"Hannie?! Bagaimana menurutmu?!"
Hannie nyaris terantuk meja ketika Yuqi menarik lengannya yang menyangga dagu. Kelas trigono siang itu jauh lebih sepi dari sebelumnya. Banyak siswa yang tidak pergi ke sekolah. Sepertinya itu karena salju yang turun tiba-tiba.
"Apa yang bagaimana?!"
Yuqi memutar bola mata. Dia terlihat ingin marah tapi menahannya. "Pesta dansa... Menurutmu bagaimana? Apa aku harus pergi dengan Lucky atau mengajak yang lain?!"
Benar... Pesta dansa! Hannie hampir lupa kalau dia berada di tingkat akhir dan sesuatu seperti pesta dansa sebelum hari kelulusan adalah agenda wajib bagi semua siswa. Bahkan di Gold Coast dulu, mereka juga menggelar pesta dansa untuk siswa sekolah menengah.
"Hmm... Mari kita lihat..." Dia berpura-pura memikirkan mana pilihan yang terbaik untuk Yuqi. "Kau akan mengundang banyak rasa penasaran siswa lain kalau kau mengajak Lucky."
"Itu benar..." Yuqi mengangguk bersemangat. Rona kemerahan muncul di kedua pipinya dan Hannie belum pernah melihatnya secantik itu. Yuqi memang cantik, dengan bola mata besar, kulit putih, pinggang ramping, dan rambut yang sedikit ikal. Tapi Hannie baru memperhatikan, kapanpun Yuqi membicarakan Lucky, wajahnya terlihat bersinar dan itu menambah daya tariknya.
"Dan kalau kau mengajak siswa lain dari sekolah... Aku rasa... Itu bukan pilihan baik."
"Kenapa?" Yuqi mengerutkan kening.
Hannie menoleh ke kanan dan kiri memastikan tidak ada yang mencuri dengar obrolan mereka. "Karena Jennifer dan Nara akan merusak semuanya."
"Kau benar!" Yuqi menepuk keningnya sendiri dengan dramatis. "Sepertinya satu-satunya jalan memang aku harus mengajak Lucky."
Hannie senang mengakhiri kelas trigono lebih awal. Mrs. Jang menyerah mencegah belasan kepala menoleh ke luar jendela ketika di halaman terdengar teriakan dari beberapa siswa yang bermain perang salju.
Perang salju... Hannie meringis membayangkannya. Hari ini dia hanya memakai mantel panjang berwarna cokelat yang tidak terlalu tebal. Dia bahkan tidak memakai boots. Dia hanya memakai sneakers sementara yang lain memakai syal dan baju hangat dan boots. Pakaian Gold Coast miliknya benar-benar tidak cocok di West Coast.
Hannie berjalan ke kafetaria dengan hati-hati, berusaha sebisa mungkin menghindari serangan bola saju yang tiba-tiba datang. Bola salju terus mengarah ke siswa-siswa yang sedang berjalan di koridor atau berdiri di lorong-lorong sekolah atau yang sedang berdiri di depan mading. Bola-bola salju seolah melayang tidak jelas siapa yang melemparnya.
Yuqi mengambil sekotak susu rasa stroberi. Hari itu dia berencana untuk diet demi gaun indah yang akan dia pakai saat pesta dansa nanti. Hannie mendengus. Menurutnya Yuqi sudah cukup ramping.
Sony bergabung dengan mereka membawa semangkuk sup hangat, sawi hijau ditumis, dan juga susu stroberi. Dia menawarkan makan siangnya tapi mereka menolak.
Pintu kafetaria dibuka dari luar dan Sean melangkah masuk. Dia mengibaskan salju dari rambut dan jaketnya. Hidungnya memerah itu pasti karena salju.
Sean mengedarkan pandangan ke sekeliling dan seperti yang akhir-akhir ini sering dia lakukan, bibirnya melengkung membentuk senyuman saat tatapannya bertemu dengan kedua iris Hannie. Sean melangkah cepat menghampirinya.
Yuqi tersedak susunya sendiri membuat Sony harus menepuk punggungnya beberapa kali. Dengan mata berair Yuqi mengangkat wajah, mengibaskan telapak tangan dan bertanya dengan suara serak, "kau perlu sesuatu?!"
"Aku perlu bicara dengan Hannie." Kali ini Sony ikut tersedak sup hangatnya. Wajahnya memerah.
Hannie mengikuti Sean berjalan keluar dari kafetaria menuju koridor yang akan membawa siswa ke ruang gimnastik. Sean berbalik tiba-tiba membuat Hannie menabrak punggungnya. Dia mengumpat dalam hati.
"Apa kau tahu tentang pesta dansa?!"
Hannie ingin memutar bola mata tapi mengurungkan niat. Padahal dia bisa tetap bertanya padaku di kafetaria.
"Ya... Semua orang membicarakan itu."
"Sudah tahu ingin pergi dengan siapa?" Hannie menggeleng membuat Sean mengerutkan kening. "Kenapa? Tidak ada yang ingin kau ajak?"
"Aku tidak ingin membuat kekacauan dan membuat pasangan dansaku gegar otak... Kau tahu kalau aku bermasalah dengan keseimbangan tubuhku sendiri, kan?!"
Sean meledak tertawa. Hannie menginjak kakinya meminta dia untuk diam tapi Sean justru tertawa semakin keras. Dia harus memukul dada sendiri untuk menghentikan tawanya.
"Apa itu lucu?!" Hannie berusaha bersikap defensif, mengangkat wajah dan memasang wajah marah. Tapi itu tidak membuat Sean mundur. Dia menggelengkan kepala dan tersenyum lebar kemudian.
"Kau bisa belajar dansa bersamaku. Datang lah ke pesta... Aku akan menjemputmu."
Hannie memutuskan untuk membuat enchilada pedas seperti yang biasa Mum buat dulu meskipun dia tidak terlalu pandai membuat enchilada.
Mr. Yves akan pergi bekerja sebentar lagi. Hari itu dia melupakan scrubnya. Dia biasa memakai scrub dari rumah demi alasan kenyamanan.
"Aku harus melakukan kunjungan pasien sampai dua hari kedepan..." Mr. Yves menguap lebar. Hannie mengangguk, meminum air dan bersandar pada meja makan.
"Aku harus belajar. Sebentar lagi ujian akhir." Mr. Yves juga menganggukkan kepala.
"Itu benar... Ujian akhir..."
Ayahnya tidak pernah meminta Hannie untuk menekuni satu bidang tertentu. Dia memberinya kebebasan memilih atau melakukan apapun yang Hannie inginkan. Untuk saat ini, Hannie hanya ingin menyelesaikan ujian akhir dengan nilai yang baik dan mendapat beasiswa di universitas terbaik di West Coast.
Mr. Yves mengucapkan selamat tinggal sambil menutup pintu depan. Hannie masuk ke dalam kamar dan memasang rantai pengaman di pintu. Seharusnya, dia mengulang kembali materi pelajaran atau bahkan mengerjakan tugas trigono yang diberikan minggu lalu. Tapi begitu kepalanya bersandar pada meja belajar, dia langsung terlelap seketika. Yves Hannie, kau dalam masalah!
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETTY YOU
Teen FictionWritten and Published by : Raindroponme Cover and Picture : made and taken by canva. thanks to the artist Rate : T semi M Syn : Yves Hannie jatuh cinta berulang kali dan jauh lebih sering dari teman sebayanya yang lain. Dia pernah menyukai James Wil...