CHAPTER 18

113 52 14
                                    

NOTE: CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI AUTHOR ❗
DON'T COPY PASTE MY STORY ‼️

📢Jangan Lupa Votement Ygy🙏🏻

📢Jangan Lupa Votement Ygy🙏🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fio, syukurlah Lo udah sadar." Ucap Vany, ketika mereka baru kembali ke ruang rawat Fiona.

"Alhamdulillah. Syukurlah kamu sudah siuman. Kami begitu khawatir, Fiona." Sambung Bu Ratna pada siswinya itu.

"Syukurlah. Saya sampai berniat menghubungi orang tua kamu, mereka pasti khawatir." Ujar pak Arga.

Mendengar penuturan pak Arga, raut wajah Fiona berubah. Dia takut kalau sampai kedua orang tuanya mengetahui kejadian yang menimpanya. Bukan karena takut mereka khawatir, melainkan takut jika mereka kembali menyiksanya.

Beberapa detik dia terdiam, sebelum kembali berbicara menanggapi ucapan kepala sekolah itu. "Jangan hubungi mereka pak. Saya mohon!" Kata gadis itu, dengan wajah memohon.

"Hehehe. Kamu tidak usah takut seperti itu, mereka orang tua kamu jadi sudah seharusnya mereka tahu kejadian yang menimpa anaknya." Balas pak Arga dengan nada lembut, di sertai kekehan. Dia tidak habis pikir dengan pemikiran gadis itu.

Kini Fiona mengatupkan kedua tangannya. "Tolong pak. Saya mohon!" Balas Fiona dengan wajah semakin memelas. Dia benar-benar tidak ingin membuat orang tuanya semakin murka. Apalagi sekarang mereka juga sedang ada masalah di perusahaan. Bisa-bisa Fiona akan kembali menjadi pelampiasannya kemarahan mereka.

"Emmm. Baiklah kalau memang kamu maunya seperti itu. Tapi kamu harus janji, setelah kita kembali dari kegiatan kemah ini, kamu harus menjelaskan kepada mereka. Mereka pasti cemas melihat keadaan kamu seperti ini." Ujar pak Arga.

"Emm i-iya pak." Jawab gadis itu ragu.

"Ya sudah kalau begitu, kamu istirahat saja dulu di sini. Biar Erik yang akan menemani kamu di sini. Nanti kalau kamu sudah sehat, kamu boleh kembali ke lokasi perkemahan. Lagi pula masih ada tiga hari lagi untuk kita pulang."

"Terima kasih pak."

"Kalau begitu saya, Bu Ratna, Rachel, Vany dan Maria pamit dulu."

"Tapi pak, kita pulang naik apa? Tadi kan kita ke sini bareng Erik." Tanya Rachel.

"Ya sudah, gue bakalan antar kalian balik dulu. Terus gue balik lagi ke sini, sekalian ngambil barang yang Fiona butuhkan di sini." Ujar Erik.

"Kami tidak apa-apa Erik? Lagian ini sudah larut malam, kamu nggak masalah bolak-balik?" Tanya Bu Ratna dengan wajah sedikit khawatir pada siswanya itu.

"Nggak masalah Bu." Balas pemuda itu, dengan senyum tipis.

"Gue ngantarin mereka dulu. Kamu nggak apa-apa kan, kita tinggal sendiri?" Ujarnya kepada Fiona.

Gadis itu hanya mengangguk. Setelah berpamitan kepada Fiona, kini mereka semua keluar dari ruangan itu, untuk kembali ke lokasi perkemahan.

Fiona berusaha untuk turun dari brankar itu, dia ingin melihat keadaan di luar sana melalui jendela kaca. Sebelah tangannya kini mendorong tiang infus nya. Kepalanya masih terasa pening, namun dia tidak ingin terus berbaring.

Between My Revenge and Your WoundsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang