Dua Puluh

12 1 0
                                    

"Hati-hati, Hannie... Kita tidak ingin menciptakan kecelakaan yang baru hari ini..."

Mr. Yves membantu melepas penyangga leher yang sudah sejak empat hari lalu bertengger manis di leher Hannie.

Hannie meringis, melepas penyangga sialan itu dan melemparkannya begitu saja. Dia mencoba menggerakkan kepala dan tidak ada yang terjadi setelahnya. Lehernya benar-benar pulih!

Yuqi dan Sony juga sudah kembali ke sekolah. Mereka memakai pakaian hangat, salju masih turun meskipun hari itu jauh lebih hangat dari hari kemarin.

Mr. Yves mengantar Hannie ke sekolah. Dia bersikeras mengantarnya sampai depan ruang administrasi, memastikan Hannie benar-benar aman dan tidak menyebabkan kecelakaan yang lain.

"Bagaimana kabarmu, eh?! Cedera leher... Itu hebat!"  Suara itik meleter Sony telah kembali. Hari itu dia tidak membawa makanan ringan apapun di dalam saku celana atau saku mantel atau bahkan di dalam mulutnya. Itu membuat Hannie tertawa.

Pagi itu Hannie memiliki waktu kosong dua jam. Dia dan Yuqi mengantar Sony masuk ke kelasnya. Dia mengerucutkan bibir, berkata betapa tidak adil dunia ini. Yuqi tertawa terbahak mendengarnya.

"Euwh... Dia benar-benar merusak pemandangan!"  Hannie dan Yuqi memutar tubuh, mendapati Jennifer dan minion-minionnya berjalan dengan dagu terangkat. Jennifer memakai jaket sport berwarna hitam dari brand terkenal berharga mahal, rambutnya diikat tinggi menampilkan tengkuk eksotisnya.

Nara mengepang rambutnya di kedua sisi kepala. Dia tidak jauh berbeda dari Jennifer. Sementara minion-minion lainnya berada di belakang mereka berdua, tertawa seperti orang bodoh.

"Maaf?! Apa maksudnya itu?!"  Yuqi maju satu langkah. Hannie berusaha menahannya tapi Yuqi menyingkirkan lengannya.

"Oopsie... Rekan penyihirnya membela dia. Ckckck..."  Nara menggoyangkan telunjuknya dengan gaya menyebalkan.

"Berhenti menyebut Hannie seperti itu hanya karena Sean menolakmu."

Senyum Jennifer menghilang dari wajahnya. "Apa maksudmu?!"

"Oh yang benar saja! Semua orang juga tahu kalau dia mengabaikanmu. Dia bahkan tidak memberimu kesempatan sedikitpun."  Yuqi tertawa genit yang sangat dibuat-buat. Suara tawanya melengking, membuat Hannie terpana karena tawanya terdengar sangat mirip dengan suara melengking Nara.

"Jangan membuatku tertawa! Sean bahkan tidak serius dengan cewek jelek itu,"  Jennifer mengedikkan kepala ke arah Hannie. "Tidak ada yang pernah menolakku, bahkan Sean sekalipun."  Hannie terkesan dengan Jennifer, bahkan disaat Yuqi berhasil menamparnya dengan kalimatnya, Jennifer tidak mundur sedikitpun. Meskipun suaranya terdengar sedikit bergetar. "Aku yang mencampakkan dia, setelah kami menghabiskan malam panas bersama."

Minion-minion di belakang Jennifer bertepuk tangan. Bahkan suara tawa mereka jauh lebih keras dari sebelumnya. Hannie menoleh ke arah Yuqi, meminta bantuan. Yuqi tampak terkejut tapi senyuman tidak hilang dari wajahnya yang cantik.

"Oh, yang benar?! Kalian menghabiskan malam yang panas bersama?! Kalau begitu, biar kutanya satu hal... Dimana letak tato pohon zaitun milik Sean?!"

Semua orang tampak nyaris menjatuhkan rahang masing-masing mendengar pertanyaan Yuqi. Termasuk Hannie. Dia meraih tangannya, meminta jawaban atas apa yang baru saja Yuqi ucapkan.

Park Jennifer tampak kalah. Dia membuka dan menutup mulutnya seperti ikan dan maju satu langkah. Dia tampak siap menghabisi Yuqi saat itu juga. Hannie maju dan berdiri di depan Yuqi dan semua minion di belakang Jennifer menahan lengannya.

"Tampak jelas kalau kau baru saja membual..."  Dengan satu tawa genit terakhir Yuqi menarik lengan Hannie dan menariknya masuk ke dalam kelas kosong terdekat.

Hannie mencoba mengatur napasnya sendiri, menghitung dalam hati. Yuqi tidak bisa berhenti tertawa dan begitu Hannie bertanya apa maksud kalimatnya tadi, tawa Yuqi meledak seketika.

"Apa kau tidak lihat bagaimana wajah mereka tadi?!"

"Aku tahu,"  jawab Hannie cepat. "Tapi bukan itu... Apa maksudnya dengan tato pohon zaitun?!"

Yuqi menepuk keningnya sendiri. Seringai muncul di wajah cantiknya membuat Hannie ingin melemparnya dengan sesuatu. "Yah... Jangan salah paham dulu. Tapi bukan salahku kalau tidak sengaja melihatnya. Salahkan pacarmu sendiri."

"Maksudnya?!"

"Tsk... Sean pernah melepas kaos olahraganya di belakang lapangan sekolah. Aku sedang mengerjakan tugas kalkulus tidak jauh dari tempatnya berada. Dia pikir mungkin lapangan waktu itu benar-benar sepi. Tapi nyatanya tidak. Dan... Aku benar-benar melihat tato pohon zaitunnya. Tepat di bawah tengkuk."  Kedua mata Hannie menyipit sementara otaknya bekerja. Sean membuat tato?! Apa Mr. Dan Mrs. Covey tahu soal itu?! "Dan hanya aku yang tahu soal ini. Kau jangan berpikir macam-macam... Aku hanya suka Lucky,"  Yuqi menambahkan.

Hannie tidak bisa berkonsentrasi pada kelas selanjutnya. Membuat kesimpulan yang salah pada pelajaran biologi, menggunakan rumus yang salah di kelas trigono, menumpahkan air minum dari dalam botol ketika pelajaran sejarah sedang berlangsung, bahkan harus menahan malu ketika Mrs. Jane berteriak padanya karena dia tidak mendengarkan penjelasan di depan kelas.

Bel pulang berbunyi. Hannie beranjak dari kursi kelas dengan lesu. Hari itu dia benar-benar kacau, semua hal terasa menguras emosi dan tenaganya. Rasanya seperti dia datang bulan lebih awal.

Sean menunggunya di depan mobil. Dia bersandar pada kap mobil, kepalanya menunduk sibuk memperhatikan sneakers putih yang dia pakai. Dia mengangkat wajah ketika mendengar langkah kaki Hannie mendekat dan senyuman miring muncul di wajahnya.

"Hai..."  Hannie menyapanya dengan tidak bersemangat. Hannie tahu Sean mengerutkan kening dan bahkan mungkin ingin bertanya apa yang terjadi, tapi dia terlalu malas untuk menjelaskan.

Sean masuk ke dalam mobil lebih dulu dan duduk di belakang kemudi. Hannie menyusulnya, membuka pintu belakang dan duduk di kursi penumpang. Sean memutar kepalanya cepat, kerutan masih berada di keningnya.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Apa?!"

"Duduk di situ... Apa yang kau lakukan?"

"Tidak ada..."

"Kau sedang dalam mood yang buruk?"  Hannie menggeleng. "Datang bulan?"  Hannie kembali menggeleng. "Seseorang baru saja mencari masalah denganmu?"  Hannie kembali menggeleng. "Kalau begitu duduk lah di tempat biasanya."  Sean menunjuk kursi penumpang di sebelahnya dan Hannie kembali menggelengkan kepala. "Tsk..."  Sean melepas sabuk pengaman, bergegas keluar dari dalam mobil. Tindakannya membuat Hannie bingung. Kemudian tanpa sepatah kata Sean membuka pintu belakang mobil dan menggendong Hannie begitu saja. Benar-benar menggendongnya, membuka pintu penumpang depan dan mendudukkan Hannie di sana. Dia bahkan memasangkan sabuk untuk Hannie. "Nah... Tempatmu di sini."  Sean berjalan cepat menuju kursi pengemudi dan memasang sabuk untuknya sendiri. Hannie masih terlalu terkejut hingga tidak bisa berkomentar apapun. SUV milik Sean melaju perlahan menginjak aspal menjauhi lapangan parkir sekolah.

PRETTY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang