Sepuluh

15 1 0
                                    

Mr. Yves dan Hannie berangkat memancing pukul enam pagi. Tadi malam turun hujan yang sangat deras disertai angin kencang dan juga petir. Hawa dingin terasa menusuk kulit seperti biasa.

Hannie berdiri membeku di sebelah mobil, menunggu Ayahnya mengambil entah apa yang tertinggal di dalam rumah. Jaket parasut berwarna hitam yang diberikan oleh Grandma saat natal tahun lalu tidak banyak membantu. Hannie hanya membawa beberapa jaket saat pindah ke West Coast. Di Gold Coast dulu, jaket adalah salah satu benda yang tidak dia butuhkan karena itu, semua koleksi jaketnya dia berikan ke tetangga sebelah rumah.

Dan Hannie menyesali tindakannya saat itu.

Mr. Yves keluar dengan menggendong ransel berukuran besar yang biasa dia bawa jika sedang bepergian ke luar kota. Sepatu bootsnya berdecit menyeramkan ketika beradu dengan aspal basah. Tubuh Hannie bergetar karena hawa semakin dingin. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Lagi.

"Apa isinya itu?!"

"Hanya beberapa perkakas. Kita akan memasak di sana."

"Memasak?!"

Ayahnya mengangguk. "Yep. Kita tidak akan mancing sendirian. Temanku akan bergabung."

Hannie masuk lebih dulu ke dalam mobil, berlindung dari hawa dingin yang menusuk kulit. Ayahnya meletakkan ranselnya di kursi belakang. Tangan Hannie bergetar sangat hebat ketika menyalakan pemanas mobil.

Perjalanan hanya memakan waktu sepuluh menit. Mr. Yves pengemudi yang handal di segala cuaca.

Mereka tiba di sungai yang ada di belakang kedai Paman Kim. Mr. Yves keluar lebih dulu sementara Hannie masih berlama-lama di dalam mobil, menghangatkan diri sambil memeluk kedua lutut.

Mr. Yves membuka pintu belakang, mengeluarkan ransel dan juga alat memancingnya. Dari balik kaca jendela yang tertutup Hannie melihatnya menata empat buah kursi tepat di tepi sungai. Dia juga menggelar alas piknik, menata alat-alat masak dan mempersiapkan alat pancingnya sendiri.

Tidak lama kemudian ada sebuah wagon berukuran besar berwarna silver meluncur mulus dan berhenti tepat di sebelah mobil Hannie terparkir. Sepertinya itu milik teman Ayahnya. Dia bilang temannya dari bagian neuro yang akan bergabung untuk ikut memancing.

Pintu penumpang dibuka. Seorang wanita paruh baya yang sangat jelita melompat keluar dari dalam wagon. Dia mengenakan celana olahraga panjang, boots berwarna khaki, dan sweater rajut yang tebal. Wajahnya tampak tidak asing. Hannie pernah melihat wajah seperti itu. Warna matanya yang hitam, tatapan yang mengintimidasi, kedua alisnya yang sangat tebal, dan rambut hitamnya... Hannie yakin dia pernah melihatnya di suatu tempat meskipun tidak yakin dimana.

Wanita itu melambai sambil tersenyum dan cara berjalannya terlihat sangat anggun. Mr. Yves balas tersenyum, membungkukkan tubuhnya sedikit dan mereka saling menepuk bahu masing-masing.

Pintu pengemudi wagon yang terbuka menarik perhatian Hannie. Pemilik wajah, mata, dan juga warna rambut yang serupa dengan teman Mr. Yves : Covey Sean keluar dari dalam wagon silver, merapihkan jaket parasutnya sendiri, dan bergabung dengan Mr. Yves serta wanita cantik yang penampilannya serupa dengannya.

"Astaga!"

Hannie melompat keluar dari dalam mobil. Semua kepala menoleh dan tidak ada yang lebih terkejut selain Covey Sean. Itu terlihat jelas di wajahnya.

"Hannie?!"

"Kau mengenal Hannie?!"  Mr. Yves yang menjawab lebih dulu.

"Err, yah... kami berteman di sekolah..."

Teman Mr. Yves adalah Mrs. Covey. Dia Ibu Sean. Dia wanita yang menyenangkan sama seperti anaknya. Dia ramah, cerdas, dan bisa bercerita apa saja.

Sementara Mr. Yves dan Mrs. Covey asik memancing, Hannie dan Sean memilih untuk menyiapkan makan siang. Keduanya memutuskan untuk membuat salad ayam dan kentang bakar. Itu semua ide Sean.

PRETTY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang