CHAPTER 17

124 57 7
                                    

📢 DON'T COPY PASTE MY STORY ‼️
JANGAN LUPA UNTUK SELALU DUKUNG CERITA INI, VOTEMENT YGY 😉

HAPPY READING 😊

Mobil sport silver itu kini telah kembali ke area perkemahan. Dari dalam sana terlihat Erik yang masih setia duduk di bangku kemudi. Dia tidak berniat keluar dan kembali ke tenda nya. Pemuda itu kini sedang sibuk dengan ponsel di tangannya. Beberapa kali dia mengecek aplikasi WhatsApp nya namun tidak ada pesan yang masuk. Lalu dia mencari nomor seseorang di kontak nya, dan mengetikkan beberapa kata untuk orang itu.

Erik:

Lo dimana?
Gue tunggu di mobil. Ikut gue sekarang!"

(00:05)

(Terkirim)

Tidak menunggu lama, pesan itu kini sudah di baca oleh orang itu. Erik pun segera mengatur emosi nya.

Di salah satu tenda di sana, terlihat seseorang sedang bersiap-siap untuk keluar. Tak lama kemudian, dia kini masuk ke mobil sport silver itu. Dari dalam sana, bisa dia rasakan aura kemarahan seorang Erik Axelion. Dia beberapa kali meneguk saliva nya. Setelah itu, Erik langsung melajukan mobilnya meninggalkan lokasi perkemahan itu.

Beberapa menit kemudian, mobil itu pun kini terparkir di tanah lapang yang sedikit jauh dari pemukiman warga. Erik turun dan membanting kasar pintu mobilnya. Sementara orang yang bersama Erik tadi, masih setia berada di dalam mobil itu. Beberapa kali dia menarik serta menghembuskan nafas nya, lalu ikut turun dari dalam mobil.

Baru beberapa langkah dia berjalan, Erik langsung menghadiahi wajah orang itu dengan sebuah bogeman.

BUGH

Karena belum siap dengan pukulan yang tiba-tiba itu, orang itu pun terhuyung ke belakang. Lalu di pegang nya sudut bibirnya yang sedikit robek, dan mengeluarkan darah itu. Tidak ada perlawanan dari dia.

"Lo udah berani nentang perintah gue, Ed?" Ucap Erik dengan nada menekan.

Orang yang di panggil 'Ed' itu kini mengernyitkan dahinya tanda tidak mengerti dengan maksud ucapan Erik.

"Maksud Lo apa? Gue nggak ngerti." Tanya orang itu pada Erik.

Sambil tersenyum miring, dia menatap wajah orang itu. "Udahlah, nggak usah pura-pura bego Lo. Lo kan yang mendorong gadis itu dari tebing?" Tuduhnya pada orang itu.

"Sumpah! Gue nggak ngelakuin itu. Gue nggak tahu dia jatuh dari tebing. Sumpah Rik." Ucap orang itu dengan wajah serius.

Erik menatap mata orang itu, mencari jejak kebohongan namun nihil. Tetapi dia belum langsung percaya, karena baginya ada beberapa orang yang pandai memanipulasi ekspresi wajah.

Erik kemudian maju tepat di depan orang itu, sambil menarik kerah bajunya. "GUE UDAH BILANG SAMA LO, TUNGGU PERINTAH DARI GUE! KENAPA LO NGGAK PATUH HAH?" ucap Erik dengan emosi.

"Sekarang gadis itu sedang di rawat. Semua rencana gue berantakan karena ulah Lo!" Lanjutnya sambil menunjuk dada orang itu.

"Sumpah Rik. Gue nggak tahu apa-apa. Bukan gue Rik. Gue memang ada dendam pribadi sama seperti Lo ke keluarganya, tapi gue nggak tega buat lukain dia. Gue juga nggak berani bertindak tanpa perintah dari Lo. Gue takut dia terluka, dia gadis yang baik. Kalaupun Lo nyuruh gue buat bunuh dia, sorry Rik. Gue terpaksa keluar dari rencana Lo.", Ucap orang itu.

"Alasan gue mau ngebantuin Lo adalah agar Fiona tahu kelakuan busuk orang tuanya. Itu aja. Makanya setelah mendengar rencana Lo waktu itu, gue mau bantuin Lo. Tapi untuk ngelukain dia, gue nggak tega. Dia tidak tahu apa-apa, dan kita tidak tahu apa yang sudah dia alami di keluarganya sendiri." Sambung orang itu sambil melepaskan tangan Erik dari kerah bajunya.

Between My Revenge and Your WoundsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang