna."
"Siapa Jenna?" Sera mengernyitkan dahinya.
"Namaku Jenna!" Masih dengan wajah datar Jenna mengulang ucapannya.
"Maksudku... kau siapa datang ke rumah ini?" Sera memperjelas pertanyaannya.
"Kau tahu Bibi Rashi?" Alih-alih menjawab, Jenna justru bertanya balik. "Aku keponakannya!" lanjutnya menjawab pertanyaannya sendiri.
"Ooh... kau anak Bibi Rashi yang dari Aligarh itu?" Sera bertanya untuk memastikan, namun Jenna menyahutnya cepat. "Keponakan! Bukan anak!"
"Ya, itu maksudku." Sera menggerakkan kepalanya dengan senyuman kaku. "Oke, aku Sera, keponakan Paman Dika!" ucapnya mengenalkan diri pada akhirnya.
Jenna hanya memberikan senyuman yang dibarengi dengan anggukkan kepala. Sera pun membalas senyuman itu lalu segera membuka pintu kamarnya dan masuk. Lalu Jenna pun menuruni tangga melanjutkan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cita Cinta Jenna
Misteri / ThrillerDi umur 17 tahun aku kehilangan kedua orang tuaku. Di situlah awal mula kehancuran duniaku. Dengan terpaksa aku harus mengubur mimpiku. Kematian kedua orang tuaku dibayar oleh seseorang sebagai jaminan hidupku. Aku merasa sesuatu terjadi tanpa ada y...