NOTE: DON'T COPY PASTE MY STORY ‼️
📢: Buat yang belum follow, disarankan follow dulu ya🙏🏻
Jangan Lupa Vote Comment ygy 😊Tiga hari kemudian....
Sudah tiga hari berlalu, dan Erik belum menemukan titik terang mengenai keberadaan Fiona. Di tambah lagi saudara kembarnya Eros, tiga hari belakangan ini juga tidak menetap di rumah. Erik benar-benar pusing di buatnya.
Pemuda itu sudah menghubungi para detektif yang di pekerjakan-nya guna mendapatkan informasi mengenai keberadaan gadis yang akhir-akhir ini membuat pikiran-nya kacau, namun nihil gadis itu hilang bak di telan bumi. Tidak ada satupun perkembangan pencarian Fiona di dapatkan-nya.
Erik kemudian meraih ponselnya yang menimbulkan suara dari sebuah notifikasi pesan WhatsApp. Segera di buka-nya isi pesan itu. Sedikit kecewa, dia pikir pesan itu berasal dar para informan yang telah dia utus melacak keberadaan Fiona. Namun, ternyata sebuah pesan dari Edo yang menanyakan apakah dia sudah mengecek pengumuman kelulusan SNMPTN.
Erik berdecak kesal, lalu membanting ponselnya ke bawah. Beruntung ponsel pintar itu mendarat sempurna di atas karpet bulu yang ada di kamar-nya. Bisa di-bayangkan jika ponsel itu mendarat langsung di atas marmer dingin di kamar itu, bisa-bisa sore nanti Erik langsung membeli ponsel baru lagi.
Pemuda yang sebentar lagi akan genap 19 tahun itu, kini berjalan menuju sofa panjang yang berada di dekat jendela kaca penghubung ke balkon kamar-nya. Dia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa empuk itu, sambil memejamkan mata.
Diam sejenak, menjernihkan pikiran-nya yang sudah seperti benang kusut sejak tiga hari terakhir ini. Tangannya mulai memijat pelipis-nya. Di kepala-nya hanya ada nama Fiona, dan juga perkataan kembaran-nya tiga hari lalu.
"Lo penyebab Fiona menderita. Dan berkat Lo sekarang dia kabur dari rumah yang bagaikan neraka itu."
Kalimat itu kembali terngiang-ngiang di kepala-nya. "Aargggh sial. Gue nggak salah apapun. Stop salahin gue! Aargggh." Teriaknya frustasi.
Suaranya menggema ke seluruh penjuru ruang kamar itu. Beruntung kamar-nya kedap suara, jadi orang di luar tidak akan mendengar teriakkan frustasi pemuda tampan itu.
Sedangkan di tempat lain, Eros terlihat sedang berdiri bagaikan patung di depan gerbang pagar rumah mewah bercat cream itu. Meskipun cuaca hari ini sangat panas, dan sengatan matahari mulai membuat kulit wajah pemuda tampan itu memerah, dia tidak peduli. Dia masih keukeh tetap berdiri di sana. Aksi ini sudah mulai dilakukan-nya sejak tiga hari belakangan ini.
Tak lama kemudian, gadis cantik dengan hotpants dan kaos putih kebesaran yang membungkus tubuh mungil-nya keluar dari pintu gerbang pagar rumah mewah itu. Rambut panjang-nya dia cepol asal. Sepertinya gadis ini belum menyadari kehadiran Eros di sekitar rumah-nya. Tangan-nya menggenggam kantung kresek hitam yang cukup besar, sepertinya berisi sampah-sampah yang akan dia buang. Dan, benar sekali kantung kresek itu kemudian dia masukkan kedalam tong sampah yang tak jauh dari gerbang pagar rumah-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between My Revenge and Your Wounds
Teen FictionErik Axelion. Pemuda tampan berhati dingin adalah CEO sekaligus murid di salah satu sekolah bergengsi. Dia tumbuh menjadi anak yang mandiri sejak tragedi yang menimpa kedua orangtuanya. Dia dan saudara kembarnya harus bisa bertahan hidup, dan bangki...