"Apa kau serius ingin membeli buku?!"
Hannie tersenyum bersalah kepada Sean. "Tidak, sebenarnya. Aku hanya bilang mau membeli buku karena aku tidak tahan kalau harus menunggu Yuqi berbelanja. Kupikir dia akan belanja banyak barang, tapi ternyata dia hanya beli sepasang sepatu mendaki."
Sean tertawa.
"Bagaimana kalau kita mampir ke tempat makan langgananku? Mereka punya menu-menu yang luar biasa."
Hannie setuju.
Jinglefood. Kedai kecil dengan cerobong asap, semak beri, dinding diberi cat berwarna cokelat kemerahan. Hannie menyipitkan kedua mata.
"Well, err.. ini..."
"Aku tahu," Sean tertawa. "Teman-temanku membicarakan kedai ini dan aku penasaran."
"Jadi maksudmu, kau belum pernah ke sini?!"
"Teknisnya, belum..." Sean mematikan mesin mobil lalu membuka pintu. "Tapi aku merasa aku pernah berkunjung ke tempat ini karena cerita dari teman-temanku. Ayo... mereka bilang tempat ini menyajikan kopi dan cokelat panas terbaik."
Tidak pernah ada yang mengajak Hannie pergi ke kedai untuk membeli cokelat hangat selain Ayah atau Ibunya. Oh, maaf. Sebenarnya Mickey pernah mengajaknya pergi membeli susu kocok terlezat yang ada di kedai ramai di Gold Coast. Beberapa kali Mickey mengajaknya membeli susu kocok di sana, dan Mickey akan meminta pelayan untuk memberikan tambahan toping yang melimpah di atas susu kocok rasa vanila mereka, lalu menolak uang yang Hannie sodorkan padanya dan bersikeras dia yang akan membayar semua jajanan mereka.
Pelayan kedai memakai rok super pendek dan ketat. Kemejanya menceplak jelas kedua payudaranya yang berukuran sangat besar. Rambut merahnya dikepang di kedua sisi kepalanya dan dia memakai kacamata yang semakin menambah kesan menggoda pada penampilannya. Dia seperti wanita-wanita perusak hubungan orang yang sering Hannie lihat di serial drama.
"Mau memesan sekarang?!" Pelayan bertanya pada Sean dan menganggap seolah Hannie lalat bau atau pajangan kedai yang tampak tidak menarik sama sekali.
"Ah, ya... apa yang mau kau minum, Han?!" Dengan enggan gadis pelayan itu memutar tubuhnya dan memandang Hannie galak seolah dia baru saja melakukan kesalahan besar karena sudah merusak monolognya terhadap Sean.
"Aku.. tidak tahu. Apa yang kau mau pesan?!"
"Hmm..." Sean mengerucutkan bibir sambil memandang sekitar. Hannie mengikuti pandangannya, memperhatikan para pelanggan lain sibuk menikmati secangkir cokelat panas yang pekat dan mereka sudah menjatuhkan pilihan. "Dua cangkir cokelat panas. Dan untuk yang satu tolong jangan diberi tambahan gula."
Si pelayan mengeluarkan tawa genit membuat Hannie menaikkan alis. Dia berbalik, berjalan sambil membusungkan dadanya dengan sengaja dan melenggokkan pinggulnya seperti seorang model papan atas.
Hannie tertawa.
"Apakah sesuatu yang lucu?!"
"Apa kau tahu seberapa sering perempuan menatap lapar ke arahmu?!"
Sean mendengus.
"Tidak, aku serius. Apa kau lihat bagaimana ekspresi si rambut merah itu saat melihatmu? Dan bagaimana ekspresi wajahnya saat melihatku?!"
Sean mengangkat kedua bahu. Dia bermain-main dengan taplak meja dan Hannie senang melihatnya. Untuk pertama kali sejak Hannie mengenalnya, Sean tidak terlihat seperti cowok populer di sekolah dengan otak encer dan wajah yang luar biasa tampan. Hannie berusaha menahan mati-matian keinginan untuk mengulurkan tangan dan menyentuh lengannya.
"Ada banyak yang memberi perhatian berlebih, lebih dari yang harus mereka berikan untuk orang lain..." Apa maksudnya itu?! Hannie ingin bertanya apa maksud ucapan Sean tapi dia tidak ingin terlihat seperti orang bodoh.
Sean menoleh ke arah Hannie dan tersenyum miring. Astaga, Tuhan! Darimana dia memiliki kemampuan itu?! Mempesona dengan senyuman miring itu?! Hannie pikir ketika Sean dilahirkan, malaikat sedang berkumpul di ruang bersalin dan mengucuri banyak sekali berkah untuknya hingga dia terlahir seperti sekarang ini. Atau bisa saja Mrs. Covey adalah seorang pahlawan di kehidupan sebelumnya.
Si rambut merah kembali dan meletakkan dua cangkir cokelat panas serta sekeranjang pai apel. Dia memunggungi Hannie, masih berusaha membuat kontak mata dengan Sean sementara Sean memilih untuk menatap ke arah Hannie.
Ha! Bolehkah Hannie berharap lebih?!
Si rambut merah menyerah. Hannie mendengarnya berdecak kesal sebelum dia berbalik dan meninggalkan meja. Jalannya menghentak dan dia tidak berusaha menggoyangkan pinggulnya seperti sebelumnya. Kedua alis Hannie terangkat melihat pemandangan lucu itu.
"Apa yang kau lakukan kalau sedang libur, Han?!"
Sean meraih cangkir miliknya sendiri. Hannie mengikuti hal serupa dan memainkan jari di tepian cangkir. "Hmm... aku senang memasak, atau menulis sebuah cerita dan surat."
"Kau menulis?!" Sean tampak tertarik. Beruntung lampu di dalam kedai sangat redup. Hannie tidak ingin Sean melihatnya dengan wajah luar biasa merah seperti sekarang. "Apa yang kau tulis?!"
"Hmm... tidak banyak. Seperti puisi atau cerita pendek. Terkadang menulis surat untuk sahabat pena."
"Sahabat pena?!"
"Yep... sahabat pena," Hannie mengangguk. "Hidup menjadi nomaden tidak mudah. Aku tidak pernah mudah berteman dengan siapapun dan kurasa, mencari orang yang bisa diajak bercerita bukan hal yang mudah. Jadi aku menulis surat, mengirimkannya ke majalah dan berharap mereka menerima suratku."
"Mereka mengirimkan balasan?!"
"Oh, ya... mereka mengirimkan balasan."
"Ceritakan padaku..." Sean menyangga kepala dengan tangannya yang bebas, tangan satunya masih bermain di bibir cangkir. Dia kembali tersenyum miring dan Hannie tidak tahan lagi. Dia meraih cangkir cokelatnya cepat-cepat, meneguk cokelat panas dan pekat meskipun dia tahu cokelatnya masih panas. Masih sangat panas, lebih tepatnya.
Hannie rasa dia melukai tenggorokannya sendiri. Tangannya mengibas udara seperti idiot, mulutnya membuka dan menutup dengan cepat dan seolah keadaan tidak cukup buruk, dia juga menumpahkan minumannya dan membuat cangkirnya terjatuh ke atas lantai lalu pecah berkeping-keping. Pengunjung yang lain menatap penuh rasa ingin tahu ke arahnya.
Hebat, Hannie. Hebat!

KAMU SEDANG MEMBACA
PRETTY YOU
Novela JuvenilWritten and Published by : Raindroponme Cover and Picture : made and taken by canva. thanks to the artist Rate : T semi M Syn : Yves Hannie jatuh cinta berulang kali dan jauh lebih sering dari teman sebayanya yang lain. Dia pernah menyukai James Wil...