"Ada apa?!"
Baiklah... Ini dia... Hannie tidak bisa terus-menerus menghindari Sean. Jadi, alih-alih kabur, dia duduk di atas kursi kelas, jemarinya sibuk bermain dengan buku dan pulpen dan tatapannya jatuh pada leher putih Sean. Dia berusaha tidak menatap kedua mata Sean karena mata itu... sangat mengintimidasi.
"Apa aku membuat kesalahan?!" Hannie pikir Sean akan berteriak atau bicara dengan ketus. Tapi sebaliknya dia bertanya dengan suara pelan dan wajahnya tampak kebingungan.
"Tidak... Tentu saja tidak."
"Tapi kau mengabaikanku."
"Tidak ada yang mengabaikanmu."
Sean mendengus. "Bergabung dengan anak-anak dari klub tari dan menabrak pintu ruang gimnastik ketika melihatku... Apa itu tidak termasuk mengabaikan?!"
"Kau tahu?!" Hannie membuka kartunya sendiri!
Sean memutar bola mata. Rasanya Hannie ingin menenggelamkan diri sendiri saat ini juga.
Hannie diselamatkan oleh bel yang berdering. Yuqi menunggunya di bawah tangga, kedua matanya menyipit dan kedua lengannya terlipat di depan dada. Sean berjalan di belakang Hannie. Mereka sudah menyelesaikan masalah yang ada, dan setidaknya itu cukup untuk saat ini.
"Apa yang terjadi?!" Yuqi bahkan tidak memberi Hannie kesempatan untuk masuk ke dalam kelas lebih dulu.
Kelas berikutnya biologi. Ugh. Rasanya Hannie ingin sekali bolos satu pelajaran. Sony menyuarakan pikirannya. Dia bersandar di depan pintu kelas, kedua lengan terlipat dan mulutnya mengunyah sesuatu. Sepertinya itu permen karet lainnya. Sebenarnya berapa bungkus permen karet yang selalu dia bawa ke sekolah?!
"Kau bisa izin dan kami akan bilang kalau kau sakit..."
Aroma mint dan alkohol bercampur jadi satu. Aromanya persis seperti aroma dari pakaian Mr. Yves setiap kali dia baru pulang bekerja. Ruang UKS selalu menjadi tempat yang sangat pas untuk membolos jam pelajaran tertentu. Di sana lah Hannie berada saat ini.
Hannie menceritakan semuanya pada Yuqi, tanpa ada yang terlewat sedikit pun. Yuqi diam mendengarkan, dan ketika Hannie selesai, dia meledak tertawa. Hannie harus menunggu sampai tawanya berhenti sendiri.
"Oh maaf..." Yuqi memukul dadanya sendiri. "Aku tidak tahu kalau Sean benar-benar kuno..."
Hannie mendengus. "Apa kau yakin dia belum pernah punya pacar? Setidaknya di sekolah ini?"
Yuqi mengerutkan kening, berpikir. "Seingatku Jennifer pernah menyatakan rasa sukanya untuk Sean, dan dia juga pernah menaruh surat cinta di lokernya."
"Dan...?!"
"Dan Sean menolaknya... Bahkan itu terlihat seperti dia mengabaikannya."
Kali ini Hannie ikut tertawa.
Hannie kembali ke rumah lebih awal setelah mendapatkan surat izin dari guru piket. Dia berpura-pura sakit kepala, menampilkan wajah lemas, sementara Yuqi dan Sony mendukung akting buruknya dengan semangat.
Mr. Yves sedang membersihkan alat pancing, menghapus debu dari alat pancingnya menggunakan handuk basah. "Aku baik-baik saja... Ini hanya sedikit sakit kepala. Dad tahu?! Aku terlalu banyak belajar untuk ujian akhir..."
Mr. Yves memintanya untuk minum obat analgesik setelahnya. Hannie merebahkan tubuh di atas kasur, memandang langit-langit kamar.
Sean menjelaskan semuanya. Tentang perasaannya, dan tentang apa yang selama ini mengganggu pikirannya. Bahwa dia menaruh rasa untuk Hannie. Itu membuat Hannie terkejut, tentu saja. Karena Sean benar-benar... harus seperti apa menggambarkan betapa sempurnanya Covey Sean?! Sementara Hannie merasa dirinya sangat, sangat sederhana. Tapi Sean sepertinya tulus dan Hannie memutuskan untuk memberinya kesempatan.
Hannie mengerang, membenamkan wajah ke bantal.
Kelas olahraga benar-benar kelas yang sangat ingin Hannie hindari. Hari itu Yuqi tidak masuk sekolah karena dia mengalami flu perut. Dan Sony, dia keracunan salah satu permen karetnya hingga harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Hannie berjalan ke ruang gimnastik seorang diri. Jemarinya mencoba bermain dengan ujung kaos olahraga. Rasanya seperti semua orang sedang memandang ke arahnya.
Dia menundukkan kepala, mencoba berjalan secepat mungkin hingga tiba di barisan paling belakang dan bergabung dengan siswa-siswa yang akan melakukan pemanasan.
"Dia benar-benar penyihir! Dia melakukan itu hanya untuk menarik hati Sean!" Tawa melengking di barisan depan membuat Hannie tertarik. Nara dan Jennifer terang-terangan menatapnya, bicara hal yang sangat tidak pantas tanpa merasa perlu mengecilkan suara mereka.
Hannie mencoba menahan diri. Bernyanyi Coco Melon atau menghitung ada berapa anak ayam di pertanian milik Paman Donald jauh lebih menyenangkan daripada mendengarkan ocehan mereka.
Mr. Kim masuk ke dalam ruang gimnastik, langkah kakinya lebar-lebar. Dia tersenyum sambil mengabsen semua siswa. Dia meminta semua siswa untuk melakukan pemanasan sebelum mencoba melakukan senam lantai.
Ugh... Hannie paling benci senam lantai.
Mr. Kim memanggil siswa tingkat dua dari klub tari. Dia cewek yang sangat manis. Mr. Kim memintanya untuk memperagakan bagaimana cara melakukan senam lantai yang baik dan benar.
Setelahnya Mr. Kim meminta yang lain maju satu per satu. Jennifer dan Nara mengangkat tangan mereka, menjadi sukarelawan untuk mencoba lebih dulu dan mereka melakukannya dengan sempurna. Semua siswa memberikan aplaus untuk mereka berdua.
Tatapan Jennifer jatuh pada Hannie yang memilih duduk menjauh dari barisan, Hannie tahu itu. Hannie semakin menundukkan kepala, menutupi pandangan dengan rambut panjangnya tapi itu tidak membantu. Hannie tahu waktu untuk mempermalukan diri sendiri akan tiba, sesaat setelah Jennifer mengatakan "bagaimana kalau selanjutnya giliran Hannie, Mr. Kim?!"
Masih dengan kepala menunduk, Hannie maju dan berdiri di sebelah Mr. Kim.
Mr. Kim bertanya bagaimana kabar Hannie dan menurutnya Hannie terlihat sangat pucat. Tentu saja! Itu karena Hannie tidak mahir melakukan senam lantai. Dan sejujurnya Hannie sangat takut.
Mr. Kim memberikan aba-aba dan Hannie mulai bergerak. Semuanya berjalan baik, sampai tiba waktunya untuk mengangkat kepala tinggi-tinggi. Hannie mengaduh keras.
"Sepertinya aku membuat leherku cedera!"
Ada banyak sekali orang yang menghampiri Hannie, dan ada belasan tangan yang berusaha untuk meraihnya. Hannie tidak tahu milik siapa saja tangan-tangan itu, tapi yang jelas Jennifer dan Nara tetap berada di tempat mereka dan tertawa keras. Tawa nyaring mereka sangat menyebalkan.
Mr. Kim membawa Hannie ke ruang UKS. Dia tampak sangat khawatir. Dia mencoba bergurau, "ini kali ketiga kau membuat dirimu sendiri celaka di pelajaranku, Hannie... Apa yang akan tersisa darimu setelah ini?!"
Hannie mendengus. Aroma alkohol kembali membelai indera penciumannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRETTY YOU
Novela JuvenilWritten and Published by : Raindroponme Cover and Picture : made and taken by canva. thanks to the artist Rate : T semi M Syn : Yves Hannie jatuh cinta berulang kali dan jauh lebih sering dari teman sebayanya yang lain. Dia pernah menyukai James Wil...