CHAPTER 14

109 55 9
                                    

Selamat Datang Kembali 😊
Note: Cerita ini murni dari imajinasi Author ❗
Don't Copy Paste My Story'‼️

📢: Jangan Lupa Vote & Comment 😉
Happy Reading

Pukul 15:45 WIB, bis yang membawa rombongan murid dari SMA 1 JAYA BANGSA kini sudah tiba di desa Melati tempat mereka akan berkemah. Suasana pedesaan yang begitu asri, di apit oleh pegunungan yang begitu indah membuat siapa saja akan betah berada di desa ini. Para murid pun berbondong-bondong turun dari dalam bis itu.

"Semuanya, harap tenang. Jangan pada rusuh, tolong tertib turunnya." Teriak pak Santo melalui pengeras suara yang di bawa nya.

Tak menghiraukan perkataan pak Santo, murid-murid itu tetap saja saling dorong untuk bisa segera keluar dari dalam bis itu. Mereka sudah tidak sabar untuk menghirup udara segar dari pedesaan yang asri itu.

"MINGGIR WOY! GUE JUGA MAU TURUN!" Kata Edo sambil berteriak masuk ke dalam kerumunan murid itu.

"Bisa nggak sih, nggak usah teriak-teriak. Ini bukan hutan! Kalo mau teriak, sana di gunung itu." Ucap salah satu murid dari kelas lain yang merasa terganggu dengan suara Edo.

"Ehh dasar bocah tengik. Lo kira gue Tarzan! Ngajak brantem nih anak." Ucapnya sembari mengambil ancang-ancang untuk adu jotos.

Tiba-tiba dari arah belakangnya, seseorang menarik kerah bajunya. Edo pun mundur tiga langkah kebelakang bak anak kucing yang ditarik induknya.

"Dewasa dikit napa. Udahlah sabar aja, kita semua bakalan turun." Ucap Eros masih menarik kerah belakang baju Edo.

"Ckk. Iya-iya, sekarang lepasin kerah baju gue! Sakit nih leher gue kecekek." Balas Edo mengalah.

Di bis lainnya, tampak Fiona dan para sahabatnya itu sedang menurunkan barang bawaan mereka.

"Nyesel gue bawa barang sebanyak ini. Mending gue nurutin kata Nyokap gue tadi." Kata Rachel mengeluh. Dia tampak kesusahan menurunkan dua koper besar yang di bawanya.

"Makanya Cel, Lo pikir-pikir kalau mau kemana-mana. Kita tuh mau berkemah, bukan holiday ke luar negeri." Ucap Maria tak habis pikir dengan sahabatnya itu.

"Kampret Lo Mar. Bukannya bantuin, malah ngasih gue siraman rohani." Balasnya sambil menurunkan koper terakhirnya. Setelah itu dia pun turun menyusul Maria.

"Wahh. Ternyata tempat seperti masih ada ya. Gue pikir udah nggak ada lagi desa bebas polusi. Rupanya tersembunyi di balik gunung-gunung ini. Akhirnya gue bisa menghirup udara bebas polusi." Ucap Vany dengan mata berbinar dan senyum sumringah. Lalu dia menyeret kopernya turun dari bis.

Ketiga sahabatnya sudah turun lebih dulu. Sementara Fiona tampak kesusahan dengan koper besar yang di bawanya. Entah apa isi dalam koper itu, hingga membuatnya kesulitan menyeret koper itu turun dari bis.

"Berat banget sih. Padahal tadi nggak seberat ini." Gumamnya. "Atau jangan-jangan karena gue belum makan kali." Lanjutnya sambil berusaha menurunkan kopernya.

Dari arah kerumunan siswi itu, Alex melihat gadis yang sangat dikenalnya kini kesulitan menurunkan barang bawaannya. Dia pun melangkah menghampiri gadis cantik itu.

"Sini biar gue bantu." Ucapnya merebut koper itu dari tangan Fiona.

"Eh.. ehh. Nggak usah. Gue bisa sendiri kok." Balas Fiona tak enak hati.

Between My Revenge and Your WoundsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang