Tiga Puluh

28 2 0
                                    

Baiklah, ini dia...

Mereka berdua duduk di dalam kedai anak muda lainnya yang ada di West Coast. Namanya Milky Way Cafe. Dinding luarnya diberi warna biru muda, dan di bagian dalam diberi warna putih.  Ada banyak tanaman hias berwarna hijau di sudut-sudut ruangan. Hannie tidak yakin apakah itu tanaman asli. Ada empat meja kecil dengan kursi kecil di bagian depan, dan satu sofa berlengan berwarna marun di depan kasir. Ada satu pintu kecil di dekat anak tangga dan ada satu meja kecil lainnya dengan dua buah kursi. Sean membawa Hannie ke ruangan tersebut.

"Ini area privat, kurasa."

Sean memesan sepiring kentang goreng, sosis, dua minuman cokelat. Hannie duduk diam melihatnya bergerak. Tangan Sean meraih tangannya ketika dia kembali dan duduk di kursinya. Hannie mencoba tersenyum, itu berhasil. Sean membalas senyumannya.

"Kurasa aku harus menjelaskan sesuatu,"  Hannie belum bisa mengeluarkan suaranya. Sebagai gantinya dia mengangguk, menunggu, memberi Sean kesempatan untuk menjelaskan tanpa menghakimi. "Aku baru saja selesai bertemu dengan Joshua. Dia menunjukkan balasan formulir pendaftarannya. Kami berencana pergi ke rumah Sam, bermain Xbox karena dia juga baru saja menerima balasan suratnya."

Sean berhenti sesaat. Dia meremas tangan Hannie dengan lembut.

"Aku lupa memberitahumu soal itu. Joshua sudah pergi ke mobilnya lebih dulu, sementara aku menunggu Sam menyelesaikan urusannya dengan cewek dari tingkat dua sebelum bergabung dengan Joshua di mobilnya. Park Jennifer menyusul kami di halaman parkir sekolah. Dia bilang ada yang ingin dia bicarakan."

Pintu dibuka dari luar. Kasir laki-laki yang menyapa mereka di pintu masuk kini tersenyum, membawa nampan berwarna senada dengan dinding luar kedai. Dia meletakkan pesanan mereka di atas meja dan berlalu dengan badan masih setengah membungkuk.

"Aku menolak, tapi Joshua memberiku kode melalui matanya. Itu semacam temui lah, ini hari terakhir kalian mungkin bisa bertemu. Jadi aku mengikutinya berjalan keluar dari sekolah, dan aku sadar kami menuju gedung teater yang pernah kita berdua kunjungi dulu."

Hannie mengangguk. Menarik tangannya lepas dari genggaman tangan Sean, dia butuh sesuatu yang bisa dia pegang. Selain tangannya, tentu saja. Itu menjadi semacam kebiasaan untuknya, memegang sebuah benda apapun terlebih ketika sedang merasa gelisah. Dia bahkan bisa menggenggam sendok atau sumpit selama berjam-jam. Benda-benda itu terasa seperti emotional support untuknya. Tangannya memang tidak pernah bisa diam. Cangkir cokelat terasa jauh lebih nyaman dan hangat dari tangan Sean, memberi kenyamanan berlebih.

"Park Jennifer menyampaikan perasaannya."  Ouh, oke! "Perasaannya dari tingkat satu..."  Jemari Hannie bermain di tepian cangkir.

Park Jennifer benar-benar hebat. Dia menyimpan perasaannya sejak tingkat satu dan tetap menyimpannya meskipun tahu Sean bersama dengan Hannie. Diluar kemauan, bibir Hannie menyeringai kecil. Park Jennifer, cewek tercantik di sekolah, dengan tubuh yang indah, kalah bersaing dari Yves Hannie. Baterai di tubuh Jennifer selalu terisi seratus sementara Hannie hanya sampai di angka tujuh puluh, dan dia tetap tidak bisa mengalahkan Hannie.

"Dan dia memintaku untuk memeluknya terakhir kali. Dia diterima di universitas negeri di luar kota. Dia akan berangkat satu minggu lagi, dia tidak akan datang ke pesta kelulusan."  Rasanya sekarang semua sudah jelas. Apa yang Hannie lihat di gedung tua tadi adalah pelukan pertama sekaligus terakhir Sean untuk Park Jennifer. Setengah hatinya merasa simpati untuk cewek itu, tapi setengah yang lain merasa gembira karena dia pergi. Yves Hannie!






Sean mengantar Hannie sampai depan rumah. Mereka bicara banyak hal. Sean bahkan tidak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Hannie. Di perjalanan pulang, surat elektronik dari salah satu universitas West Coast yang Hannie pilih muncul di layar ponsel. Dia tidak berharap apapun ketika membuka pesannya, dan berteriak senang lima belas detik kemudian setelah membaca isi suratnya. Sean harus menginjak pedal remnya kuat-kuat karena terkejut mendengar teriakannya.

PRETTY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang