15

362 11 2
                                    

07:30

Selepas mandi pagi, bersiap untuk ke rumah sakit. mau tak mau, Citra kembali menggunakan baju yang sama. tak apa lah pikirnya, toh tinggal hari ini saja.

ternyata di pagi itu, kakinya semakin bengkak, membuatnya sedikit panik. tapi pasti normal kan?

tok..tok..tok..

Suara ketukan pintu terdengar dari luar, membuat sang empunya membuka kan pintu.

sret..

Tampak lah Dito dengan penampilan rapi, kaus putih di balut flanel hitam dan celana selutut.

"dah siap? yo!" ajaknya setelah melihat gadis itu sudah rapi. ia jalan duluan menuju halaman, menghampiri mobilnya yang sudah dipanaskan sebelumnya.

dengan langkah yang pincang, ia menyusul. rasanya semakin sakit saja ia rasa. pun tangannya dirasa pegal. tidak hanya tangan, semuanya.

Setelah berpamitan dengan orang rumah. mereka berdua berangkat.

"coba liat" panggil Dito meminta Citra menunjukan luka nya. langsung ia buka gulungan di tanganya. "nih"

Dito memegang tangan nya, memperhatikan lukanya yang separuh kecil mulai mengering.
"masih sakit?" tanya nya. "tangan sih ngga, cuman ini yang kaki" ujarnya mengeluh, beralih menunjukan kakinya yang tampak bengkak.

Dito sedikit terkejut. "tadi malem ga gini ya?" tanya nya heran, karena selepas bernyanyi di taman belakang, luka nya tak separah ini.

"iya, bangun-bangun udah gini"

"tambah sakit?"

"lumayan"

"yaudah sabar" ujarnya lalu kembali fokus ke jalanan, sedikit mempercepat laju mobil. mumpung masih pagi jalanan tidak ramai.

Sampailah mereka di Rumah Sakit Rajawali. disanalah Rifky, selaku teman Dito bekerja. ini pertama kalinya Dito mengunjungi Rifky di tempat kerjanya. sudah lama tak berjumpa dengan kawan super sibuk itu.

"mau pakai kursi roda?" tawar Dito di parkiran merasa kasihan dengan cara jalan gadis itu yang lambat.

"ah gamau! maluu itu kan buat lansia" jawabnya polos.

"sotau! kursi roda ya buat yang butuh, bukan lansia doang"

"ya gamau ah malu! masih bisa jalan kok" ujarnya menolak.

"yaudah sini." ucap Dito lalu menaruh tangan Citra di lengan atasnya, menyuruh gandeng agar tak jatoh. karena memang butuh, Citra tak menolak.

masuklah mereka di Lobby, banyak orang sedang mengurusi urusan masing-masing. ada suster yang bulak balik, orang mengantre, petugas, satpam. sangat ramai tapi sunyi.

"ini ngantri ngambil nomor antrian dulu?" tanya Citra malas karena melihat banyak sekali orang mengantre.

Dito menunduk menatap wajah Citra. "nggak usah, saya udah janjian sama dokternya jam delapan pas. langsung masuk aja" ujarnya.

Citra melirik sekitar mencari jam dinding, terpampang jelas disana hampir jam 8 pas.

"yaudah ayok" ucapnya takut terlambat masuk ruangan.

Dito menggiring Citra maju ke arah resepsionis lalu bertanya. "mbak, saya cari dokter rifky" ucapnya singkat kepada petugas wanita yang tampak rapi.

"oh, pak Anin ya? sudah ada janji dengan dokter rifky pukul delapan pagi. mari pak, saya antar" balasnya ramah lalu berjalan memimpin mereka berdua menuju satu ruang pemeriksaan.

"silahkan.." ucapnya membuka kan pintu yang berisi pria rapi dengan jas putih, lalu berlalu pergi meninggalkan, kembali ketempatnya semula.

Citra merasa tak enak, pasalnya di depan ruangan itu penuh dengan orang yang sedang mengantre. rasanya seperti merebut antrian.

MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang