Dua Puluh Tujuh

16 2 0
                                        

"Kita bisa mencoba kalau kau mau..."




Kalimat itu terus-menerus berdengung di telinga dan pikiran Hannie. Hari itu masuk pertengahan musim semi. Memakai masker merupakan pilihan terbaik karena serbuk sari terasa mulai mengganggu. Sialan rhinitis alergiku ini!

Hannie membenamkan kepala pada buku-buku paket yang dia pinjam dari perpustakaan kota dan perpustakaan sekolah minggu lalu. Ujian kelulusan di depan mata. Semua orang tampak menjadi jauh lebih sensitif akhir-akhir ini, tidak terkecuali Sony.

Sony biasanya banyak menghibur dan melemparkan lelucon konyol. Dia benar-benar badut dalam beberapa kelas. Dia akan bepergian membawa-bawa makanannya dan berteriak dengan suara itik meleternya. Tapi, beberapa hari terakhir sikapnya menjadi lebih dari sekadar sensitif. Bukan lagi bersungut kesal jika diganggu, Sony tidak akan segan memaki siapapun yang memecah konsentrasinya. Dia seperti gurita raksasa.

Yuqi jauh lebih parah. Dengan semua hal tentang ujian, dia masih harus disibukkan dengan latihan memberikan pidato untuk hari kelulusan. Semua guru tampaknya memiliki harapan tinggi padanya, dan dia terlihat seperti ingin melempar siapapun yang berada dalam jarak pandangnya ke luar jendela.

Perpustakaan siang itu jauh lebih ramai dari biasanya. Ada lebih banyak siswa tingkat akhir di atas kursi perpustakaan yang keras, ada lebih banyak siswa tingkat akhir di antara rak-rak buku. Hannie sengaja memilih kursi yang ada di paling sudut ruangan, menjauh dari siswa yang lain dengan harapan mereka tidak akan memecah konsentrasinya. Tapi sialnya ucapan Sean beberapa hari lalu lah yang mengambil alih pikirannya.

Setelah mengatakan ingin mencoba dengannya, Sean merespon ucapan Hannie dengan serius, berpikir bahwa mereka bisa benar-benar mencoba jika memang waktunya tepat. Hannie ingat wajahnya jauh lebih merah dari kepiting rebus waktu itu.

Untuk pertama kalinya Hannie melihat Park Jennifer mengunjungi perpustakaan. Dia memakai sesuatu seperti syal yang dijadikan tanktop halter neck dan jins berwarna putih. Tatapan Hannie jatuh ke payudara Jennifer yang sangat besar itu dan tanpa bisa dia cegah, dia membandingkannya dengan payudaranya sendiri.

Harus Hannie akui Jennifee memang memiliki tubuh yang sangat indah. Dia bugar, payudaranya besar, tapi pinggangnya ramping. Kulitnya juga terlihat kencang dan sehat. Sementara Hannie sebaliknya. Wajahnya memang mulus tanpa noda, tapi tetap saja kulitnya terlalu lembek dan pucat.

Bagaimana jika Sean berkencan dengan Jennie dan mereka melakukan hal yang menyenangkan di atas ranjang?! Jennifer pasti tidak akan berhenti menjepit Sean dengan dadanya yang besar itu.

Sialan! Tahan diri dan pikiranmu sendiri, Yves Hannie!

Jennifee meliriknya dan mencibir seolah Hannie sesuatu yang menjijikan yang menempel di sol sepatunya. Nara bahkan mengacungkan jari tengah. Hannie tidak ingin membuat keributan dan memilih untuk kembali memandang tumpukan buku tebal di atas pangkuannya.

Yuqi datang lima belas menit kemudian. Sebuah buku catatan kecil dalam genggamannya dan satu binder tebal yang akhir-akhir ini selalu bersamanya berada di tangan yang lain.

"Aku baru saja selesai latihan..."  Dia berbisik, menunjukkan buku catatan kecil miliknya. "Untuk pidatoku."

"Lagi?!"

Yuqi mengangguk, "ya. Semuanya harus berjalan sempurna. Aku ingin membuat kenang-kenangan dan meninggalkan sekolah ini dalam keadaan yang baik."

Yuqi baru saja mendapat surat balasan dari salah satu universitas negeri yang ada di perbatasan kota. Mereka meminta satu contoh portofolio Yuqi yang lainnya dan Yuqi akan mengirimnya lusa.

Hannie belum menerima satu pun balasan dari universitas yang dia pilih. Sean juga sudah mendapatkan balasan dari empat universitas yang dia kirimkan surat, dan semuanya sepertinya tertarik dengan profilnya.

Jam berikutnya adalah olahraga. Semenjak banyaknya kejadian melukai diri sendiri atau melukai teman sekelasnya dengan tidak sengaja, Mr. Kim memberi Hannie kebebasan di pelajarannya. Hannie duduk di salah satu bangku penonton di lapangan. Teman-temannya yang lain sibuk berlatih sepak takraw. Beruntung dia tidak perlu bermain hari itu.

Yuqi bermain dengan bagus. Dia mampu mengalahkan Nara dan minion Park Jennifer yang lain sementara Jennifer sibuk berdiri di pinggir lapangan, mengipasi wajahnya dengan potongan kecil kardus yang entah dia dapatkan darimana. Dia tidak bermain hari itu, sesumbar bahwa dia baru saja melakukan perawatan wajah dan dia tidak ingin membuang-buang uangnya begitu saja.

"Ujian kalian di depan mata!"  Mr. Kim bicara dengan suara keras. Kedua tangannya terlipat di depan dada. "Harus kukatakan kalian melebihi ekspektasiku."  Senyumnya mengembang. "Dua minggu lagi kalian akan menghadapi semua ujian yang membuat sakit kepala, tapi di minggu berikutnya kalian akan merayakan prom. Jadi, berusahalah dan tahan diri kalian untuk dua minggu lagi."

Jennifer tertawa genit dan mengangkat tangan. "Apa Mr. Kim juga akan pergi ke pesta?"

Mr. Kim tersenyum miring. Harus Hannie akui dia tampan, dan dia sadar akan hal itu. Dia juga sangat pandai menggoda siswi. Tapi, untuk kali ini Hannie merasa mual melihatnya.






Tepat di seberang sekolah ada sebuah kedai kecil yang baru saja buka. Sean masih sibuk dengan urusannya dan meminta Hannie menunggunya di kedai itu karena ada yang ingin dia bicarakan. Pelayan wanita bernama Lim memakai apron berwarna senada dengan roknya tersenyum sangat cerah ketika Hannie membuka pintu masuk kedai.

"Halo, selamat datang..."  Papan menu di atas kepalanya menampilkan banyak sekali makanan dan minuman yang terlihat lezat. Mereka menjual kentang goreng dan hotdog ekstra keju dengan harga yang sangat murah?! Itu luar biasa!

Hannie memesan susu kocok stroberi dengan ekstra krim kocok dan astor, hotdog, dan kentang goreng. Yuqi akan berteriak jika melihat porsi makan Hannie karena menurutnya, gaun pesta kelulusannya tidak akan muat jika dia tidak menjaga berat badannya sendiri. Persetan dengan itu.

Hannie sedang menjilati krim kocok yang dia ambil menggunakan telunjuk ketika Sean datang. Rambutnya acak-acakan. Dia menarik satu kursi dan duduk di atasnya, ikut mencoba krim kocok dari telunjuk Hannie. Sesuatu dalam perut Hannie terasa menggelitik hingga ke pangkal paha ketika Sean menjilati telunjuknya dan mengecupnya kemudian.

Sean memesan burger untuknya sendiri dan air mineral. Dia sedang mengurangi konsumsi gula atau kafein.

"Ada yang ingin kubicarakan."  Hannie menunggu dia menyampaikan kalimatnya sambil mengunyah hotdog. "Dengar... kita sudah setuju untuk melakukan... sesuatu... itu."

Wajah Hannie memerah.

"Ya."

"Dan melakukannya begitu kita telah lulus dari sekolah menengah."

Semakin memerah.

"Ya."

"Kelulusan sudah di depan mata. Apa kau yakin akan melakukannya?! Ini pertanyaan terakhirku."

Hannie terlihat seperti seseorang baru saja menyiramkan seember cat berwarna merah tepat di wajahnya saat ini.

"Ya..."

Senyum Sean terbit, jemarinya meraih jemari Hannie dan bermain dengannya. "Bagaimana kalau pergi ke satu tempat setelah pesta kelulusan? Aku yang akan mengatur semuanya."

PRETTY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang