NOTE: CERTIA INI MURNI DARI IMAJINASI AUTHOR ❗
DON'T COPY PASTE MY STORY‼️
📢: JANGAN LUPA VOTE & COMMENT YGY😉HAPPY READING 😊
Beberapa tahun kemudian....
Suasana di mansion milik keluarga Wijaya sedang ramai. Beberapa hari setelah mereka pindah ke ibukota, mereka menggelar syukuran. Acara itu dihadiri oleh para sanak saudara, kerabat dekat, kolega bisnis, teman-teman Fiona dan adiknya Audy.
"Selamat, pak Arya atas kepindahannya ke Jakarta." Ucap salah satu kolega bisnis pak Arya Sudarsono Wijaya atau papa Fiona.
"Iya pak Wiliam, terimakasih. Saya juga sebenarnya sedih karena harus meninggalkan Bandung. Banyak sekali kenangan di sana."
"Iya Pak Arya, sama saya juga sedih harus berpisah dari tetangga dan sahabat sebaik bapak." Ujar pak Wiliam.
"Jadi bagaimana dengan perusahaan yang ada di sana?"
"Saya sudah menunjuk salah satu pegawai kepercayaan saya untuk menghandle perusahaan. Dia akan bertanggungjawab penuh terhadap itu. Rencananya perusahaan itu akan di kelola oleh anak sulung saya setelah dia menyelesaikan study nya." Ucap pak Arga dengan penuh percaya diri.
"Ohh begitu. Ngomong-ngomong anak sulung bapak juga ikut pindah ke sini atau menetap di Bandung?" Tanya pak Irwan yang juga merupakan kolega mereka.
"Anak saya juga ikut pindah ke sini. Nah itu dia." Tunjuk pak Arya pada Fiona yang sedang berkumpul bersama teman-teman barunya. "Fiona, sini sebentar nak." Panggil pak Arya lembut pada anaknya.
Merasa ada yang memanggilnya Fiona pun berbalik. Dia melihat papa nya melambaikan tangan memanggilnya. Fiona pun berpamitan pada para teman-teman nya.
"Gue ke sana bentar ya gaes." Pamitnya.
Fiona pun berjalan menuju ke arah papa nya berada. Di sana juga terlihat mamanya yang baru bergabung, usai berbincang dengan tamu lainnya. Setelah sampai di meja tempat orang-orang dewasa itu berkumpul, Fiona pun duduk di samping papanya. Perasaan Fiona sudah mulai tidak enak. Dia berpikir dia akan menjadi ajang pamer oleh kedua orangtuanya lagi.
"Oh ya semuanya, perkenalkan ini anak sulung saya. Namanya Fiona Angresianta. Karena kami tidak ingin jauh-jauh dari anak-anak kami, maka mereka juga ikut serta tinggal dengan kami di sini. Lagian, mansion ini juga akan sangat sunyi tanpa kehadiran mereka." Ujar papanya sembari menepuk-nepuk bahu anaknya dan tersenyum bangga.
"Iya. Fiona juga sebentar lagi akan lulus dari sekolah. Jadi kami akan kesulitan nanti mengontrol belajarnya dan pola makan nya jika dia berjauhan dengan kami. Iya kan Fio." Ucap mama Fiona sambil tersenyum manis di hadapan para kolega mereka.
"Iya." Ucap Fiona singkat disertai senyum tipis.
Fiona tahu, ini hanyalah formalitas belaka. Orang tuanya seolah-olah menjadi orang tua yang sangat pengertian dan memanjakan Fiona. Padahal pada nyatanya, mereka selalu menekan Fiona dan memaksa nya mengikuti seluruh kehendak mereka. Jika Fiona melawan, maka dia akan mendapatkan hukuman berupa kekerasan fisik dari kedua orangtuanya.
"Setelah Fiona lulus, dia akan mengambil jurusan bahasa dan seni, tepatnya program studi bahasa dan sastra Inggris. Kata uncle nya dia cocok dengan jurusan itu. Fiona kan dari dulu hobby banget bahasa Inggris. Apalagi dia bercita-cita ingin tinggal di Amerika." Ucap mama Fiona masih dengan senyuman manis nya.
Fiona tersenyum masam mendengar hal tersebut. Perbincangan ini seolah-olah mempromosikan dirinya. Padahal dia tidak suka itu. Apalagi setelah mendengar ucapan mamanya. Wajahnya berubah menjadi datar. Pupus sudah harapan nya untuk menjadi pembela kebenaran. Hatinya begitu sedih. Ingin sekali ia berteriak dan menangis serta memaki kedua orangtuanya. Tetapi hal itu tidak dilakukannya. Karena dari dulu dia sudah di kenal sebagai anak yang patuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between My Revenge and Your Wounds
Teen FictionErik Axelion. Pemuda tampan berhati dingin adalah CEO sekaligus murid di salah satu sekolah bergengsi. Dia tumbuh menjadi anak yang mandiri sejak tragedi yang menimpa kedua orangtuanya. Dia dan saudara kembarnya harus bisa bertahan hidup, dan bangki...