"Aku membencimu, Aleka! Aku membencimu!"
~'^_^'~
Sebuah ruangan kosong yang seram mencengkeram. Davin tak berdaya dengan posisi tubuh yang diikat di kursi yang didudukinya. Tidak hanya itu, tonjokan keras pun mendarat di wajahnya berkali-kali.
Setiap kali mulutnya berkata tidak, satu tonjokan melayang ke pipinya. Namun Davin tetap berdiam Kokoh menikmati rasa sakitnya.
Cukup kasar dan memaksa Aleka menganiaya Davin dengan penuh nafsu. Ia bahkan tak peduli melihat cucuran darah yang mengalir dari bibir laki-laki itu. Tulang pipinya pun sudah membiru akibat tonjokan kerasnya.
"Kesempatan terakhir untukmu hidup! Katakan padaku atau aku akan membunuhmu?!" Ancaman terakhir Aleka lontarkan, setelah belasan tonjokan melesat di pipi laki-laki itu.
"Kau bisa tanyakan pada ibumu jika aku tidak berbohong. Aku pergi ke rumahmu untuk mencari Jenna bersama Shafa," jelas Davin sekali lagi.
Aleka mengepal kuat kemudian memukul kursi yang diduduki Davin dengan sangat kuat. Hal itu dilakukan hanya untuk melampiaskan amarahnya semata.
"Kalau begitu aku tidak perlu membawamu kemari dan menyiksamu. Seharusnya aku membawa gadis sialan itu dan memaksanya untuk mengatakan," gerutu pria itu.
"Aku mohon jangan sakiti Jenna!" pinta Davin menyahut. "Dia sendiri bahkan tidak tahu siapa yang menolongnya," cakapnya.
Aleka lantas menoleh. "Apa maksudmu? Bagaimana dia tidak tahu seseorang yang telah menolongnya?" tanyanya dengan mata yang menatap tajam.
"Dia menyembunyikan identitasnya dengan menutup seluruh tubuhnya," jelas Davin pada akhirnya memberitahu.
"Siapa yang memberitahumu?" Aleka bertanya tegas mendekatinya.
"Jenna menceritakannya."
"Gadis itu. Kali ini kau bisa bebas dari tanganku, tapi lihat saja nanti! Aleka Dwitara tidak akan membiarkanmu hidup tenang!" ancamnya lirih dengan telapak tangan yang mengepal kuat.
Lelaki itu kemudian pergi meninggalkan tempat. Aarav yang masih berdiri menjaga Davin tampak bingung. Mengejar sahabatnya atau melepaskan Davin lebih dulu?
"Ah, shit!" umpatnya dan memilih mengejar Aleka dan meninggalkan Davin tanpa melepaskannya.
"Lepaskan aku! Hey!" teriak Davin berusaha melepaskan diri dari ikatan kuat yang dibuat Aleka. Namun usahanya gagal karena tidak hanya tangan yang diikat, tapi juga kakinya.
Aleka mengendarai mobilnya secepat kilat. Memang bukan hal yang menakutkan baginya karena itu adalah hobinya. Namun Aarav tetap merasa takut sampai berpegangan kuat pada mobil.
Tiba di rumah ia langsung keluar dari mobil dan berjalan cepat mencari Jenna. Sementara sahabatnya dibiarkan untuk tetap duduk di mobil dan menunggunya.
"Aleka, kau dari mana saja? Tumben sudah pulang?" Sang ibu bertanya namun tak dihiraukan. Lelaki itu berjalan melewatinya begitu saja. Langkahnya tertuju ke arah dapur, namun Jenna tak ditemukan di sana.
Setiap ruangan diperiksanya, dan gadis itu ditemukan di taman belakang. Tampak sedang mondar-mandir menelpon seseorang, tetapi tak mendapat jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cita Cinta Jenna
Mistério / SuspenseDi umur 17 tahun aku kehilangan kedua orang tuaku. Di situlah awal mula kehancuran duniaku. Dengan terpaksa aku harus mengubur mimpiku. Kematian kedua orang tuaku dibayar oleh seseorang sebagai jaminan hidupku. Aku merasa sesuatu terjadi tanpa ada y...