"Ini oke, Dad?!" Mr. Yves membuat Hannie berjanji untuk memenuhi undangan makan siang di salah satu restoran junk food yang tidak jauh dari rumah sakit tempatnya bertugas. Oh, yeah... Mr. Yves seorang dokter bedah di rumah sakit pusat.
Hannie memesan semangkuk sup krim, sayap ayam pedas, kentang goreng dan juga segelas soda rendah gula. Sedangkan Ayahnya memesan burger dengan ekstra keju untuknya sendiri.
"Aku mendengar semua orang membicarakan tempat ini..." Mr. Yves menuang saus tomat banyak-banyak ke atas selada. "Aku sudah tanya ke Mr. Park, dia rekanku. Dan Park bilang, burger dengan ekstra keju di sini adalah yang terbaik..."
Mr. Yves terus bercerita tentang pekerjaannya di tempat yang baru. Dia segera mendapatkan teman satu tim yang luar biasa menyenangkan. "Namanya Mr. Lee. Mereka bilang dia ahli neuro terbaik yang ada di rumah sakit. "
"Lee?! Apa dia masih satu keluarga dengan Lee kepala sekolahku?!"
"Yah, mungkin, mungkin... Meskipun ada banyak sekali nama Lee, bahkan di kota sekecil ini..."
Mr. Yves terus bicara. Tentang cuaca West Coast yang sejak pagi diguyur hujan dan diselimuti awan mendung. Tentang dia yang harus menyetir mobil dengan ekstra hati-hati karena jalanan yang licin, tentang dia yang akan mengganti ban Volvo tuanya dengan yang baru, dan tentang nyonya cantik yang dia temui di taman rumah sakit. Hannie menyeringai setelah berhasil menyamarkan batuknya.
"Bagaimana dengan sekolahmu?!"
Ugh! Hannie sengaja berlama-lama menelan kulit ayam. Itu adalah topik yang selalu dia hindari jika dia bisa. Ayahnya tahu Hannie cenderung anti sosial, dan Ayahnya akan selalu bertanya bagaimana hari pertama bersekolah di tempat yang baru meskipun Ayahnya akan selalu mendapat jawaban yang sama!
"Yah, guru dan para staffnya baik. Teman-temanku juga baik. Aku mendapat teman baru. Dia Dong Yuqi, Ayahnya memiliki toko perkakas di sekitar sini."
"Dong?!" Mr. Yves kembali mengerutkan kening. Dia mengunyah dengan cepat, meminum air mineral dingin miliknya dan mengecapkan lidah. "Kurasa beberapa kali aku pernah mendengar nama itu disebut..."
Lonceng kecil yang dipasang di pintu masuk restoran berdenting beberapa kali, menandakan bahwa baru saja ada pelanggan lain yang datang berkunjung. Hannie tengah memasukkan kulit ayam lainnya ke dalam mulut, tatapannya terpaku ke arah pintu yang baru saja dibuka dari luar dan tersedak hebat kemudian. Mr. Yves menepuk punggungnya beberapa kali lalu menyodorkan air minumnya sendiri. Hannie menerimanya, meneguk isinya hingga tidak bersisa. Kedua matanya berair dan hidungnya terasa sangat perih.
Itu dia. Cowok yang Hannie lihat keluar dari gedung perpustakaan sekolah! Cowok itu masih memakai pakaian yang sama dengan yang tadi pagi dia kenakan.
"Halo, Sean..." Tuan pemilik restoran bernama Kim, tersenyum pada cowok itu dan memintanya duduk dan diluar dugaan cowok itu mengangguk sambil tersenyum tipis.
Jadi namanya Sean?!
"Mau pesan sekarang atau nanti?!" Kim kembali bertanya. Diam-diam Hannie memajukan kursi yang dia duduki, menundukkan kepala hingga wajahnya tertutup oleh rambut panjangnya sendiri, berusaha mencuri dengar tanpa ketahuan. Baik oleh Sean maupun oleh Ayahnya sendiri.
"Ya, tolong... seperti biasa.." Sepertinya Sean adalah pelanggan tetap restoran itu karena setelah dia menyebutkan pesanannya, Kim mengangguk sambil tersenyum kemudian berlalu. Dan Sean mengeluarkan buku tebal yang sepertinya dia pinjam dari perpustakaan sekolah.
"Bagaimana dengan berkeliling kota di sore hari, Hannie?"
"Apa?! Oh, maaf, Dad..." Hannie nyaris berteriak pada Ayahnya sendiri. Ayahnya mengerutkan kening. Dia mengikuti arah pandang Hannie dan kemudian memandang bergantian dari Sean lalu Hannie, dan tiba-tiba saja dia terlihat menyeramkan dengan kumisnya yang tebal itu.
"Bagaimana dengan berkeliling kota?!" Mr. Yves mengulang pertanyaan dengan suara jauh lebih keras dari sebelumnya.
"Ugh... oh, ya... kurasa aku harus berkeliling kota sore ini. Aku mau tahu apa kota ini punya perpustakaan yang besar..."
Kim kembali dengan sekeranjang nachos dan juga segelas minuman dingin. Sepertinya itu limun teh dengan banyak es batu...
Mr. Yves kembali ke rumah sakit karena dia masih harus menyelesaikan jam jaga hingga delapan jam berikutnya. Hannie memutuskan untuk segera kembali ke rumah, membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum berkeliling kota. Jam di dashboard mobil menunjukkan sore itu pukul tiga. Awan mendung kembali menggantung di langit. Hannie harus berjalan dengan hati-hati, mengendarai mobil dengan sangat hati-hati juga karena dia memiliki masalah dengan tubuh serta keseimbangannya sendiri. Dia bahkan bisa terjatuh dengan sangat keras saat dia berdiri diam di dalam kamar.
West Coast tidak terlalu luas. Seharusnya Hannie bisa menemukan perpustakaan dalam waktu singkat.
Di tempat tinggalnya yang lama dulu, Hannie biasa menghabiskan akhir pekan di perpustakaan bersama Mickey.
Mickey akan berbaik hati memboncengnya dengan sepedanya, dan mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam yang menyenangkan di dalam perpustakaan. Terkadang, petugas perpustakaan berwajah merengut seperti elang kelaparan akan mengusir keduanya karena mereka berkunjung hingga lupa waktu.
Ternyata menemukan perpustakaan di West Coast tidak mudah. Hannie harus menghabiskan waktu lebih dari tiga puluh menit sebelum akhirnya menemukan sebuah gedung tua bertingkat dengan kata PERPUSTAKAAN KOTA yang dicetak dengan huruf tebal dan besar di bagian depan, dan dindingnya berwarna biru membosankan. Cat di bagian luar bahkan terkelupas. Itu lebih terlihat seperti gedung tua yang sudah tidak terawat. Atau gedung tua berhantu.
Hannie memarkirkan mobil secara paralel di halaman parkir. Hanya ada dua mobil di samping mobilnya. Sebuah SUV berwarna sampanye dan juga minibus berwarna moka. Apakah anak muda di West Coast tidak tertarik membaca buku?!
Petugas perpustakaan ternyata seorang wanita paruh baya yang menyenangkan. Dia memberi Hannie kartu pengunjung dengan bersemangat, mengatakan bahwa dia baru pertama kali melihat Hannie dan Hannie katakan padanya bahwa dia penduduk baru kota itu.
Total hanya ada dua lantai di sana. Lantai satu diisi oleh buku-buku tentang sains, pengetahuan umum, astronomi, sejarah. Dan lantai dua diisi dengan karya-karya sastra.
Hannie menatap lapar pada rak tinggi dengan tulisan KARYA SASTRA ABAD PERTENGAHAN yang ada di depannya. Dia suka itu semua! Aroma khas menguar dari buku-buku selalu membuatnya lapar!
Jemarinya mulai berlari meneliti satu per satu kumpulan buku yang sepertinya tidak pernah tersentuh tangan manusia lain. Dia terus mencari, hingga suara derit kursi yang beradu dengan lantai kayu perpustakaan membuatnya memekik pelan. Dia membalikkan tubuh dengan cepat dan mendapati Sean berdiri di belakangnya sambil menarik kursi. Sean mengerutkan kening dan tatapannya seperti dia tidak percaya akan apa yang dia lihat. Wajahnya terlihat bersalah dan tatapannya seperti ingin meminta maaf.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRETTY YOU
Teen FictionWritten and Published by : Raindroponme Cover and Picture : made and taken by canva. thanks to the artist Rate : T semi M Syn : Yves Hannie jatuh cinta berulang kali dan jauh lebih sering dari teman sebayanya yang lain. Dia pernah menyukai James Wil...