Yves Hannie pernah merasakan indahnya jatuh cinta. Beberapa kali. Dan mungkin dia jatuh cinta lebih sering daripada teman sebayanya yang lain.
Hannie jatuh cinta pertama kali saat duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu dia jatuh cinta dengan teman sebangkunya, James Wil.
Wil adalah cowok paling keren yang ada di kelas dulu. Wil selalu memakai kacamata baca dan jaket parasut yang dikancingkan hingga menutupi lehernya yang putih. Wil selalu memberi kesan misterius dan selalu membuat semua orang ingin berada dekat dengannya. Dia juga siswa yang pandai dan selalu berprestasi di sekolah. Satu hal tentang Wil yang membuat Hannie sebal dengannya saat itu?! Wil pecinta serangga, dan Hannie jelas membenci serangga! Yikes! Dia bahkan akan menangis saat melihat kecoak terbang dan selalu mendramatisir tangisannya hingga Mr. Yves---Ayahnya berjanji akan memberinya es krim rasa stroberi jika dia mau berhenti menangis.
Saat lulus dari sekolah dasar, Mr. Yves mendapat tugas untuk pindah ke kota yang sangat jauh---jauh menurut Hannie, paling tidak. Mr. Yves membawa mereka sekeluarga pindah ke Gold Coast, kota yang sangat kering dan itu membuat Hannie benci dengan Gold Coast karena hampir setiap tiga hari sekali Gold Coast diserang badai pasir. Kulitnya menjadi jauh lebih kecokelatan dan semua orang tampak enggan untuk berteman dengannya.
Hal paling baik dan Hannie suka dari Gold Coast adalah teman sekelasnya di tingkat satu. Dia Mickey. Ayahnya adalah seorang diplomat. Sama seperti Hannie, Mickey juga baru saja pindah ke Gold Coast karena Ayahnya mendapat tugas baru di sana selama tiga tahun.
Mickey adalah hal terbaik yang pernah dimiliki oleh Gold Coast dalam kacamata Hannie. Mickey tidak banyak bicara, selalu menatap datar apapun yang melintas di depan wajahnya, suaranya renyah seperti suara remahan kripik kentang yang belum terkena angin terlalu lama, dan kulitnya yang berwarna kecokelatan sangat pas dengan Gold Coast yang sangat terik dan gersang.
Mickey hebat. Dia berbakat. Dia pintar. Dan Hannie jatuh cinta padanya.
Hannie dan Mickey menjadi teman baik. Mickey satu-satunya teman sekelas Hannie yang mau berbagi meja di hari pertama Hannie sebagai murid baru, satu-satunya teman yang bersedia menemani Hannie pergi ke toko buku yang berjarak lima kilo dari sekolah dengan berjalan kaki demi membeli alat tulis dan juga karton besar yang akan Hannie gunakan untuk memuat artikel baru di mading sekolah, satu-satunya teman yang bersedia berbagi bekal makan siang dan menikmati makan siang mereka di atap sekolah.
Menjelang hari kelulusan, sikap Mickey berubah dan dia tampak menjaga jarak. Hannie bertanya apa yang salah di antara mereka dan seingat Hannie, Mickey selalu menggelengkan kepala tanpa benar-benar menjawab pertanyaan yang Hannie lontarkan untuknya.
Mereka lulus dari Gold Coast Middle School dan Hannie tidak tahu kabar tentang Mickey setelahnya karena Ayahnya mendapat tugas baru yang lain di kota yang baru.
Jadi di sini lah Hannie sekarang. West
Coast, kota ke tiga yang keluarganya singgahi karena Mr. Yves baru saja dipindah tugaskan di tempat yang baru. Lagi..."Jadi, bagaimana menurutmu?!"
Hannie tahu bahwa Ayahnya berharap dia menjawab dengan kata "bagus", sambil mengacungkan kedua ibu jari dan tersenyum lebar seolah natal datang lebih cepat.
Tapi tidak.
Atau ya!
Hannie tidak mungkin merusak kesenangan yang tercetak jelas di wajah Mr. Yves. Ayahnya berdiri di depan pintu kamar dengan satu tangan berada pada daun pintu, menahannya agar tidak tertutup sementara Hannie berdiri meneliti kamar barunya yang dindingnya didominasi warna ungu.
"Bagus... hebat..." Hannie tersenyum sangat lebar hingga rahangnya terasa sakit karena senyuman lima jari.
Seperti tebakan diawal, Mr. Yves juga ikut tersenyum dan bahkan senyumnya jauh lebih lebar dari senyuman Hannie. Mr. Yves masuk ke dalam kamar, membuka pintu lemari yang belum diisi dengan baju-baju Hannie yang jumlahnya hanya sedikit, melongok ke luar jendela kamar yang terbuka, dan mencoba duduk di atas ranjang yang tidak terlalu besar ukurannya.
"Aku tahu... aku tidak akan salah pilih ini, kan?! Ini benar-benar pas. Dan Mum pasti akan menyukainya..." Untuk sesaat Hannie pikir dia mendengar nada bicara Mr. Yves berubah menjadi pelan dan datar saat mengucapkan kalimat itu, dan Hannie tahu Ayahnya berusaha mati-matian menjaga agar suaranya tetap terdengar menyenangkan.
Satu hal yang kalian harus tahu, Mrs. Yves berpulang empat bulan yang lalu setelah berjuang cukup lama dan mencoba berbagai macam cara untuk mengobati kanker payudara yang dia derita. Setidaknya saat ini, baik Hannie maupun Ayahnya setuju bahwa Mum sudah tidak merasakan sakit lagi dan saat ini dia pasti sedang tersenyum dari surga melihat rumah baru mereka.
"Tidak, tentu saja tidak... Dad selalu punya selera yang bagus," tambah Hannie dengan menjilat. Ingatkan Hannie untuk meminta uang saku lebih dari Grandma saat natal nanti karena sudah membuat hati Dad bahagia.
"Bagus... well, kalau begitu, aku harus bersiap-siap. Kau tahu, memulai pertama kali tidak pernah berjalan mulus kan?!" Hannie menganggukkan kepala bersikap seolah setuju dengan kalimatnya.
Mr. Yves keluar setelah meneliti kamar untuk terakhir kali, langkah kakinya yang berat terdengar jelas sebelum dia menutup pintu kamarnya sendiri yang ada di lantai bawah.
"Oke, apa yang harus kulakukan selanjutnya?!" Tidak ada, sebenarnya. Memasukkan baju ke dalam lemari hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit. Menyusun kembali buku-buku di dalam rak sudah dia lakukan sejak kakinya pertama kali menginjak lantai kamar. Dan dia baru akan pergi ke sekolah barunya besok pagi. Oh, sungguh... Hannie tidak sabar memulai hari sebagai murid baru. Lagi...

KAMU SEDANG MEMBACA
PRETTY YOU
Teen FictionWritten and Published by : Raindroponme Cover and Picture : made and taken by canva. thanks to the artist Rate : T semi M Syn : Yves Hannie jatuh cinta berulang kali dan jauh lebih sering dari teman sebayanya yang lain. Dia pernah menyukai James Wil...