NOTE: CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI AUTHOR ❗ DON'T COPY PASTE MY STORY ‼️
📢JANGAN LUPA VOTE COMMENT YGY 😊
Pukul 20:00 malam, Erik baru terbangun dari tidurnya. Kedua netra indah itu terbuka sepenuhnya. Sepi. Itulah hal pertama yang dia dapati ketika terbangun. Entah kemana semua orang yang ada di tenda itu. Bahkan saudaranya pun juga tidak ada di sana. Erik bangkit dan duduk untuk merehab otot-otot nya yang kaku karena tidur hanya beralaskan tikar.
Dari kejauhan dia mendengar suara ribut-ribut. Entah apa yang di lakukan orang-orang di luar sana. Dia masih enggan untuk berdiri dari duduknya. Kemudian Erik mencari ponsel miliknya, yang entah dia letakkan di mana. Diraihnya lampu lentera yang menjadi sumber penerangan mereka di dalam tenda itu. Dia harus menemukan benda pipih itu secepatnya. Sepertinya ada sesuatu yang mendesak, sehingga dia begitu berniat menemukan ponsel itu.
"Dimana sih? Perasaan tadi ada di samping gue." Gumamnya, sambil menggeser beberapa barang yang menghalanginya.
Setelah hampir lima menit mencari, akhirnya benda itu ketemu juga. Ternyata ponselnya tercecer diantara bantal miliknya dan Eros. Wajahnya begitu lega, untung saja tidak ada yang menemukan ponsel itu.
Segera dia mencari kontak Edward dan menelponnya. Tanpa menunggu lama panggilan itu tersambung. Erik segera menyuruh Edward untuk mendatanginya di tenda, ada sesuatu yang harus di lakukan oleh pemuda itu.
Di tanah lapang area perkemahan itu, para peserta sedang sibuk membentuk api unggun. Malam ini adalah malam terakhir mereka akan menginap di sini. Besok usai menerima seluruh hadiah, dan acara perpisahan kelas XII, mereka semua akan kembali ke Jakarta.
Kini Edward sedang berada di bawah pohon rindang yang sedikit jauh dari para teman-temannya berada. Dia sedang menerima telepon penting dari Erik. Usai mendengarkan perkataan dari Erik melalui telepon itu, dia segera mematikan sambungan telepon. Edward tidak ingin orang lain curiga padanya. Usai menjawab telepon Erik tadi, dia kembali bergabung bersama para peserta kemah lainnya. Dia harus pintar mencuri waktu untuk kembali ke tenda menemui Erik.
Beberapa saat menunggu, akhirnya dia bisa juga pergi diam-diam tanpa di ketahui oleh para sahabatnya itu. Pasalnya, mereka kini sedang sibuk mengangkat ranting-ranting pohon yang akan di pakai untuk api unggun nanti. Edward segera berlari menjauhi kerumunan itu. Tak lama setelahnya dia sudah berada di depan tenda mereka. Tanpa menunggu lama Edward masuk ke dalam sana.
"Lama amat." Dua kata yang keluar dari bibir Erik pertanda bahwa dia sudah jenuh menunggu.
"Sorry. Gue harus pergi diam-diam biar anak-anak lain nggak curiga." Balas Edward yang masih mengatur pernapasannya. Pasalnya dia tampak ngos-ngosan akibat berlari.
Erik hanya mengangguk sekali. Setelah itu, dia membuka koper besar miliknya. Dan mengeluarkan sebuah kotak persegi yang berukuran besar dari dalam koper itu. Edward bingung apa yang akan di lakukan Erik dengan kotak itu, dan apa hubungannya dengan dirinya. Wajahnya kini tampak bertanya-tanya. Sedangkan Erik tetap santai dengan ekspresi wajah yang begitu tenang.
"Ini apa?" Beo Edward sambil menunjuk kotak itu. Ia tak bisa menahan rasa penasarannya.
Erik hanya tersenyum tipis menanggapi. Matanya ikut melirik kearah kotak besar itu, lalu menyeringai. "Ini adalah pekerjaan Lo. Habis ini Lo nggak bakalan terlibat lagi dalam hal apapun sama gadis itu. Biar gue yang urus sisanya." Papar Erik kepada Edward.
Mendengar hal itu, Edward semakin mengkerutkan keningnya tanda tidak mengerti. Melihat ekspresi wajah Edward yang seperti orang kebingungan, Erik terpaksa harus menjelaskan lebih spesifik lagi. Dia lupa kalau sahabatnya yang satu itu, tidak akan mengerti dengan perkataan yang terbilang ambigu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between My Revenge and Your Wounds
Teen FictionErik Axelion. Pemuda tampan berhati dingin adalah CEO sekaligus murid di salah satu sekolah bergengsi. Dia tumbuh menjadi anak yang mandiri sejak tragedi yang menimpa kedua orangtuanya. Dia dan saudara kembarnya harus bisa bertahan hidup, dan bangki...