Note: This Story' is pure from the author's imagination ❗
DONT COPY PASTE MY STORY ‼️
📢Jangan Lupa untuk tinggalkan Vote & Comment 😉🙏🏻
Happy Reading 😉
Keesokan harinya......
Pukul 05:30 pagi, Fiona terbangun dari tidurnya sembari mengucek kedua matanya. Dilihatnya ruangan yang familiar itu dengan saksama. Ternyata ini adalah kamarnya. Dia ingat kemarin setelah pertengkarannya dengan kedua orangtuanya, tiba-tiba dia jatuh pingsan. Kini, dia heran kenapa dia sudah berpindah ke kamarnya?
"Shhh" ringisnya. Pipinya masih terasa perih bahkan ada jejak memar yang menempel disana. Itu adalah bekas tamparan orangtuanya.
"Kenapa gue bisa ada di sini? Siapa yang mindahin." Ujarnya heran. "Sudah setengah 6 pagi, berarti gue tidur selama itu." Tambahnya.
Kemudian Fiona memeriksa pesan WhatsApp dari grup kelasnya. Ini adalah hari kedua dia di sekolah barunya. Fiona tidak ingin mendapatkan predikat ratu lambat di sekolah itu, karena akan membuat kedua orangtuanya murka. Memikirkan saja sudah membuatnya lelah. Dia sudah sangat lelah mendapatkan kekerasan fisik dari orangtuanya. Rasanya dia tidak ingin terlahir ke dunia ini jika hidup harus seperti ini terus menerus.
Kruk...
Terdengar suara perutnya berbunyi pertanda bahwa dia butuh asupan makanan. Sejak kejadian kemarin sore dia belum makan apapun.
"Aishh, perut gue lapar banget. Pipi gue juga perih. Tuhan, kenapa gue tidak sekalian mati saja. Gue lelah." Lagi-lagi air matanya mengalir membasahi pipinya.
Tok, Tok, Tok...
"Non Fio, ini bibi non. Bibi cuma mau ngasih tahu, sebentar lagi waktunya sarapan. Semuanya sudah berkumpul, tinggal menunggu non Fiona." Ucap Bi Ina astisten rumah tangga mereka.
"Iya Bi. Aku mau siap-siap dulu. Kalo mereka mau makan duluan, bilang aja nggak masalah Bi." Ucap Fiona menuju kamar mandi.
"Baik Non".
"Audy. Fio dimana, kenapa belum turun sarapan?" Tanya Lidya Marianti Oma mereka sekaligus ibu dari papa Fiona.
"Mungkin di kamarnya, Oma. Bentar lagi turun". Jawab Audy, sambil mengoleskan selai coklat ke rotinya.
"Hmmm, ya sudah kalau begitu."
Tak, Tak, Tak....
Terdengar suara langkah kaki menuruni tangga. Ternyata Fiona, dia sudah rapih dengan seragam putih abu-abunya. Rambut panjangnya dibiarkan terurai, hal itu untuk menutupi memar di wajahnya.
"Pagi Oma." Sapa Fiona ramah. "Oma kapan sampai?" Kenapa gak ngabarin Fio?"
"Pagi cucu Oma. Oma sampai tadi subuh. Sini ayo, sarapan dulu. Lihat kamu kurusan semenjak Oma tinggalkan."
"Ehmmm" dehem ayah Fiona
Semua anggota keluarga di meja makan itu, mengalihkan perhatiannya kepada Tuan Arya.
"Gimana sekolah kalian? Apakah ada kendala?"
"Gak ada kok, Pa." Jawab Audy.
"Beberapa hari lagi Mama dan Papa akan pergi ke Tiongkok. Hal ini karena restoran kita akan membuka cabang di sana. Jadi kami akan berangkat ke sana karna banyak hal di sana membutuhkan kami." Ucap mama Fiona. "Kalian harus belajar dengan baik di sini. Jangan pernah mencoreng nama keluarga Wijaya. Kalian berdua harus kasih yang terbaik untuk kami. Jangan sampai nilai kalian di sekolah turun. Bisa malu kami sebagai orang tua." Sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between My Revenge and Your Wounds
Teen FictionErik Axelion. Pemuda tampan berhati dingin adalah CEO sekaligus murid di salah satu sekolah bergengsi. Dia tumbuh menjadi anak yang mandiri sejak tragedi yang menimpa kedua orangtuanya. Dia dan saudara kembarnya harus bisa bertahan hidup, dan bangki...