West Coast International High School...
West Coast adalah kota yang kecil. Penduduknya tidak lebih dari tujuh ratus ribu jiwa. Dan tidak sulit menemukan letak sekolah di West Coast. Sama seperti bangunan sekolah pada umumnya, sekolah di West Coast berwarna dominan merah dan juga cokelat, bertingkat tiga, terdapat halaman parkir mobil yang luas, lapangan dengan rumput yang akan selalu basah ketika diinjak. Yeah... West Coast memiliki curah hujan yang jauh lebih tinggi dibanding kota-kota lain di sekitarnya.
Hannie memarkirkan Volvo tua milik Ayahnya dengan hati-hati di parkiran mobil, bersanding dengan mobil-mobil lainnya yang jauh lebih mewah dan juga mengkilat dari mobilnya saat ini. Itu membuatnya sedikit bertanya-tanya dalam hati, mengapa di kota sekecil West Coast teman-teman sekolahnya bisa membawa mobil-mobil mewah tersebut?! Apa sebenarnya pekerjaan orangtua teman-teman sekolahnya?!
Seorang cowok yang kelihatan seperti anggota klub memanah menyapa Hannie sambil melambaikan tangan. Cowok itu tampan, dengan tato kecil di pipi kiri, memegang sebungkus pretzel di satu tangan dan juga sekaleng soda di tangan yang lain. Hannie hanya bisa tersenyum samar sambil menganggukkan kepala membalas sapaan cowok itu.
Hannie meraih ransel berwarna biru usang yang dia letakkan di atas kursi penumpang, menggendongnya dan berjalan menjauh dari parkiran mobil dengan kepala menunduk. Dia tahu semua orang menolehkan kepala mereka yang cantik seiring langkah kakinya karena itu dia mempercepat langkah, berharap dia sampai di ruang administrasi sekolah secepatnya.
Miss Sharon adalah wanita berambut pendek kecokelatan yang ramah. Dia menyenangkan, menyapa Hannie saat Hannie membuka pintu ruang administrasi dan masuk ke dalam ruangan. Miss Sharon memakai pakaian santai---kaos dan juga celana bahan. Dia lebih terlihat seperti olahragawan atau mahasiswi jurusan seni atau model wanita yang sering Hannie lihat di TV atau di majalah-majalah yang dibeli Mum daripada seorang petugas TU.
"Jadi, Yves Hannie, ya?!" Miss Sharon meraih lembar pendaftaran dan data diri yang Hannie ulurkan padanya. Hannie mengangguk, membalas sambutannya dengan senyuman simpul. Miss Sharon meneliti data Hannie dengan kepala menunduk sambil mengetukkan jemarinya di atas permukaan meja berwarna cokelat membosankan.
"Kau mengikuti kelas tambahan di Gold Coast?!" Miss Sharon terdengar tidak percaya sekaligus takjub saat bertanya. Hannie mengangguk dan Miss Sharon tersenyum jauh lebih lebar dari sebelumnya.
Miss Sharon membantu Hannie mendapatkan jadwal pelajaran, memberi peta sekolah, dan memberitahu Hannie apa saja yang harus dia lakukan di hari pertama sebagai murid baru. Hannie menerimanya dengan wajah datar sambil menganggukkan kepala, keluar dari ruang administrasi dengan banyak barang bawaan dalam genggaman tangan.
Kelas pertama adalah biologi. Hannie memandang peta sekolah yang baru saja diberikan oleh Miss Sharon, mencari dimana kelasnya pagi itu. Ruang 4F. Itu ada di bagian barat gedung sekolah. Sambil menghindari tatapan penuh rasa ingin tahu dari banyak orang, Hannie bergegas menuju ruang 4F.
Hannie mengetuk pintu kelas dan suara "masuk" yang menyenangkan menyambutnya. Tangannya membuka pintu dengan gemetar, kedua mata mendapati seorang pria yang mungkin berusia akhir dua puluh atau awal tiga puluh berdiri di depan kelas sambil memegang sesuatu seperti... gurita kecil?!
"Ah, kita kedatangan tamu... Yves Hannie?!" Guru itu menyebut nama Hannie dengan ragu-ragu. Hannie mengangguk, berjalan menghampiri guru tersebut tanpa melepas tatapan pada sepasang sepatu kets berwarna putih yang dia pakai pagi itu, menyerahkan absen dan juga data dirinya sendiri kemudian si guru tampan memintanya untuk duduk.
Permulaan yang bagus. Hannie tidak perlu memperkenalkan diri sendiri dan dia berterima kasih karenanya.
Cewek berambut cepol yang duduk di barisan tengah melambaikan tangan dan tersenyum ramah saat Hannie mendaratkan tubuhnya di atas kursi yang ada di baris paling belakang. Dia menganggukkan kepala satu kali berharap itu cukup.
"Nah, Miss Yves, hari ini kami mencoba untuk melihat organ dalam tubuh gurita..." Hannie menunduk memandang gurita kecil menjijikkan dengan selaput dan lendir di bagian tubuh serta tentakelnya. "Kami baru saja mulai untuk membuat sayatan di,-" Hannie tidak mendengarkan kelanjutan kalimatnya.
Itu mudah. Hannie pernah melakukan itu sebelumnya saat di Gold Coast dulu. Dengan penuh rasa percaya diri tangannya bergerak mengambil pisau dan gunting kecil yang ada di sebelah nampan berisi gurita, mulai melakukan tugasnya sementara yang lain masih mendengarkan instruksi yang disebutkan dengan suara keras oleh guru biologi tampan.
Lima belas menit berlalu. Hannie berhasil mendapat nilai dan juga aplaus dari seluruh penghuni kelas karena menjadi yang pertama selesai melakukan tugas.
Cewek berambut cepol yang tadi melambaikan tangan kini menghampiri meja Hannie dengan tergesa-gesa sekaligus bersemangat. "Hai..."
"Hei..." Hannie mengangkat wajah sekilas, tersenyum, dan kembali memasukkan barang-barangnya sendiri ke dalam ransel.
"Jadi, Yves Hannie... aku Yuqi. Dong Yuqi. Cukup panggil aku Yuqi..." Hannie hanya menganggukkan kepala. "Jadi, Gold Coast, eh?! Hebat... aku juga murid baru. Baru saja pindah semester lalu..."
Dong Yuqi murid pindahan dari China Midland. Ayah dan Ibunya adalah pedagang, dan Ayahnya memiliki toko alat perkakas yang menjual alat kebutuhan rumah tangga di distrik delapan.
Yuqi cewek yang menyenangkan. Dia banyak tertawa dan tawanya menular dengan mudah.
Jadwal selanjutnya adalah fisika. Hannie tidak pernah suka dengan fisika meskipun dia tidak pernah mendapat kesulitan sedikit pun dengan mata pelajaran yang satu itu.
Guru fisika adalah seorang wanita berusia empat puluh tahun yang masih luar biasa bugar, dengan rambut merah sepinggul dan dadanya... itu dada terindah yang pernah Hannie lihat. Diam-diam Hannie melirik ke bawah, tepat ke dadanya sendiri dan dia tidak bisa membedakan mana dada dan mana pergelangan tangan karena mereka tidak tampak berbeda.
Miss Jessie memulai kelas fisika dengan meminta Hannie untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu di depan kelas. Miss Jessie juga banyak bertanya tentang Gold Coast seperti iklim, makanan khasnya, dan pria-pria tampan di sana.
"Dia memang belum menikah," Yuqi berkata dengan suara pelan.
Jam selanjutnya adalah istirahat. Murid di West Coast memiliki waktu istirahat selama satu jam dan itu adalah waktu istirahat terpanjang yang pernah Hannie miliki. Di sekolah-sekolah sebelumnya, Hannie hanya memiliki waktu istirahat selama 45 menit dan menurut teman-temannya dulu, itu hanya cukup digunakan untuk berjalan dari ruang kelas ke kafetaria.
Kafetaria letaknya ada di bagian belakang gedung dekat perpustakaan. Yuqi berbaik hati menemani Hannie dan memintanya untuk mengganti peta yang Hannie dapatkan dari Miss Sharon dengan peta hidup---maksudnya dia, dan Hannie cukup senang mendengarnya.
Mereka melewati gedung perpustakaan yang cukup besar. Bagian luar gedung berwarna abu-abu seperti warna cat perpustakaan umumnya. Hannie mengerling ke dalam. Sepertinya tidak banyak pengunjung perpustakaan pagi itu.
Pintu depan perpustakaan dibuka dan seorang cowok berambut hitam legam memakai flanel berwarna biru dongker, celana jins dan menggendong ransel keluar dari dalam perpustakaan. Tangan kanannya memeluk buku yang cukup tebal sementara tangan kirinya berlari di rambutnya.
"Jangan buang-buang waktu... dia cowok terkeren di sekolah ini. Sekaligus cowok paling cuek yang pernah kukenal..." Yuqi berdiri tepat di sebelah Hannie membuat Hannie terperanjat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETTY YOU
Teen FictionWritten and Published by : Raindroponme Cover and Picture : made and taken by canva. thanks to the artist Rate : T semi M Syn : Yves Hannie jatuh cinta berulang kali dan jauh lebih sering dari teman sebayanya yang lain. Dia pernah menyukai James Wil...